bahagianya merayakan dampak jejak sedekah beras yang tak pernah padam - News | Good News From Indonesia 2025

Bahagianya Merayakan Dampak, Jejak Sedekah Beras yang Tak Pernah Padam

Bahagianya Merayakan Dampak, Jejak Sedekah Beras yang Tak Pernah Padam
images info

Bahagianya Merayakan Dampak, Jejak Sedekah Beras yang Tak Pernah Padam


Bahagia tidak selalu hadir lewat pencapaian besar atau perayaan megah. Kadang, kebahagiaan lahir dari hal yang sederhana: semangkuk nasi hangat di meja makan, senyum anak-anak yang kenyang, atau rasa lega seorang ibu karena dapurnya bisa kembali mengepul. Dari titik sederhana itu, lahirlah sebuah perjalanan panjang yang hari ini menjadi kisah kolektif penuh makna.

Inilah kisah tentang bagaimana sekelompok alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (IKALUM FKM UMJ) merawat kepedulian kecil hingga menjelma menjadi gerakan sosial lintas provinsi. Dari masa pandemi hingga hari ini, program sedekah beras terus hidup dan meluas, menyentuh banyak keluarga dengan kebahagiaan yang tulus.

Dan di setiap perjalanan itu, ada satu benang merah yang tidak pernah hilang bahwa bahagianya merayakan dampak. Dampak yang tidak sekadar terukur dalam jumlah karung beras, melainkan terlihat dari wajah-wajah yang tersenyum lega dan hati yang kembali tenang.

Awal Yang Sederhana Hingga Menjadi Gerakan Menular

Ketika Sedekah Beras Menjadi Jalan Bahagia. Dokumentasi Pribadi
info gambar

Ketika Sedekah Beras Menjadi Jalan Bahagia. Dokumentasi Pribadi


Semua bermula saat pandemi Covid-19 melanda. Banyak orang kehilangan pekerjaan, penghasilan menurun, dan kebutuhan pokok terasa semakin berat. Dari kegelisahan itu, sekelompok alumni FKM UMJ angkatan 2000 memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka memulai dengan langkah sederhana dengan berbagi beras kepada tetangga sekitar yang membutuhkan.

Tidak ada strategi besar. Hanya ada niat tulus untuk memastikan bahwa orang-orang di sekitar mereka tetap bisa makan. Satu kantong beras berpindah tangan, dan dari sana lahir rasa bahagia yang sederhana. Bahagia bagi yang menerima karena perut bisa terisi, bahagia bagi yang memberi karena bisa sedikit meringankan beban.

Dampaknya terasa nyata. Dan justru di situ, alumni menemukan arti sesungguhnya dari bahagianya merayakan dampak dengan bagaimana sebuah bantuan kecil bisa mengubah hari dan hidup seseorang.

Perjalanan itu tidak berhenti di sana. Aksi sederhana di masa pandemi pelan-pelan menular. Alumni lain ikut berpartisipasi, menyumbang, dan membagikan beras. Jumlah penerima pun bertambah, dari sekadar tetangga sekitar hingga keluarga lain yang terdampak PHK.

Beras menjadi simbol kebersamaan. Semakin banyak orang yang terlibat, semakin banyak pula senyum yang tercipta. Dari situ, alumni merasakan kebahagiaan baru: bukan hanya karena berhasil membantu, tetapi karena mereka menyaksikan bagaimana dampak kecil bisa tumbuh lebih besar saat dilakukan bersama.

Inilah fase ketika sedekah beras berubah dari sekadar inisiatif darurat menjadi gerakan kolektif. Dan lagi-lagi, yang dirasakan bukan hanya manfaat, melainkan bahagianya merayakan dampak—dampak yang hadir dari kebersamaan dan solidaritas.

Waktu berjalan, dan para alumni sadar bahwa gerakan ini perlu wadah yang lebih kuat. Maka pada tahun 2024, Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (IKALUM FKM UMJ) resmi mengadopsi program ini.

