“Awalnya sih hanya dikasih tau temen, terus karena kebetulan lagi gabut ya kucoba aja deh, eh ga nyangka”. Begitulah kata Anggraini Charisma, salah satu member grup Kawan GNFI regional Jabodetabek yang akrab disapa Gie.
Sebelumnya mungkin tidak banyak yang mengenal siapa dirinya, tetapi di masa mendatang namanya akan terkenang sebagai salah satu peraih MURI Penulisan Fiksi Terbanyak. Momen ini diselenggarakan SIP Publishing dan Yayasan Rumah Indonesia Menulis bekerja sama dengan duta baca Indonesia, Gol A Gong.
Tak tanggung-tanggung, bersama karyanya, Anggraini adalah salah satu dari 15 orang terbaik di antara 200 orang yang terpilih se-nasional. Bertempat di Perpustakaan Nasional, Jakarta 15 September 2025 digelar sebuah acara peluncuran buku dan penyerahan piagam pemecahan rekor MURI Penulisan Fiksi Terbanyak.
Meski bukan kisah yang cukup panjang, tetapi baginya ini adalah perjalanan yang cukup berkesan. Berikut ceritanya.
Berawal dari Undangan Terbuka, jadi Terpilih dari Ribuan Orang
Ceritanya dimulai di bulan Juli 2025 lalu. Saat itu tiba-tiba temannya membagikan postingan Instagram yang isinya undangan terbuka untuk menulis cerita pendek fiksi. Tak butuh lama untuk berpikir, Anggraini pun melihat ini adalah sebuah tantangan baru.
Melalui wawancara dengannya sehabis malam penganugerahan, dirinya mengatakan kalau ia membutuhkan waktu hampir tiga minggu untuk menulis ceritanya.
Kunjungan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Kawan GNFI
Salah satu kendalanya adalah dia sempat beberapa kali ganti judul dan karya yang dia kirim berupa dua cerita.
Pada awalnya dirinya pasrah dan tidak terlalu berharap. Namun, suatu hari dirinya mendapat pesan WhatsApp dari perwakilan SIP Publishing, memastikan bahwa Gie adalah satu dari 200 orang yang terpilih sekaligus masuk dalam 15 cerita terbaik. Total ada 5000 penulis yang mendaftar. Karyanya yang dimenangkan berjudul “Dekapan yang Tertinggal”.
Di tahapan selanjutnya, ia melakukan pengembangan cerita yang dikerjakan bersama dengan pihak SIP Publishing. “Dari pihak mereka bilangnya tidak mau merubah banyak karya kita yang sudah disusun sedemikian rupa, tetapi mereka izin ingin sedikit mengembangkan beberapa bagian dari cerita” ujarnya.
Undangan ke Perpusnas yang Kejutkan Grup Kawan GNFI Jabodetabek
Pada 15 September 2025 lalu, dirinya turut diundang untuk menghadiri malam peluncuran buku dan pemberian piagam pemecahan rekor MURI yang bertempat di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Acara ini bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan. Selain para penulis yang terlibat, acara ini turut dihadiri oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Prof. E Aminudin Aziz.
Selain buku “Pesantren” yang dipublikasi oleh SIP Publishing, total ada 55 buku yang juga diluncurkan lewat acara ini. Jika ditotalkan, ada 5.337 naskah yang berhasil dihimpun.

Tak lupa dirinya juga membagikan kabar ini ke grup Kawan GNFI regional Jabodetabek. Tidak banyak yang menduga, tetapi juga banyak yang turut bahagia atas pencapaiannya.
Pasalnya Anggraini sendiri dikenal cukup aktif dalam obrolan grup dan dikenal sebagai pribadi yang suka jalan-jalan. Hanya sedikit yang mengetahui minatnya dalam menulis.
Dari Suka Jalan menjadi Suka Nulis
Melalui wawancara dengannya, memang dirinya cukup sering pergi ke beberapa tempat. Namun, hobinya bertambah satu ketika dirinya telah mengunjungi Amsterdam dan Paris. Dari saat itu Anggraini terpacu untuk lebih banyak menulis tentang perasaannya dan hal menarik yang ia temui.
Kegemeran menulis Gie memang tumbuh sejak remaja. Hingga kini, terhitung sudah ada lima buku yang terisi. Dirinya juga bahkan pernah rutin menuangkan setiap ceritanya lewat blog pribadinya secara online. Namun sayang, itu tidak bertahan lama.
'Si Laut Biru' yang Terinspirasi dari Tere Liye dan Asma Nadia
Selain bercerita tentang kesehariannya, Anggraini juga sudah beberapakali mengirimkan karyanya ke penerbit buku. Jika dihitung dengan yang terbaru, sudah ada 3 karyanya yang turut dibukukan:
- Aku Juga Anak Indonesia, 2017
- 3rd Chapter Abroad You(th), 2018
- Dekapan yang Tertinggal, 2025

Dalam menulis cerita, bukan nama Anggraini Charisma yang ia gunakan. Di setiap ceritanya dirinya menggunakan nama pena, Si Laut Biru. Dalam merangkai setiap ceritanya, ada dua penulis novel yang menginspirasinya.
Pertama Tere Liye karena novelnya cukup relate dengan kesehariannya, dan kedua ada kesuksesan Asma Nadia yang membuatnya termotivasi.
Tur Silaturahmi bersama Kawan GNFI, Jalan-jalan Sambil Memupuk Semangat Toleransi Beragama
Baginya, piagam MURI ini akan ia jadikan untuk sesuatu yang terus mendorongnya untuk terus menulis dan membangun citranya di masa depan.
Di akhir wawancaranya, Anggraini berkata. “Khususnya untuk gen Z, Jangan pernah menyerah dan mundur untuk berkarya. Karena karya akan selalu ada kapan pun dan di mana pun. Tak apa walaupun kita dijauhi orang, asal bukan karya kita.”
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News