Serat pangan adalah bagian penting dari pola makan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia. Di zaman sekarang ini yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi makanan cepat saji dan gaya hidup yang kurang Gerak, asupan pangan seringkali kurang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah Kesehatan.
Jika dibandingkan dengan protein, lemak, dan karbohidrat, pembahasan mengenai serat makanan sering kali kurang mendapat perhatian. Serat termasuk komponen makanan yang sulit diserap tubuh dan biasanya kontribusi gizinya diabaikan.
Namun demikian, serat makanan memiliki peran penting yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lainnya. Artikel ini membahas fungsi serat pangan dalam kehidupan sehari-hari serta pentingnya meningkatkan konsumsi serat untuk mencegah risiko penyakit degeneratif.
Pendahuluan
Perubahan pola makan masyarakat di perkotaan mengarah pada penurunan konsumsi buah, sayur, dan makanan berserat tinggi. Padahal, serat pangan memiliki peran biologis penting seperti mengontrol berat badan, meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, dan mengurangi risiko penyakit jantung serta diabetes.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan Indonesia telah menetapkan anjuran konsumsi serat harian minimal 30 gram untuk mendukung kesehatan optimal. Komposisi kimia serat pangan berbeda-beda tergantung pada jenis dinding sel tanaman yang menjadi sumbernya.
Secara umum, dinding sel tanaman terdiri dari beberapa komponen seperti selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, dan mucilage yang semuanya termasuk dalam kategori serat pangan.
Serat pangan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu serat larut (soluble dietary fiber) yang mencakup pektin dan gum, yang biasanya terdapat pada buah-buahan dan sayuran, serta serat tidak larut (insoluble dietary fiber) yang meliputi selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang banyak ditemukan dalam serealia, kacang-kacangan, dan sayuran (Santoso, 2011).
Awalnya, para ahli gizi hanya mengenal serat sebagai zat pencahar yang tidak memberikan efek penting pada tubuh manusia. Namun pandangan ini berubah setelah ditemukan bahwa rendahnya konsumsi serat berkaitan dengan tingginya angka kejadian penyakit kronis seperti penyakit jantung koroner, radang usus buntu, divertikulosis, dan kanker usus besar. Karena efek fisiologis yang signifikan ini, serat kemudian disebut sebagai serat pangan atau dietary fiber.
Dalam ilmu gizi, serat sayuran dan buah yang kita makan disebut serat kasar (crude fiber). selain serat kasar, terdapat juga serat makanan yang tidak hanya terdapat pada sayur dan buah, tetapi juga ada dalam makanan lain misalnya beras, kentang, kacang-kacangan dan umbi-umbian. Serat dalam makanan lazim disebut sebagai dietary fiber sangat baik untuk kesehatan manusia (Santoso, 2011).
Fungsi Serat Pangan dalam Kehidupan Sehari-hari
Serat pangan memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan, di antaranya adalah:
- Mengatur Berat Badan:Serat memberikan rasa kenyang lebih lama dengan menahan air dalam saluran pencernaan sehingga mencegah konsumsi berlebihan dan obesitas.
- Pengaturan Glukosa Darah:Serat memiliki kemampuan untuk mengikat glukosa, sehingga membantu memperlambat peningkatan kadar gula darah setelah makan. Mekanisme ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes karena membantu mereka dalam mengontrol dan menstabilkan kadar gula darahnya.
- Meningkatkan Kesehatan Saluran Pencernaan: Serat berperan penting dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan dengan cara membantu melembutkan tinja dan memudahkan proses buang air besar, sehingga dapat mencegah terjadinya sembelit maupun gangguan pada sistem pencernaan.
- Pencegahan Penyakit Kronis:Konsumsi serat yang cukup terkait dengan pengurangan risiko penyakit jantung koroner, kanker usus besar, dan penyakit metabolik lainnya.
Serat pangan terdiri dari serat larut dan tidak larut yang keduanya memiliki manfaat kesehatan berbeda. Serat larut membantu menurunkan kadar kolesterol darah, sedangkan serat tidak larut memperlancar gerakan usus dan mencegah sembelit.
Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi serat dapat diperoleh dari buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan produk olahan rumput laut yang memiliki kandungan serat tinggi (Hermina dan Prihatini, 2016).
Namun serat dapat digunakan untuk keberlangsungan metabolisme microflora dalam usus melalui proses fermentasi (Putri, 2015). Pangan yang mengandung serat tinggi termasuk dalam makanan prebiotic yang dapat membantu menjaga keseimbangan microflora dalam pencernaan manusia (Putri, 2015).
Kondisi Konsumsi Serat di Indonesia
Rata-rata masyarakat Indonesia masih mengonsumsi serat jauh di bawah rekomendasi dari WHO yang menetapkan kebutuhan sekitar 25-30 gram per hari, hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut yang tercapai.
Kondisi ini terutama disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dan pergeseran pola makan yang makin banyak mengonsumsi makanan rendah serat, khususnya di daerah perkotaan. Masalah ini menjadi sangat penting mengingat tingginya angka penyakit degeneratif yang erat kaitannya dengan pola makan tidak sehat.
Sumber serat yang kaya tersedia dari berbagai makanan seperti sayur-mayur, buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan konsumsi serat, diperlukan edukasi kepada masyarakat serta inovasi dalam produk pangan agar serat mudah diperoleh dan lebih diterima oleh konsumen yang hidup di era modern (Irene et al., 2021).
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News