ikan uwak belut seram yang disulap orang dayak jadi hidangan lezat - News | Good News From Indonesia 2025

Ikan Uwak, Belut Seram yang Disulap Orang Dayak Jadi Hidangan Lezat

Ikan Uwak, Belut Seram yang Disulap Orang Dayak Jadi Hidangan Lezat
images info

Ikan Uwak, Belut Seram yang Disulap Orang Dayak Jadi Hidangan Lezat


Di perairan berlumpur pesisir dan muara sungai Nusantara, hidup makhluk unik yang telah lama menjadi bagian dari kuliner tmasyarakat Kalimantan. Ialah Ikan Uwak. 

Secara sekilas, penampakannya sering dikira sebagai belut, membuatnya menyandang nama-nama lokal seperti "belut uwak" atau "belut pasir". 

Namun, ikan ini menyimpan identitas zoologis dan keunikan tersendiri yang membedakannya sepenuhnya dari golongan belut. 

Sejenis Belut Lumpur

Ikan uwak bukanlah belut, melainkan termasuk dalam kelompok ikan yang berbentuk mirip belut (eel-like fish). Secara ilmiah, ia digolongkan ke dalam Famili Gobiidae, yang merupakan famili ikan dengan spesies terbanyak di dunia. 

Genus yang paling umum dikaitkan dengan ikan uwak adalah Odontamblyopus. Salah satu spesies yang sering ditemui dan dikonsumsi adalah Odontamblyopus rubicundus. Klasifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut:

  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Chordata
  • Kelas: Actinopterygii (Ikan bersirip duri)
  • Ordo: Gobiiformes
  • Famili: Gobiidae (Ikan Gobi)
  • Genus: Odontamblyopus
  • Spesies: Contohnya Odontamblyopus rubicundus

Pengelompokan dalam Famili Gobiidae ini sangat penting, karena menjelaskan asal-usulnya yang berbeda dari belut sejati (yang masuk ordo Anguilliformes). 

Ikan uwak pada dasarnya adalah sejenis "Gobi" yang tubuhnya memanjang secara ekstrem sebagai bentuk adaptasi terhadap habitatnya.

Lebih suka “berjalan” ketimbang berenang

Ikan uwak memiliki sejumlah karakteristik fisik yang mudah dikenali. Tubuhnya sangat memanjang, pipih, dan lunak, menyerupai pita. Panjangnya dapat mencapai 50 cm atau lebih. 

Warnanya umumnya merah muda pucat, kemerahan, hingga kecoklatan, yang membantunya berkamuflase di dasar lumpur. Kepalanya relatif besar dengan mata yang sangat kecil, bahkan seringkali tertutup kulit, menandakan bahwa ikan ini tidak terlalu bergantung pada penglihatan.

Ciri yang paling mencolok adalah sirip-siripnya. Sirip punggung (dorsal) dan sirip anus (anal) sangat panjang, memanjang hampir sepanjang tubuhnya, dan menyatu dengan sirip ekor. Sirip perutnya (ventral) menyatu membentuk seperti cakram yang berfungsi sebagai alat perekat. 

Dari segi perilaku, ikan uwak adalah penghuni dasar (bottom dweller) yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bersembunyi di dalam liang-liang di dasar lumpur atau pasir. 

Mereka adalah perenang yang lamban dan lebih banyak "berjalan" di dasar perairan menggunakan siripnya. Sebuah studi dalam jurnal Ichthyological Research menyebutkan bahwa spesies Odontamblyopus rubicundus memiliki kebiasaan membuat liang yang kompleks di substrat lumpur sebagai tempat berlindung dan berbiak.

baca juga

Penghuni perairan payau

Ikan uwak adalah penghuni khas perairan estuarin (payau) dan pesisir dengan substrat lumpur atau pasir berlumpur. Mereka ditemukan di daerah intertidal (pasang-surut), muara sungai, dan kanal-kanal di sekitar hutan mangrove. Kemampuannya bertahan pada kondisi oksigen rendah dan salinitas yang berfluktuasi membuatnya sangat adaptif di habitat ini. 

Persebarannya mencakup perairan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia, ikan ini dilaporkan banyak ditemukan di perairan pesisir Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, di mana kondisi lumpur dan pasang-surut mendukung kelangsungan hidupnya. Liang yang mereka buat di dasar lumpur menjadi ciri khas keberadaan populasi ikan ini di suatu lokasi.

Beda dengan belut umumnya

Meski sekilas mirip, terdapat perbedaan mendasar antara ikan uwak dan belut sejati (misalnya dari genus Anguilla):

  1. Klasifikasi: Seperti telah dijelaskan, uwak adalah ikan (Ordo Gobiiformes), sementara belut sejati masuk Ordo Anguilliformes.
  2. Sisik: Ikan uwak memiliki sisik yang sangat kecil dan halus, atau bahkan tidak terlihat, tetapi ia tetap digolongkan sebagai ikan bersisik. Sementara belut sejati seperti belut sawah (Anguilla spp.) tidak memiliki sisik sama sekali.
  3. Sirip: Ikan uwak memiliki sirip punggung dan sirip anal yang terpisah dan jelas, meski memanjang. Belut memiliki sirip yang menyatu membentuk "pinggiran" seperti pita di sepanjang tubuhnya.
  4. Insang: Struktur insang ikan uwak lebih mirip dengan ikan pada umumnya, sedangkan struktur insang belut memiliki perbedaan morfologis yang signifikan.

Disulap jadi hidangan lezat

Bagi masyarakat Dayak dan masyarakat pesisir Kalimantan pada umumnya, ikan uwak telah lama menjadi sumber protein hewani yang disukai. Ikan ini biasanya ditangkap dengan cara tradisional, seperti menyusut air di lubang-lumpur saat air surut atau dengan menggunakan alat penjebak. 

Dalam pengolahan kuliner, ikan uwak dikenal memiliki daging yang lembut dan gurih. Ia sering diolah menjadi sup, digoreng, atau dimasak dengan bumbu kuning dan sayuran.

Pertanyaan penting yang sering muncul adalah: apakah ikan uwak berbahaya dikonsumsi? Secara umum, ikan uwak tidak berbahaya untuk dikonsumsi selama diperoleh dari perairan yang bersih dan diolah dengan benar. 

Sejauh ini, tidak ada laporan ilmiah atau jurnal yang menyatakan bahwa ikan uwak mengandung racun alami yang berbahaya bagi manusia. Namun, seperti halnya semua biota yang hidup di perairan estuarin dan berlumpur, terdapat potensi bioakumulasi logam berat atau kontaminan jika habitatnya tercemar oleh limbah industri atau domestik. 

Oleh karena itu, kunci keamanannya terletak pada kebersihan habitat asal ikan tersebut. Masyarakat lokal yang telah mengonsumsinya turun-temurun biasanya telah mengetahui lokasi-lokasi penangkapan yang masih terjaga kebersihan lingkungannya.

Ikan uwak merupakan contoh potensi biodiversitas perairan Indonesia yang memiliki nilai ekologis dan nilai gizi. Keberadaannya tidak hanya memperkaya keragaman hayati tetapi juga menjadi bagian dari warisan kuliner tradisional yang perlu dilestarikan dan dikelola secara berkelanjutan.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.