Satu aksi seribu manfaat, itulah kata yang tepat untuk Garda Pangan yang telah mengukir jejak nyata untuk selamatkan lingkungan dengan mengentas isu sampah makanan dan memberantas kesetaraan pangan melalui food bank.
Kawan GNFI, isu sampah bukanlah hal baru di Indonesia. Sampah mampu menyebabkan bencana lingkungan seperti yang terjadi pada TPA Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005. Siapa sangka, hujan deras dan dinginnya udara pagi itu diwarnai suasana duka lantaran gas metana yang terperangkap di tumpukan sampah TPA Leuwigajah meledak dan menyebabkan longsoran sampah yang mampu menimbun 2 kampung sekaligus dan menewaskan 157 korban jiwa. Ini adalah tragedi lingkungan terparah yang terjadi di Indonesia.
Isu sampah di Indonesia, Benarkah Selama ini Kita Merugi?
Apa yang terjadi di Leuwigajah hanyalah salah satu dampak nyata akibat tidak adanya pengolahan sampah yang benar. Banyak sampah yang berujung di TPA tanpa melalui proses pengolahan. Dari semua jenis sampah yang ada, sebagian besar berasal dari sampah makanan. Bayangkan saja, 1 orang mampu membuang makanan hingga 300 kilogram setiap tahunnya, apabila diakumulasikan, sisa makanan yang ada di Jakarta bisa mencapai 4 kali lipat dari tinggi Monumen Nasional Jakarta. Tak heran bahwa Indonesia menjadi negara penghasil sampah terbesar kedua di antara negara G20.
Hal tersebut berdampak pada beberapa kerugian, dalam bidang ekonomi, Indonesia telah merugi sebesar 213 hingga 551 Triliun Rupiah, ini setara dengan 4% - 5% GDP Indonesia. Banyak pihak yang dirugikan di sini, keringat para petani, para pekerja di pasar, di setiap industri makanan, semua ikut terdampak dari adanya food waste. Metana yang dihasilkan sampah organik juga berdampak buruk pada lingkungan. Efek gas metana mampu menyebabkan efek rumah kaca serta memicu kebakaran dan ledakan di TPA apabila metana telah terakumulasi dalam jumlah besar. Dari sini, masihkah kita membuang-buang makanan? Sedangkan di luar sana masih banyak warga yang kelaparan karena adanya kesenjangan akses terhadap pangan.
Garda Pangan: Why Bin it, if You Can Feed People in Need?
Kerugian dari segi ekonomi, lingkungan, dan sosial tersebut mendasari Garda Pangan untuk berperan aktif menyelamatkan lingkungan. Garda pangan lahir dari keresahan Dedhy Trunoyudho dan Indah Audivta yang merupakan pengusaha katering pernikahan. Mereka melihat pembuangan makanan sisa di tiap pekannya cukup mengganggu, dari sinilah lahir sebuah gerakan food bank yang bernama Garda Pangan.
Garda Pangan adalah sebuah food bank yang mewadahi makanan surplus dan berpotensi terbuang untuk disalurkan kepada masyarakat pra-sejahtera, seperti panti asuhan, panti jompo, shelter anak jalanan, Liponsos, rumah singgah pasien, dan warga difabel. Dengan misi mewujudkan Indonesia bebas lapar lewat pendistribusian makanan berlebih, Garda Pangan mampu menyelamatkan potensi makanan terbuang dan menyalurkannya kepada masyarakat pra-sejahtera, selain itu juga mampu mendorong industri dan bisnis di bidang makanan untuk menjadi donatur yang peduli akan pembuangan makanan. Garda Pangan juga siap membantu meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye dan mendorong pemerintah kota untuk menciptakan iklim dan sistem yang kondusif untuk mendorong entitas di dalamnya turut aktif terlibat mengurangi sampah makanan.
Salah satu programnya adalah Food Rescue. Garda Pangan menjemput makanan sisa dari berbagai industri hingga kegiatan besar, seperti pesta pernikahan, hotel, rumah makan, sekolah, dan masih banyak lagi untuk kemudian diperiksa kembali kualitasnya sesuai SOP yang berlaku, dikemas ulang, dan didistribusikan pada masyarakat sasaran.

Garda Pangan | Foto: Instagram/@gardapangan
Program lainnya adalah Gleaning. Gleaning adalah proses food rescue dengan menjemput bahan makanan dari lahan pertanian langsung, hal ini dapat dilakukan ketika panen raya, harga anjlok, atau dilakukan ketika ada sisa sayur dan buah yang tidak ‘cantik’ secara fisik sehingga tidak layak jual. Hal ini dilakukan untuk mengurangi sampah organik dan mengubah makanan tidak layak jual menjadi lebih bermanfaat.
Dalam pelaksanaannya, Garda Pangan juga memiliki bisnis unit, di antaranya adalah food waste management service, food waste education dan workshop, ugly produce business, dan organic waste treatment by BSF (Black Soldier Fly).
Satu Langkah menuju SATU Indonesia Awards 2024
Dedikasi Garda Pangan untuk menyelamatkan lingkungan dengan inovasinya yang sangat berdampak pada masyarakat mampu mengantar Kevin Gani, Ketua Yayasan Garda Pangan, meraih penghargaan Indonesia Awards 2024 di Bidang Lingkungan. Dalam acara Awarding 15th SATU Indonesia Awards 2024 yang ditayangkan di kanal YouTube SATU Indonesia Kevin mengatakan, “Kita (Garda Pangan) memiliki 2 visi besar, yaitu mengurangi isu sampah makanan dan kesetaraan akses pangan.” Dari visi tersebut lahirlah Garda Pangan dengan semangatnya yang totalitas menjadi garda terdepan melindungi lingkungan.
“Sampah adalah tanggung jawab kita akan berdampak ke banyak orang,” ungkap Kevin dalam kegiatan Talkshow Good Movement yang diselenggarakanolehGNFI melalui Zoom Meeting pada Jumat (26/9/2025) lalu. Sudah waktunya kita sadar bahwa sepiring makanan yang kita makan akan berharga bagi orang di luar sana yang membutuhkan. Perlu kita ingat juga bahwa makanan itu telah melalui proses yang panjang untuk akhirnya sampai di hadapan kita. “Itu harus kita renungkan dalam-dalam,” pungkasnya.
Jadi, gimana Kawan GNFI? Sudah siapkah kita menjadi pribadi yang lebih aware pada makanan? Yuk kita menjadi penggerak dan saling memotivasi, untuk masa depan Indonesia yang lebih peduli akan lingkungan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News