priska yeniriatno pelopor batik kote singkawang dari sekadar hobi membatik ke melestarikan budaya indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Priska Yeniriatno, Pelopor Batik Kote Singkawang: Dari Sekadar Hobi Membatik ke Melestarikan Budaya Indonesia

Priska Yeniriatno, Pelopor Batik Kote Singkawang: Dari Sekadar Hobi Membatik ke Melestarikan Budaya Indonesia
images info

Priska Yeniriatno, Pelopor Batik Kote Singkawang: Dari Sekadar Hobi Membatik ke Melestarikan Budaya Indonesia


"Mungkin orang melihat Priska membatik itu untuk melestarikan budaya dunia, tetapi sebenarnya ya memang pyur pengen belajar kemudian jatuh cinta baru akhirnya saya bisa melestarikan budaya," ucap Priska Yeniriatno, pelopor Batik Kote Singkawang.

Dari banyak ragam seni kriya, wastra yang paling banyak bertahan hingga kini. Sebab, kain tradisional khas Indonesia dengan ragam motif yang mengandung filosofi ini paling banyak diburu baik sebagai pelengkap sandang yang merupakan kebutuhan primer manusia hingga sekadar hiasan. Sehingga wastra menjadi seni kriya yang utama dari seni kriya yang lainnya. 

Salah satu wastra ialah batik. Batik banyak ditemui di pulau Jawa. Dari sanalah terlahir beragam jenis dan motif batik. Dari para seniman mengajari para pendatang dari luar Jawa menjadikan persebaran batik meluas. Lahirlah jenis dan motif Batik di berbagai daerah yang menjadi ciri khas daerah itu. Salah satunya lahir batik di kawasan Cisadane, Kota Singkawang, Kalimantan Barat dari tangan Priska Yeniriatno.

Priska sedang menggambar batik di Rumah Batik Kote Singkawang | Koleksi Priska
info gambar

Priska sedang menggambar batik di Rumah Batik Kote Singkawang | Koleksi Priska


Selama mengenyam pendidikan tinggi jurusan Ekonomi di Universitas Atmajaya Yogyakarta, perempuan kelahiran 1988 ini aktif mengikuti kegiatan di luar kampus. Hingga ia bertemu dengan seseorang yang mengajarinya membatik. Siapa sangka, beliau adalah kakek angkatnya. Sejak merasakan sendiri cara membatik dari kakek, ia jatuh hati dengan batik hingga kini.

Layaknya teman-teman seangkatannya, selepas lulus dari pendidikan tinggi tahun 2011, ia memilih menggunakan gelar dan ijazahnya untuk melamar kerja di sebuah perusahaan Kota Amoi. Ia diterima bekerja sebagai staff accounting dengan gaji yang cukup tinggi. Sambil menjalankan bisnis pakaian yang telah berdiri sejak 2008 di kampung halamannya, ia bekerja sebagai staff accounting. 

Meski demikian, ada dilema di dalam hatinya. Kecintaannya terhadap seni mengalahkan apa yang telah ia capai ketika duduk di bangku pendidikan tinggi. Dari batik ia menemukan jati diri. Sehingga ia bekerja sebagai staf accounting tidak bertahan lama. Sebab pekerjaan yang tak sesuai dengan minat dan cinta justru membuatnya lelah mental berhari-hari. Dampaknya, bisnis yang ia rintis di kampung halaman mengalami gulung tikar. 

Enggan berlarut-larut dalam tempat yang tak membuatnya bertumbuh menjadi lebih baik, ia memantapkan langkah keluar dari kerja sebagai karyawan lalu membawa gelar yang diperolehnya ke kampung halaman. Mengantongi uang dari tabungannya dan pinjaman dari orang tua, ia nekat membeli rumah kosong di jalan Cisadane sebagai tempat membatik. 

Batik P_Monster adalah batik karya Priska paling terkenal dan best seller | Koleksi Priska
info gambar

Batik P_Monster adalah batik karya Priska paling terkenal dan best seller | Koleksi Priska


Dari rumah itu lahirlah beragam motif karya seninya. Kemudian bertambah dari karya seni masyarakat setempat atas langkah kakinya bertamu dari rumah ke rumah untuk mengenalkan dan mengedukasi batik sebisanya. Rumah itu disulapnya menjadi rumah batik yang hangat canda, tawa dan saling berbagi ilmu serta kisah inspiratif.

Priska bersama para pembatik cilik | Koleksi Priska
info gambar

Priska bersama para pembatik cilik | Koleksi Priska


Uluran tangannya, tak berhenti membantu merdeka finansial pada ibu rumah tangga demi mendapatkan penghasilan tambahan sang suami, tetapi juga para pemuda yang menganggur, anak sekolah hingga anak berkebutuhan khusus.

Anak-anak sekolah sedang praktik membatik | Koleksi Priska
info gambar

Anak-anak sekolah sedang praktik membatik | Koleksi Priska


"Dengan niat memandirikan masyarakat itu saya terjun ke IRT yang menganggur mungkin tadinya saya mudah memasukinya kemudian anak muda yang menganggur, tapi ternyata keberhasilan itu kecil. Nah saya coba dengan strategi baru saya masuk ke anak-anak supaya ada regenerasi nih. Generasi penerus. Karena kalau dari anak-anak dijejali kita butuh melestarikan batik. Akan mereka bawa ke tua, mereka akan menyebarkan, mereka akan mengedukasi. Kalau yang tua hanya memikirkan hasil," ucapnya.

