Suara riuh anak-anak terdengar lantang di Desa Pagergumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka tampak sedang berada di lapangan kecil dengan pohon bambu yang rindang. Anak-anak tersebut mengerubuti roket air yang ada di dekat mereka.
"Aku yang pompa," teriak seorang anak. "Tangan dua, tangan dua," teriak yang lain. "Pegang seng kuat," intruksi satu anak pada temannya. "Satu,dua,tiga," teriak satu anak yang memberikan komando. "Yeeee (diiringi dengan tepuk tangan dan tawa)," teriak anak-anak setelah berhasil menerbangkan roket air.
Itulah sekelumit keseruan permainan anak di Kampung Lali Gadget atau sering disingkat KLG. Anak-anak tersebut sedang bermain roket air. Anak-anak belajar tekanan udara dengan merakit hingga meluncurkan roket air ke udara. Seperti dilansir dari situs resminya, Kampung Lali Gadget menawarkan solusi untuk dampak negatif teknologi dengan pendekatan berbasis budaya.
Menurut Achmad Irfandi, pendiri Kampung Lali Gadget, tempatnya tidak seperti tempat wisata swafoto yang dibayangkan wisatawan. Saat ini tempat wisata memang dikenal sebagai tempat swafoto yang menarik dan fotonya sering dibagikan di media sosial.
"KLG itu sebenarnya tidak menjual tempat atau visual. Kalau kita menjual tempat akan kita tiketkan,” tutur Achmad Irfandi di YouTube Kampung Lali Gadget saat diakses Selasa, (30/09/2025).
Achmad Nizar, kawan pendiri KLG mengatakan kalau anak yang dilayani maka orang tuanya boleh datang. Menurutnya, anak yang berkunjung ke Kampung Lali Gadget akan diajak bermain edukasi dan orang tuanya boleh bersantai di Kampung Lali Gadget.
“Mindset akan berubah kalau sudah ke sini (KLG). Mungkin banyak yang berekspektasi tempat wisata, karena yang kami jual bukan tempat tapi layanan. Nilai kepada anak-anak, perasaan yang menyenangkan meskipun didukung visual yang estetik. Kami tempat belajar bukan tempat wisata,” tambah Achmad Irfandi.
Menurut Achmad Irfandi atau kerap disapa Irfandi ini, banyak orang seperti akademisi, mahasiswa, dan orang dewasa yang ingin bertemu dengan pengelola Kampung Lali Gadget. Ia menyebutkan kalau banyak orang mengangap dolanan yang dilakukan di Kampung Lali Gadget mahal.
“Mungkin banyak orang mengangap dolanan itu mahal, padahal secara logistik, dolanan itu kita hanya perlu memetik di sawah. Hanya perlu lahan yang kosong. Air yang mengalir. Temen-temen kelahiran 90-an tentu tahu dolanan itu alam dan itu tidak perlu budget logistik,” jelasnya lagi.
Selajan dengan sang pendiri, Achmad Nizar juga menjelaskan kalau ada beberapa permainan tidak perlu alat. Menurutnya permainan tanpa alat ini juga disenangi oleh orang-orang dewasa. Ia menambahkan, orang-orang dewasa hanya perlu mengingat kembali permaianan yang mereka mainkan saat kecil.
“KLG bagi anak-anak itu menimbulkan excited yang luar biasa. Menurut saya tidak hanya di KLG tapi kalau permainan diwariskan atau dikasih tau ke anak-anak mereka akan excited luar biasa,” kata Achmad Irfandi yang pernah meraih terbaik 1 Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan 2020 di Tingkat Provinsi Jawa Timur.
Namun, ia menyayangkan tidak ada yang mewariskan permainan tradisional itu ke anak. Menurutnya, bagi orang tua, permainan tradisional yang dimainkan waktu kecil adalah kenangan yang luar biasa.
“Makanya kami senang ngobrol dengan orang yang sepuh. Orang sepuh itu itu hebat karena kita tidak mengalami masa-masa seperti mereka,” jelasnya.
Menurutnya, orang yang sudah tua mengalami masa-masa teknologi digital seperti sekarang. Ia sangat menghargai orang-orang tua dengan pengetahuan permaianan tradisional yang mereka miliki. KLG mengali data permaianan tradisional kepada orang-orang tua. Ia mengatakan menanyakan kepada orang tua tentang permainan saat panen, musim penghujan, musim kemarau dan sebagainya.
“Untuk teman-teman milenial dan generasi Z kalian boleh bangga menguasai media sosial, karya inovatif dan sebagainya tapi kalian banyak yang tidak menguasai akar budaya kita,” katanya.
Menurutnya generasi milenial dan generasi Z harus sadar kalau hidup di Indonesia punya akar budaya. Menurutnya sebagai warga masyarakat dan warga Indonesia harus tahu akar budayanya sendiri. Ia menekankan untuk generasi muda tahu identitas bangsanya sendiri.
“Karena dengan mengerti (budaya Indonesia), kita bisa mencoba sekian persen dari pengetahuan tersebut. Sebenarnya kebudayaan kita punya kearifan lokal masing-masing yang pasti pas dengan tempat tersebut,” tutur Achmad Nizar menambahi rekannya tersebut.
Kawan Pendiri Kampung Lali Gadget yang sudah berdiri sejak 2018 ini, mencontohkan kalau area pegunungan akan punya kearifan lokal dengan daerah yang lain seperti daerah tambak. Kearifan local yang ada sudah disesuaikan oleh para sesepuh sesuai dengan kondisi tempat tersebut.