Sejak saat itu, sedekah beras menjadi program sosial yang konsisten. Tidak lagi sporadis, melainkan rutin setiap pekan. Tim alumni menyusuri jalan-jalan padat di Jabodetabek hingga kampung-kampung di Lampung. Mereka mengetuk pintu warga, menyerahkan beras, dan memastikan bantuan sampai tepat sasaran.

Transformasi ini membuktikan bahwa kebahagiaan bisa dikelola menjadi sesuatu yang berkelanjutan. Di sinilah alumni benar-benar merasakan bahagianya merayakan dampak: sebuah gerakan yang lahir dari masa krisis, lalu tumbuh menjadi program sosial yang terus hidup.

Bahagia yang Terlihat & Terasa

Dari Segenggam Beras yang Menyebar Harapan. Dokumentasi Pribadi
info gambar

Dari Segenggam Beras yang Menyebar Harapan. Dokumentasi Pribadi


Kekuatan dari program ini adalah kedekatan yang terjaga. Tidak ada birokrasi rumit, tidak ada sekat. Alumni hadir langsung di tengah warga, berinteraksi, mendengar cerita, lalu menyerahkan beras dengan tangan mereka sendiri.

Seorang ibu penerima bantuan di Lampung pernah berkata, “Beras ini mungkin kecil, tapi bagi kami sangat berarti. Anak-anak bisa makan, dan hati saya jadi lebih tenang.” Di sisi lain, relawan juga merasakan kebahagiaan luar biasa: “Lelah hilang ketika melihat senyum warga. Bahagia sekali rasanya bisa hadir langsung di tengah mereka.”

Cerita-cerita seperti ini memperlihatkan bahwa dampak tidak hanya terukur dalam angka. Dampak sejati hadir dalam senyum, syukur, dan rasa lega. Dan di situlah letak bahagianya merayakan dampak: sebuah kebahagiaan yang dibagi dan dirasakan bersama.

Kini, perjalanan sedekah beras telah menempuh rute panjang. Dari inisiatif sederhana angkatan 2000 di masa pandemi, hingga menjadi program resmi IKALUM FKM UMJ pada 2024, dan kini menjangkau ratusan keluarga dari Jabodetabek hingga Lampung.

Setiap pekan, ada saja cerita baru anak-anak yang bisa sarapan, keluarga yang dapurnya kembali mengepul, atau lansia yang merasa tidak lagi sendirian. Semua itu adalah potret kecil, namun bila dirangkai bersama, menjadi gambaran besar tentang bagaimana kebaikan bisa bertumbuh.

Dan setiap langkah dalam perjalanan itu membawa pesan yang sama kebahagiaan bukan sekadar tujuan, tetapi juga proses. Proses merawat kepedulian, menumbuhkan solidaritas, dan merayakan dampak nyata di tengah masyarakat.

Perjalanan sedekah beras alumni FKM UMJ adalah bukti bahwa sesuatu yang kecil bisa tumbuh menjadi besar, asalkan dijalani dengan konsistensi dan ketulusan. Dari satu kantong beras di masa pandemi, kini menjadi program sosial yang rutin dan meluas.

Apa yang dulu hanya aksi darurat kini menjelma menjadi denyut kehidupan yang terus berjalan. Dan di setiap denyut itu, selalu ada kebahagiaan yang hadir. Bahagia karena dampaknya nyata. Bahagia karena ada harapan yang kembali hidup. Bahagia karena setiap orang bisa menjadi bagian dari perubahan ini.

Bahagianya merayakan dampak bukanlah kalimat kosong. Ia adalah kenyataan yang terwujud setiap kali sebuah keluarga kembali bisa makan dengan tenang, setiap kali relawan pulang dengan hati lega, dan setiap kali solidaritas tumbuh semakin kuat.

Bahagia itu sederhana ketika sebutir nasi di meja bukan hanya hasil kerja keras, tetapi juga hasil kepedulian bersama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IU
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.