Suatu kali, ia sempat menghadapi kendala biaya untuk membeli alat dan bahan membatik. Kecintaan, semangat dan tekadnya mampu memberikan cahaya penerang atas permasalahan yang dihadapinya. Ia bersama teman-teman penggiat seni menciptakan inovasi dengan membuat kerajinan tangan dari barang bekas seperti sofa kemudian ia jual. Dari hasil penjualannya itu ia alokasikan sebagai biaya pembelian alat dan bahan membatik. 

Tak berhenti dari situ, ia mendapati mahalnya harga alat dan bahan. Sedangkan penggunaan alat dan bahan tersebut setiap harinya terus bertambah seiring bertambahnya penggiat seni batik di rumah batiknya. Mengatasi permasalahan ini, ia menciptakan inovasi alat dan bahan membatik dari limbah dan sumber daya alam yang ada di sekitar. Ternyata, hal ini sangat mengurangi biaya pengeluaran. Misalnya dari pewarna kimia, ia membuat pewarna alami dari akar mengkudu, akar resam, ampas kopi, tinta cumi-cumi dan gurita.

Priska sedang melakukan pewarnaan alami dengan akar mengkudu dan resam | Koleksi Priska
info gambar

Priska sedang melakukan pewarnaan alami dengan akar mengkudu dan resam | Koleksi Priska


Kemudian rumah batik itu ia namai dengan Rumah Batik Kote Singkawang. Ia menjelaskan bahwa kata "Kote" berasal dari bahasa Melayu yang dalam bahasa Indonesia berarti kota. 

Atas usulan dari pihak pemberi bantuan dana kepada Rumah Batik Kote Singkawang agar ia membangun kampung wisata di Kota Singkawang, maka ia meluaskan wilayah perbatikan dari Singkawang Barat menuju Singkawang Timur dan Selatan. Sehingga dinamakanlah Kampung Wisata Batik Tiga Penjuru.

Kegiatan masyarakat membatik di Kampung Batik Tiga Penjuru | Koleksi Priska
info gambar

Kegiatan masyarakat membatik di Kampung Batik Tiga Penjuru | Koleksi Priska


Dari terbentuknya Kampung Wisata Batik Tiga Penjuru pada 2019 ini, Rumah Batik Kote Singkawang tak lagi hanya di kawasan Cisadane, tetapi juga berdiri Rumah Batik Kote Singkawang Nyarumkop untuk penjuru timur (Singkawang Timur) dan Sedau untuk penjuru selatan (Singkawang Selatan).

Dari sini, ia mulai memikirkan motif khas dari Singkawang. Ia melakukan penelitian, pengamatan dan diskusi dengan para pakar juga aktivis lingkungan sehingga ia temui motif etnik dan tanaman endemik serta beragam motif yang disenangi anak-anak sebagai motif khas Batik Kote Singkawang yang kemudian disebut dengan Corak Tiga Penjuru.

Logo Corak Tiga Penjuru | Koleksi Priska
info gambar

Logo Corak Tiga Penjuru | Koleksi Priska


Kini Kampung Wisata Batik Tiga Penjuru tak pernah sepi wisatawan domestik hingga mancanegara. Sejak saat itu hingga kini, Rumah Batik Kote Singkawang yang menjadi basis utama tak pernah sepi pengunjung baik berkunjung untuk keperluan melihat dan membeli batik, belajar membatik bahkan menjadi galeri workshop seni.

Pelatihan membatik bersama ibu-ibu PKK di Rumah Batik Kote Singkawang | Koleksi Priska
info gambar

Pelatihan membatik bersama ibu-ibu PKK di Rumah Batik Kote Singkawang | Koleksi Priska


Priska membuktikan bahwa hobi yang ditekuni dengan serius mampu berdampak positif bagi sekitar. Melalui batik, ia tak hanya membantu sesama mendapatkan tambahan finansial, tetapi menanamkan cinta akan budaya Nusantara, mengenalkan budaya ke penjuru dunia hingga melestarikannya. Kontribusinya terhadap negeri terdengar masyarakat luas. Tak ayal, apabila Priska menerima berbagai penghargaan dari sejumlah brand dan ajang bergengsi. Namun yang paling berkesan baginya adalah ketika ia terpilih menjadi Local Champion dalam Program Satu Indonesia Awards Tahun 2020.

Priska menerima apresiasi Satu Indonesia Award 2019 | Koleksi Priska
info gambar

Priska menerima apresiasi Satu Indonesia Award 2019 | Koleksi Priska


"Membatik itu memang berawal dari hobi. Begitu mengenal batik, saya jatuh cinta dan tidak pernah berhenti sampai sekarang," ungkap Priska.

Jaga dan lindungi cintamu pada batik, Priska. Teruskan tanganmu menggores di atas kain itu. Teruskan uluran tanganmu kepada mereka yang duduk sendiri di tepi jurang. Teruskan langkah kakimu hingga ke penjuru negeri. Seiring apa yang kau lakukan dari hatimu yang penuh cinta, lestarilah budaya Indonesia.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ES
FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.