Sementara itu, Achmad Irfandi juga menekankan mengatakan belajar budaya itu sebenarnya mudah. Belajar budaya tidak harus bisa mengerti hal-hal rumit seperti belajar prasasti atau tarian khas daerah tertentu. Meskipun belajar sejarah atau tarian itu boleh tapi Achmad Irfandi dan Ahmad Nizar menekankan belajar budaya tidak perlu yang rumit.
“Saya kira belajar sejarah tidak harus rumit. Tidak harus belajar bahasa prasasti. Jadi kita menemukan cara mengkapanyekan pelestarian budaya. Kalau ngomong pelestarian budaya maka akan bicara generasi kedepan. Generasi kedepan itu anak-anak,” jelas Achmad Irfandi.
Menurut pemuda asli Desa Pagerngumbuk tersebut untuk melestarikan budaya harus merangkul anak-anak dan membuat mereka senang. Ia menambahkan satu objek pemajuan kebudayaan adalah permainan tradisional. Objek pemajuan kebudayaan menurutnya sudah ada di Undang-undang. Pernyataan pria yang disapa Irfandi ini memang sejalan dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Objek Pemajuan Kebudayaan.
Irfandi dan Achmad Nizar menjelaskan kalau permainan rakyat atau permainan tradisional dan olahraga tradisional menyenangkan untuk anak-anak. Menurut mereka, permainan tradisional itu masuk ke objek pemajuan kebudayaan. Untuk itu permainan tradisional itu harus diwariskan karena permainan tradisional itu tradisi lisan yang tertulis. Mereka juga mengatakan dengan tradisi lisan ini makanya pencipta permainan tradisional tidak diketahui.
Dolanan di Kampung Lali Gadget
Kampung Lali Gadget menawarkankan paket dolanan berkarakter untuk kelompok belajar, instansi atau sekolah. Dilansir dari laman resminya, paket dolanan berkarakter menghadirkan pengalaman bermain terstruktur dan terpandu dengan permainan tradisional serta workshop spesifik.
Pengunjung di Kampung Lali Gadget diajak mengeksplorasi nilai-nilai melalui praktik pendidikan nonformal. Eksplorasi ini dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu dolanan sugeng rawuh (permainan pembuka yang interaktif), dolanan tembang & bahan alam (bermain sambil belajar budaya), workshop kreatif (keterampilan khas berbasis tradisi) dan terakhir ada aktivitas alam yaitu kegiatan menanam padi, menangkap ikan, dan permainan air.
Untuk permainan dan paket, Kampung Lali Gadget menawarkan berbagai paket seperti Paket TK 2, Paket TK 1, Paket Hebat, Paket Senang, Paket Sawah 2 dan Paket Sawah 1. Untuk setiap paket tersebut ada berbagai macam-macam kegiatan seperti permainan sugeng rawuh , dolanan tembang (lagu-lagu khas yang menghibur, workshop bedhil jepret (belajar membuat mainan tradisional unik), roket air (eksperimen sains dengan roket rakitan), tarik tambang (uji kekompakan dan kekuatan tim dan tangkap ikan (menangkap ikan langsung di ai)r.
Selain itu, Kampung Lali Gadget juga menawarkan Paket Bermain Mingguan yaitu Dolanan Ngabuburit, Dolanan Lemah Dolanan Liburan. Dolanan Ngabuburit adalah dolanan untuk menunggu waktu berbuka puasa. Nah, kalau dolanan Lemah adalah permaianan tradisional atau dolanan yang berbahan dari tanah. Untuk Dolanan liburan adalah paket liburan dua hari tanpa gawai di Kampung Lali Gadget.
Kampung Lali Gadget Kini
Kampung Lali Gadget saat ini masih konsisten melakukan kegiatan dalam mengajak anak-anak dan orang dewasa untuk sejenak melupakan gawainya. Kampung Lali Gadget yang menawarkan permainan tradisional khas Jawa khususnya Sidoarjo ini terus melakukan inovasi dan kegiatan yang menyenangkan untuk anak.
Pada September ini, Kampung Lali Gadget melakukan eksplorasi dolanan berbahan lidi. Kegiatan ini dinamai Dolanan Biting dengan berbagai kegiatan yang menarik untuk anak. Kegiatan dolanan biting ini antara lain panahan biting, membuat biting, biting keseimbangan, kuncian biting, kebo-keboan, layangan biting menara biting dan banyak lainnya.
Selain berkegiatan permainan tradisional, Kampung Lali Gadget juga melakukan kolaborasi dengan seniman asal Jepang, Satsuki Imai. Kolaborasi dilakukan dengan pameran seni interaktif budaya makanan Jepang dan Indonesia, khususnya Jawa, melalui karya seni interaktif “Human Sushi” dan tiga kuliner Jawa, yaitu Kue Lapis, Ingkung Ayam, dan Wedhang. Selain menikmati seni, pengunjung juga bisa mencicipi makanan khas Jawa dan Jepang.
“Saya sangat senang bisa berbagi pengalaman dan budaya dengan masyarakat Indonesia,” kata Satsuki Imai seperti dilansir dari laman Kampung Lali Gadget.
Sampai September 2025 ini, Kampung Lali Gadget sudah memperoleh berbagai penghargaan seperti Juara 1 Nasional Bidang Pendidikan, Satu Indonesia Award 2021, Kampung Berseri Astra 2023 dan Juara 1 Inovasi Pendidikan, KBA-DSA Innovation 2024. Kampung Lali gadget juga pernah meraih penghargaan dari pemerintah yaitu Bapennas. Bapennas memberikan penghargaan Kampung Lali Gadget sebagai organisasi masyarakat Sipil Terbaik Ketiga di Indonesia yang mendukung Pelaksanaan SDGs (Indonesia SDGs Action Awards 2024).
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News