Di tengah gemuruh modernitas, di sebuah desa yang tenang di kaki Gunung Tambora, tersimpan sebuah warisan luhur yang nyaris terlupakan. Tenun, bukan sekadar helai kain, melainkan jembatan waktu yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Namun, seiring berjalannya waktu, tenun tradisional Bima di Kampung Ntobo, Nusa Tenggara Barat, mulai meredup. Para perempuan yang dulunya mahir merajut benang, kini lebih sering berjuang mencari nafkah di luar rumah. Hingga datanglah seorang srikandi muda bernama Yuyun Ahdiyanti, yang berani menenun kembali benang asa untuk masyarakat disana.
Halo kawan GNFI, kali ini kita akan membahas terkait seorang yang memberikan inpiratif di bidang kewirausahaan, tentunya proses tersebut tidaklah mudah sehingga bisa mendapatkan pernghargaa SATU Indonesia Award 2024. Yuk kita simak artikel ini.
Kisah Yuyun adalah cerminan ketangguhan dan semangat seorang wirausaha sosial. Ia melihat masalah bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai ladang peluang untuk berbuat baik. Dengan tekad membaja, ia mendirikan UKM Dina, sebuah unit usaha yang tidak hanya bertujuan menjual kain tenun, tetapi juga memberdayakan para ibu di desanya. Melalui UKM Dina, Yuyun berupaya menghidupkan kembali denyut ekonomi dan identitas budaya Kampung Ntobo. Ia bukan hanya sekadar bos, melainkan seorang fasilitator, mentor, dan teman seperjuangan yang berbagi ilmu tentang pewarnaan alami, desain modern, hingga pemasaran digital.
Lebih dari Sekadar Bisnis, Ini Soal Martabat
Sebelum kehadiran Yuyun, banyak penenun di Kampung Ntobo yang tidak memiliki akses pasar yang layak. Kain tenun mereka dihargai rendah oleh tengkulak, membuat mereka sulit mendapatkan keuntungan yang sepadan dengan kerja keras mereka. Yuyun mengubah narasi ini. Ia memperkenalkan tenun Mbojo ke pasar yang lebih luas melalui media sosial dan platform digital. Ia mendokumentasikan setiap proses pembuatan kain, dari penyiapan benang hingga tenunan yang selesai, memberikan nilai lebih pada setiap helai kain yang ditenun. Tenun Mbojo pun tidak lagi sekadar kain, melainkan sebuah karya seni yang memiliki cerita dan nilai jual tinggi.

Kehadiran Yuyun dan UKM Dina tidak hanya meningkatkan pendapatan para penenun, tetapi juga mengembalikan martabat mereka. Para ibu yang tadinya merasa tidak berharga, kini memiliki penghasilan yang stabil dan dapat membantu perekonomian keluarga. Mereka menjadi mandiri, produktif, dan bangga dengan warisan budaya yang mereka miliki.
Seperti yang ia sampaikan dalam berbagai kesempatan, semangatnya berawal dari keinginan tulus untuk membantu para penenun. “Sebagai anak daerah, saya merasa punya tanggung jawab untuk memperkenalkan tenun Bima, warisan leluhur, agar tidak hilang. Saya ingin para ibu di sini bangga dengan hasil karyanya, dan mereka bisa hidup lebih sejahtera dari keahlian yang mereka miliki.” Ucapan ini menjadi landasan setiap langkah Yuyun, yang percaya bahwa keberhasilan sejati adalah keberhasilan yang dapat dinikmati bersama.
Inspirasi untuk Generasi Muda
Yuyun Ahdiyanti adalah representasi dari generasi muda yang berani mengambil peran dan tidak menunggu uluran tangan. Melalui kegigihan dan inovasi, ia berhasil membuktikan bahwa tradisi dan teknologi dapat berjalan beriringan untuk menciptakan dampak positif. Kisah suksesnya yang diangkat oleh Good News From Indonesia menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang ingin memulai sebuah usaha sosial. Pesannya jelas: bahwa setiap masalah memiliki solusi, dan setiap tantangan adalah kesempatan untuk berbuat baik.
Dalam sebuah artikel, Good News From Indonesia memuat kisah Yuyun yang berhasil mempromosikan Kampung Ntobo hingga dikenal sebagai Kampung Tenun dengan omset ratusan juta. Ini menunjukkan bahwa mimpi yang tulus, meski dimulai dari langkah kecil, dapat berbuah manis dan membawa manfaat besar. Yuyun tidak hanya menenun benang, ia menenun mimpi, merajut masa depan, dan menginspirasi kita semua untuk terus berkarya.
#kabarbaiksatuindonesia
Baca Juga: Kisah Faishal Arifin Jalankan Silver 999, dari Semangkuk Mie Ayam hingga Sebongkah Perhiasan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News