AIESEC in Untan kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun kepedulian generasi muda terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan. Melalui programGlobal Volunteer Summer Peak 2025, puluhan pemuda lintas negara berkumpul di Kubu Raya dalam kegiatan "Navigate The Map II" yang berlangsung di kawasan Ekowisata Telok Berdiri, Sungai Kakap.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Kubu Raya, yang turut memfasilitasi transportasi, pendampingan, hingga akses ke berbagai destinasi wisata edukatif di sekitar lokasi. Kehadiran pemerintah menjadi faktor kunci yang memungkinkan para peserta merasakan langsung interaksi dengan alam, budaya lokal, dan masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, Sri Ratnaningsih selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kubu Raya menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjaga kelestarian alam.
“Kami sangat mengapresiasi semangat anak muda, baik lokal maupun internasional, yang hadir di sini. Upaya mereka dalam belajar sekaligus ikut menjaga lingkungan, seperti melalui penanaman mangrove, sejalan dengan visi pemerintah untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan di Kubu Raya. Kami percaya, kegiatan ini bukan hanya berdampak hari ini, tetapi juga menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar untuk terus peduli lingkungan,” ujarnya.
Melalui dukungan Disporapar, peserta dapat berkunjung ke beberapa titik strategis, termasuk area mangrove yang gagal tumbuh maupun yang berhasil, sebagai bahan pembelajaran mengenai tantangan rehabilitasi ekosistem pesisir. Selain itu, peserta juga diperkenalkan pada produk lokal khas, seperti selai kelapa yang diproduksi masyarakat sekitar, sehingga mampu memahami keterkaitan antara lingkungan, budaya, dan ekonomi kreatif.
Telok Berdiri sendiri merupakan destinasi ekowisata yang menyimpan kekayaan alam sekaligus kisah perjalanan panjang masyarakat Kubu Raya dalam menjaga ekosistem mangrove. Terletak di tepi Sungai Kakap, kawasan ini dulunya merupakan hutan mangrove yang sangat lebat, menjadi benteng alami dari abrasi sekaligus rumah bagi berbagai biota laut seperti kepiting, udang, dan ikan kecil.
Suasana di lokasi masih terasa asri dengan hamparan pohon hijau, kicauan burung yang sesekali terdengar, serta angin sungai yang sejuk menyapa pengunjung. Di balik keindahannya, Telok Berdiri juga menyimpan cerita tentang tantangan besar pelestarian lingkungan. Salah satu area mangrove di sini pernah gagal tumbuh karena metode reboisasi yang kurang tepat sehingga sebagian lahan berubah menjadi lumpur tanpa vegetasi.
Namun, cerita itu bukanlah akhir. Kini, upaya baru dilakukan dengan lebih terarah, melibatkan masyarakat lokal, pemerintah, serta dukungan pihak swasta.
Di sisi lain kawasan, terdapat area mangrove yang berhasil tumbuh subur dan kini menjadi harapan baru sebagai destinasi wisata berbasis ekologi. Peserta program dapat menyaksikan langsung perbedaan nyata antara lahan gagal tanam dan lahan berhasil, sebuah pengalaman belajar yang tidak hanya menyentuh pengetahuan, tetapi juga emosi. Mereka diajak berjalan menyusuri jembatan kayu yang sederhana, tetapi sarat makna, sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu lokal tentang pentingnya mangrove bagi kehidupan pesisir.
Selain itu, para peserta juga sempat berinteraksi dengan kelompok ibu-ibu yang tinggal di sekitar kawasan, yang setiap harinya rutin membersihkan dan menjaga kebersihan lokasi. Kehadiran komunitas ini menjadi bukti bahwa masyarakat lokal memiliki peran vital dalam memastikan keberlangsungan ekowisata Telok Berdiri.
Tak hanya belajar soal mangrove, peserta juga mendapat kesempatan mengenal kearifan lokal lewat kuliner khas. Salah satunya adalah selai kelapa, hasil olahan dari pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah sekitar. Produk sederhana tapi unik ini bukan hanya menjadi makanan, tetapi juga simbol kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan hasil alam untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Melalui kegiatan ini, para peserta merasakan secara langsung bahwa keberlanjutan tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga tentang bagaimana alam, budaya, dan ekonomi bisa berjalan beriringan.
Bagi para Exchange Participant (EP) dari berbagai negara, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga yang memberikan perspektif baru tentang hubungan manusia dengan alam. Salah satu peserta, Nitesh Thakur, membagikan pengalamannya.
“Rasanya sangat terinspirasi untuk melihat bagaimana masyarakat lokal di sini begitu nyatu sama alam. Saat main ke lokasi mangrove, menjadi sadar betapa pentingnya restorasi dilakukan dengan benar dan berkelanjutan. Rasanya juga senang banget karena disambut hangat sama warga, mulai dari belajar bikin selai kelapa sampai jalan-jalan ke tempat budaya. Program ini tidak hanya memberikan ilmu, tapi juga kenangan dan pertemanan yang akan dibawa pulang,” ungkapnya dengan penuh antusias.
Testimoni ini menunjukkan bahwa program Global Volunteer tidak hanya memberi dampak pada lingkungan lokal, tetapi juga memperluas wawasan global para peserta yang datang dari berbagai belahan dunia.
Sebagai organisasi kepemudaan internasional, AIESEC in Untan terus menjadi jembatan antara pemuda lokal, pemuda internasional, dan pemangku kepentingan.Program "Navigate The Map II" ini bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan ruang belajar kolektif yang menggabungkan aksi nyata, pertukaran budaya, dan pengembangan kepemimpinan.
Menurut Ziscka Rayya Khairunisa Resa, Organizing Committee President untuk Incoming Global Volunteer, dukungan pemerintah dan masyarakat lokal memberikan dampak besar pada keberhasilan acara. Ia menyampaikan bahwa kolaborasi dengan Disporapar Kubu Raya membuat kegiatan menjadi lebih relevan dengan kondisi nyata di lapangan sekaligus memberi kesempatan bagi peserta untuk merasakan bagaimana budaya lokal berperan dalam menjaga lingkungan.
Kegiatan Global Volunteer Summer Peak 2025 menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi kepemudaan mampu menghadirkan solusi berkelanjutan bagi isu lingkungan.Dukungan penuh dari Disporapar Kubu Raya tidak hanya memfasilitasi kegiatan, tetapi juga memperkuat pesan bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama.
Dengan semangat kolaborasi ini, AIESEC in Untan berharap semakin banyak pemuda yang terinspirasi untuk berkontribusi, baik melalui aksi sederhana maupun proyek jangka panjang, demi menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Penulis: Chintya Joan Riby Cantika Dewi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News