kisah jefri davidson hakola humba - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Jefri Davidson dan Hakola Humba, Membuka Cakrawala Anak Sumba

Kisah Jefri Davidson dan Hakola Humba, Membuka Cakrawala Anak Sumba
images info

Kisah Jefri Davidson dan Hakola Humba, Membuka Cakrawala Anak Sumba


Upaya meningkatkan literasi di wilayah pedalaman Nusa Tenggara Timur kembali mendapat sorotan nasional. Kawan GNFI, Jefri Davidson Ama Kia, pemuda asal Kampung Sodan, Sumba Barat, terpilih sebagai salah satu finalis 15th SATU Indonesia Awards 2024 kategori Pendidikan.

Ini semua berkat konsistensinya menggerakkan kegiatan baca tulis bagi anak-anak dan masyarakat di kampungnya.

Sebagai informasi, SATU Indonesia Awards sendiri adalah ajang apresiasi tahunan yang digelar oleh PT Astra International Tbk sejak 2010, ditujukan untuk anak-anak muda Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. 

Adapun Jefri Davidson Ama Kia dijuluki “Penerang Literasi Kampung Sodan” karena kegigihannya memperjuangkan pendidikan dasar di daerahnya lewat program Hakola Humba (Sokola Sumba) yang ia koordinasi.

Hakola Humba sendiri adalah bagian dari SOKOLA Institute yang diinisiasi oleh Aditya Dipta dan Butet Manurung. Fokus dari SOKOLA adalah menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terluar, terpencil, dan terdalam di Indonesia.

baca juga

Disebutkan dalam situs resminya, Hakola Humba lahir di tahun 2019, ketika melihat tingginya angka buta huruf di Sumba. Maka dari itu, Jefri dan tim menyelenggarakan program literasi dasar. Dalam praktiknya, aktivitas ini disesuaikan dengan adat istiadat dan rutinitas sehari-hari warga.

Jefri sendiri telah bergabung sebagai relawan guru bersama SOKOLA sejak tahun 2016. Hatinya tergugah setelah membaca buku Sokola Rimba yang ditulis oleh Butet Manurung. Kemudian, di tahun 2019, ia ditempatkan di Sokola Sumba, Kampung Adat Sodan, Desa Laboya Dete, Pulau Sumba.

Di program ini, ia didapuk sebagai pemimpin. Fokus utamanya adalah menurunkan tingkat buta huruf dan berhitung di wilayah tersebut. Terlebih lagi, data menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak harus putus sekolah dan orang dewasa tidak bisa membaca.

Namun, dalam aplikasinya, Jefri juga mengajarkan masyarakat untuk bisa bertani organik dan menenun. Dalam profil singkat yang ditulis oleh ASTRA, Sokola Sumba telah berdampak bagi 46 anak usia sekolah, remaja, hingga 78 orang dewasa di Kampung Adat Sodan. Anak-anak lokal mulai lebih lancar membaca, mengenal angka dan warna, belajar tentang anggota tubuh dan nama-namanya, hingga punya keterampilan baru. Uniknya, Jefri perlu menggunakan bahasa Lamboya sebagai bahasa pengantar.

Gerakan ini tidak hanya memberi manfaat pendidikan, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri di masyarakat. Kehadiran ruang baca di kampung memberi simbol bahwa meski berada di daerah terpencil, hak atas pendidikan tetap bisa diperjuangkan. Namun tentunya, semua itu tak terlepas dari dukungan masyarakat setempat. Ada sebuah cerita menarik di sini.

baca juga

Dalam situs SOKOLA Institute dituliskan, warga bergotong royong membangun Uma Hakola Humba (rumah untuk Sekolah Sumba) tahun 2021. Banyak yang turut berpartisipasi, termasuk para wanita untuk memasak dan murid Hakola Humba.

Pembangunan sekolah ini adalah inisiatif warga Sodan, lantaran berhubungan dengan pamali atau larangan kepercayaan tertentu. Selama Jefri dan tim bertugas, mereka tinggal di salah satu rumah warga.

Namun, adat di sana melarang murid dari kelompok tertentu untuk masuk ke rumah ‘guru’ karena pamali-nya. Maka dari itu, dibangunlah Uma Hakola Humba agar tempat netral ini bisa didatangi semua orang.

“Murid-murid kecil kami sangat bersemangat menanti Uma Hakola selesai dibangun. Todung Robu bahkan berceloteh, ‘Kalau uma sudah selesai, sa bawa sa pu tikar untuk tidur di sini sudah. Sama bawa sa pu anak ayam, pelihara di bawah rumah." tulis Sokola Humba.

Melalui kiprahnya dalam pendidikan di Sumba, Jefri berhasil masuk nominasi finalis SATU Indonesia Awards 2024 di bidang Pendidikan. Kehadirannya dalam ajang ini menegaskan bahwa perjuangan di tingkat lokal bisa mendapat pengakuan nasional.

Dengan menjadi finalis, Jefri berkesempatan mendapatkan dukungan lebih luas, baik berupa jejaring maupun publikasi, untuk mengembangkan program literasinya.

Keikutsertaan Jefri dalam ajang ini menumbuhkan optimisme baru bagi masyarakat di daerahnya. Dukungan buku, relawan, maupun fasilitas pendidikan diharapkan bisa semakin mengalir agar gerakan literasi di Kampung Sodan terus berkelanjutan.

Dengan semangat itu, perjuangan Jefri Davidson Ama Kia menjadi simbol bahwa satu orang bisa memberi perubahan signifikan. Dari sebuah kampung sederhana di Sumba Barat, ia membuktikan bahwa pendidikan adalah cahaya yang mampu menerangi jalan menuju masa depan lebih baik.

 

#kabarbaiksatuIndonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AJ
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.