Pernahkah Kawan GNFI membayangkan sebuah model perekonomian yang menjawab masalah lingkungan sekaligus kesejahteraan masyarakat setempat? Jika iya, maka Kawan GNFI perlu melihat apa yang dilakukan Mahariah. Seorang tokoh yang menggerakkan pemberdayaan masyarakat dan lingkungan Pulau Pramuka. Satu dari sekian gugusan Kepulauan Seribu yang memendam keindahan pantai dan laut mereka akibat tumpukkan sampah. Bersama Astra, Mahariah menjadi tokoh penggerak program Kampung Berseri Astra (KBA) Pulau Pramuka. Program yang bertujuan menciptakan desa yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Permasalahan utama di Pulau Pramuka adalah timbunan sampah di pesisir Pulau Pramuka. Laporan yang dikeluarkan Antara News (15/8/2025) menyebut, timbunan sampah di Pulau Pramuka mencapai 83,6 ton. Selain sampah domestik, timbunan sampah tersebut juga berasal dari pulau lain yang terbawa oleh arus laut. Pengangkutan timbunan sampah tentu menjadi solusi jangka pendek. Sampah-sampah kiriman pasti akan datang kembali. Bagi Mahariah, perlu ada tindakan konkrit untuk menanggulangi masalah ini dari akar. Sebab sebuah solusi bukan perkara menyelesaikan masalah dalam sekali tindakan.
Penanggulangan adalah upaya pemanfaatan, begitu kira-kira yang dipikirkan Mahariah. Ketimbang menyewa kendaraan berat untuk mengeruk sampah, Mahariah justru berpikir untuk memanfaatkannya. Bersama Astra, beliau mendirikan bank sampah bernama Rumah Literasi Hijau (RLH). Berdasarkan wawancara yang dilakukan Tempo kepada Mahariah (29/5/2025) disebutkan bahwa RLH memanfaatkan sampah plastik rumah tangga sebagai bahan pembuatan solar. Mula-mula, sampah dipilah terlebih dahulu sesuai jenis plastik agar dapat diolah oleh mesin pirolisis. Mesin ini merupakan alat pemanas bahan organik bersuhu tinggi yang mengurai benda menjadi gas, cairan, dan residu padat.
Mahariah bekerjasama dengan masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan. Beliau menerapkan program 3:1. Setiap seorang nelayan menyetorkan 3 kilogram sampah maka akan mendapatkan 1 liter BBM hasil pirolisis. Mahariah tidak hanya berkontribusi mengurangi permasalahan sampah. Lebih jauh, ia membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui distribusi solar. Kerjasama ini tentu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan melalui keterlibatan kecil. Mahariah dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain yang memiliki masalah pengelolaan sampah. Beliau coba mengubah paradigma berpikir mengenai penanggulangan sampah menjadi pemanfaatan sampah. Inovasi ini yang kemudian memiliki manfaat beruntun, yang dapat dirasakan juga secara langsung kepada masyarakat setempat.
Namun yang perlu Kawan GNFI tahu, pemanfaatan sampah justru adalah proyek pendukung. Proyek ini bertujuan membersihkan dan mengangkat keindahan Pulau Pramuka dari timbunan sampah. Sementara proyek utamanya adalah ekowisata yang telah ada dari tahun 2003. Sebuah destinasi wisata yang menawarkan keindahan ekosistem lautan Pulau Pramuka.
Melalui program ekowisata, Mahariah dan tim Astra coba menggunakan pendekatan berbeda. Hal ini dilatarbelakangi dengan bagaimana ekowisata justru menjadi sebuah wahana yang menguntungkan secara profit tapi merugikan ekosistemnya. Masalah ini tak jarang dilakukan oleh para wisatawan. Mereka secara tidak sengaja menginjak, menyentuh, bahkan mengambil kekayaan endemik yang dilindungi. Hal ini dicermati Mahariah dan tim Astra untuk membuat ekowisata yang tidak hanya untuk dikunjungi, tapi disadari. Wisatawan diajak untuk menyadari ekosistem pantai sebagai ekosistem yang dilindungi. Caranya, dengan mengajak mereka untuk berkontribusi di dalamnya.
Melansir liputan Kumparan News (11/7/2025) kegiatan ekowisata di Pulau Pramuka tidak hanya berupa menyelam dan snorkeling. Namun, mereka juga diajak untuk memelihara ekosistem melalui kegiatan menanam bibit terumbu karang serta mangrove. Kegiatan yang disebut wisata konservasi ini bertujuan untuk merehabilitasi terumbu karang dan Mangrove yang rusak. Kegiatan lain adalah konservasi penyu yang melibatkan wisatawan untuk mempelajari rangkaian perkembangbiakan penyu. Berdasarkan artikel tidunglagoon.com (26/7/2024), kegiatan konservasi penyu di Pulau Pramuka antara lain mengamati proses penetasan telur penyu, mempelajari siklus hidup penyu, dan berpartisipasi melepas anak penyu ke laut. Kegiatan rehabilitasi dan konservasi penyu ini menunjukkan pentingnya peran setiap sektor masyarakat dalam memelihara keberlangsungan ekosistem. Wisatawan seperti diajak untuk memiliki ekosistem di Pulau Pramuka sekalipun mereka baru mengunjunginya sekali. Memiliki dalam arti merawatnya seperti milik sendiri.
Melalui peran sentralnya, Mahariah telah menobatkan dirinya sebagai pelopor pelestarian alam dan moda perekonomian di Pulau Pramuka. Kedua peran tersebut diraihnya hanya melalui satu program ekowisata. Mahariah mampu mengintegrasikan Sumber Daya Manusia (SDM) dari dua sektor, yakni masyarakat setempat dan wisatawan. Masyarakat setempat sebagai pemelihara utama ekowisata menyajikan taman rehabilitasi terumbu karang, mangrove, serta konservasi penyu. Sementara wisatawan sebagai konsumen berperan untuk mendokumentasikan keindahan dan ikut merawat ekosistem. Semua itu bertujuan untuk menciptakan rasa memiliki alam Pulau Pramuka bersama-sama.
Namun, kedua peran ini tentu tak terlepas dari dua peran Mahariah sebelumnya, yakni pemanfaatan sampah dan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat. Pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar solar melalui RLH mengakselerasi pembersihan sampah di pesisir. Di sisi lain, para nelayan mendapatkan solar gratis melalui kesadarannya untuk mengumpulkan sampah-sampah. Artinya, potensi unggul Pulau Pramuka hanya timbul ketika terjalin sebuah sistem yang saling berkaitan.
Mahariah sukses menghadirkan solusi konkret yang menghubungkan masalah lingkungan dengan perekonomian. Ketika masalah sampah dikurangi cukup dengan mengubah paradigma “penanggulangan sampah” menjadi “pemanfaatan sampah” maka akan terjalin potensi perekonomian lain, salah satunya ekowisata. Keterhubungan antara penyelesaian masalah lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat ini sekali lagi menjadi contoh konkrit kebijaksanaan dalam berinovasi. Apa yang dilakukan Maharani bersama tim Astra adalah bukti bahwa sistem birokrasi yang terstruktur akan bisa menjawab satu masalah dengan solusi yang berkali-kali lipat lebih banyak.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News