Jika berbicara mengenai Papua, yang terlintas di benak kebanyakan orang adalah wisata alamnya yang indah, satwanya yang kaya dan beragam, hingga tambangnya yang melimpah. Namun, tahukah Kawan GNFI, bahwa ternyata Papua tidak hanya tentang hal-hal tersebut.
Pada ketinggian 800 meter di atas laut, terdapat sebuah kampung bernama Ambaidiru yang terletak di Kota Serui, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Yapen. Di sana, para petani menanam kopi jenis robusta. Menariknya, daerah ini merupakan satu-satunya penghasil kopi jenis robusta di Papua, sementara yang biasa ditemui lainnya adalah kopi jenis arabica.
Sayangnya, masih sedikit pemuda yang sadar bahwa wirausaha merupakan sektor yang penting untuk mendukung komoditas tersebut. Kebanyakan orang di Papua lebih berfokus pada komoditas lainnya seperti tambang dan alam.
Setidaknya, dari sedikit pemuda yang sadar, Gie adalah salah satunya. Penasaran kisahnya? Yuk, simak hingga akhir!
Berawal dari Memberdayakan Petani Ambaidiru
Pada suatu hari di tahun 2019, Kopi Yoi Serui akhirnya resmi didirikan di sebuah kampung bernama Ambaidiru. Adalah Gie pemiliknya, seorang pemudi yang juga berasal dari sana.
Tak perlu mewah, ia memulai bisnisnya di atas lahan seluas 4x6 meter, yang ternyata adalah halaman rumahnya sendiri. Semua itu ia lakukan dengan satu niat yang tulus, yakni memberdayakan para petani lokal Ambaidiru. Ia melihat adanya keunikan bahwa kampung tersebut menjadi satu-satunya penghasil kopi robusta di daerah Papua.
Pada awal usahanya, Kopi Yoi Serui tidak serta merta langsung ramai dikunjungi oleh pelanggan. Teman, kerabat, hingga keluarga menjadi pelanggan setianya di awal berdirinya kedai ini, sebagaimana yang ia katakan dalam wawancaranya bersama BumiPapua.com.
Namun, perlahan tapi pasti, Kopi Yoi Serui mulai dikunjungi oleh banyak orang. Promosi dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh orang-orang terdekat terbukti berhasil. Bahkan, kini kedai tersebut telah memiliki mobil kopi untuk memasarkan kopi dan menu lainnya sambil berkeliling.
Cintailah Kopi Lokal Papua
Satu hal menarik yang saya amati dari kedai kopi ini adalah bahwa mereka tidak hanya menyajikan kopi semata kepada para pelanggan. Lebih dari itu, mereka juga mengajarkan untuk mencintai kopi sebagai bagian dari potensi kearifan lokal, terutama tanah Papua.
Untuk itu, Gie membuat satu konsep khas yang relatif tidak dimiliki oleh kedai kopi kebanyakan. Hal tersebut adalah para pelanggan dipersilakan untuk meracik kopi yang ingin diminumnya sendiri. Harapannya, dengan konsep tersebut, para pelanggan tidak hanya sebatas menikmati kopi, tetapi juga mencintainya.
Mengajak Masyarakat Sekitar
Gie sebagai orang yang menghargai kearifan lokal, selalu mengandalkan masyarakat sekitar dan kekayaan alam Papua. Oleh karena itu, selain menggunakan kopi lokal Ambaidiru, ia juga turut mengajak masyarakat di sana untuk menjalankan bisnis Kopi Yoi Serui.
Awal mula berdirinya, terdapat 9 pemuda Papua yang turut serta bekerja bersamanya. Namun, lama kelamaan, tersisa menjadi 6 orang.
Menariknya, salah seorang di antaranya merupakan seorang disabilitas. Gie bertemu dengannya di salah satu SLB di Papua ketika sedang mengadakan acara di sana. Sebelumnya, pemuda tersebut sering ditolak dalam pekerjaan karenanya merupakan seorang tuna wicara.
Namun, melihat tekad dan usahanya yang kuat dalam belajar, Gie menerima pemuda tersebut untuk bekerja bersamanya. Meski sering diremehkan, pemuda disabilitas tersebut akhirnya berhasil membuktikan dengan menjadi barista yang andal.
Atas kontribusinya terhadap masyarakat sekitar, Gie pada tahun 2021 menerima penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra pada bidang kewirausahaan. Dengan mendirikan Kopi Yoi Serui, Gie tidak hanya mendukung petani lokal, tetapi juga mengajak masyarakat untuk mencintai potensi lokal serta menghidupkan perekonomian sekitar. Siapa sangka, bisnis yang berawal dari lahan sebesar 4x6 meter itu kini menjadi jantung kehidupan bagi banyak orang di sana.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News