pahit pedas leunca sayuran hijau pelengkap lalapan sunda - News | Good News From Indonesia 2025

Pahit Pedas Leunca, Sayuran Hijau Pelengkap Lalapan Sunda

Pahit Pedas Leunca, Sayuran Hijau Pelengkap Lalapan Sunda
images info

Pahit Pedas Leunca, Sayuran Hijau Pelengkap Lalapan Sunda


Dalam kuliner Sunda, lalapan bukan sekadar pelengkap, melainkan sebuah keharusan yang menyempurnakan cita rasa hidangan. Di antara daun selada, timun, dan kol, kerap muncul sekumpulan buah kecil berwarna hijau tua hingga kehitaman yang dikenal sebagai leunca atau ranti. Keberadaannya menambah rasa pahit-pedas yang unik dan menyegarkan.

Dijuluki "Nightshade"

Leunca (Solanum nigrum L. var. nigrum atau kompleks Solanum nigrum) adalah tanaman dari famili Solanaceae, yang membuatnya masih bersaudara dengan terung, tomat, dan kentang. Di negara lain, tanaman ini sering disebut sebagai "black nightshade". 

Meski nama "nightshade" kerap dikaitkan dengan racun, varietas yang dikonsumsi di Indonesia, khususnya di Asia, umumnya diakui aman dan telah lama menjadi bagian dari kuliner tradisional. Penyebutannya pun beragam di setiap daerah. 

Orang Sunda menyebutnya leunca, orang Jawa menyebutnya ranti, di Sumatra dikenal sebagai buah kopo, sedangkan di Toraja disebut bobose. Nama-nama ini menunjukkan betapa leunca telah menyebar dan menjadi bagian dari budaya makan Nusantara.

Buahnya jadi primadona

Tanaman leunca berbentuk perdu kecil dengan tinggi bisa mencapai hingga satu meter. Batangnya berkayu, bercabang banyak, dan berwarna hijau kecokelatan. Daunnya berbentuk oval atau bulat telur dengan ujung meruncing, tepinya rata hingga bergerigi tidak teratur, dan permukaannya yang halus. 

Bunganya berukuran kecil, berwarna putih, dan tumbuh dalam rangkaian. Buah leuncalah yang menjadi primadona. Buahnya kecil, seukuran kacang hijau, berbentuk bulat, dan tumbuh dalam tandan. Ketika muda, warnanya hijau, dan ketika matang sempurna, berubah menjadi ungu kehitaman yang pekat. 

Bagian yang dikonsumsi sebagai lalapan adalah buahnya yang masih berwarna hijau tua. Buah ini memiliki tekstur renyah dan rasa yang khas: pahit, langu, namun disusul dengan sensasi segar dan pedas yang ringan di akhir, menciptakan pengalaman rasa yang kompleks.

Bedakan Leunca dengan Takokak!

Sering kali terjadi kekeliruan antara leunca dengan takokak (Solanum torvum). Meski berasal dari famili yang sama, keduanya adalah tanaman yang berbeda. Takokak (atau tekokak/terong pipit) memiliki ukuran buah yang jauh lebih besar, seukuran kelereng, dengan tekstur yang lebih keras dan rasa yang cenderung lebih pahit. 

Daun dan batang takokak juga lebih keras dan sering digunakan sebagai batang bawah untuk okulasi terung. Sementara leunca buahnya lebih kecil, lebih lunak, dan rasanya lebih kompleks dengan sensasi pedas. Dalam lalapan Sunda, keduanya bisa hadir, tetapi leunca lebih umum ditemui.

baca juga

Cara Mengonsumsi Leunca

Cara konsumsi yang paling tradisional dan populer adalah dimakan mentah-mentah sebagai lalapan. Leunca disajikan dalam keadaan segar, dicuci bersih, lalu dicocol bersama sambal terasi dan nasi hangat bersama lauk-pauk lainnya seperti ikan goreng atau ayam bakar. 

Kombinasi rasa pahit dan pedas dari leunca serta gurih dari sambal terasi menciptakan harmoni rasa yang sangat dinikmati. Selain dimakan mentah, leunca juga dapat diolah menjadi masakan. Olahan yang paling terkenal adalah sayur leunca. 

Biasanya, leunca dimasak bersama oncom, tahu, atau tempe dalam kuah santan yang pedas dan gurih, menciptakan hidangan yang disebut "oncom leunca" yang kaya rasa. Cara mengolahnya dengan memasak menghilangkan sebagian rasa pahitnya, menyisakan keunikan rasanya yang menyatu dengan bumbu.

Tampak Seram, tapi Menyehatkan

Leunca bukan hanya sekadar penambah rasa, tetapi juga kaya akan nutrisi dan senyawa bioaktif. Berdasarkan beberapa penelitian, leunca mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, vitamin C, dan mineral penting seperti kalsium, fosfor, dan zat besi. 

Yang lebih menarik, buah ini kaya akan antioksidan, terutama antosianin yang memberi warna ungu kehitaman pada buah matang, serta senyawa alkaloid dan saponin dalam kadar yang aman. Sebuah studi dalam Journal of Dietary Supplements (2017) menyoroti potensi ekstrak Solanum nigrum sebagai sumber antioksidan alami. 

Dalam pengobatan tradisional, leunca dipercaya memiliki sifat antiradang dan membantu meredakan sakit perut. Namun, penting untuk mengonsumsinya dalam jumlah wajar dan memastikan untuk mengonsumsi varietas yang memang lazim digunakan untuk makanan.

Tumbuh liar di daerah tropis

Leunca mudah tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Ia sering ditemukan tumbuh liar di kebun, pinggiran sawah, atau tegalan. Namun, untuk memenuhi permintaan pasar, banyak juga petani yang membudidayakannya. Tanaman ini relatif mudah perawatannya dan dapat berbuah sepanjang tahun. 

Di pasar tradisional, terutama di Jawa Barat, leunca mudah ditemukan. Harganya sangat terjangkau, biasanya dijual dalam ikatan kecil atau dalam plastik. Per kuintal (100 ikat), harganya bisa berkisar antara Rp150.000 - Rp250.000, yang berarti per ikat kecilnya hanya dihargai beberapa ribu rupiah saja, membuatnya menjadi sayuran rakyat yang sangat ekonomis.

Leunca membuktikan bahwa kelezatan sering kali datang dari hal-hal yang sederhana, menawarkan ledakan rasa pahit, segar, dan pedas yang dinikmati masyarakat Sunda dari generasi ke generasi. Keberadaannya memperkaya tidak hanya cita rasa lalapan, tetapi juga warisan kuliner Indonesia yang tak ternilai harganya.

baca juga

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.