Tahukah Kawan, sebelum dihubungkan oleh KRL atau Prameks, ternyata pada 1960-an kereta api sudah menjadi salah satu pilihan moda transportasi yang menghubungkan daerah Jogja dan Solo. Kereta api yang sempat melintasi kedua daerah ini pada periode tersebut bernama Kuda Putih.
Kuda Putih menjadi salah satu moda transportasi yang banyak membantu kebutuhan masyarakat Jogja dan Solo pada waktu itu. Waktu tempuh yang lebih efektif serta lokasi stasiun yang strategis menjadi alasan mengapa kereta api ini sempat eksis pada periode waktu tersebut.
Lantas bagaimana eksistensi kereta api Kuda Putih yang menghubungkan daerah Jogja dan Solo di era 1960-an? Simak ulasan lengkap seputar kereta diesel pertama di Indonesia ini dalam artikel berikut.
Mengenal Kereta Api Kuda Putih
Daerah Jogja dan Solo yang berdekatan membuat interaksi antara kedua kota ini sudah terjalin cukup lama. Hal ini membuat perpindahan masyarakat dari kedua daerah ini juga cukup banyak terjadi setiap harinya.
Pada era 1960-an, muncul kebutuhan transportasi untuk mempermudah perpindahan masyarakat dari Jogja dan Solo. Terlebih pada waktu itu umumnya masyarakat hanya menggunakan moda transportasi bus untuk bepergian di dua daerah tersebut.
Omar Mohtar, Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan menjelaskan situasi inilah yang melatar belakangi dioperasikannya kereta api Kuda Putih untuk menghubungkan daerah Jogja dan Solo pada waktu itu. Apalagi jalur kereta api yang menghubungkan kedua daerah ini sejak masa kolonial.
Akhirnya pada 1963, kereta api Kuda Putih pertama kali beroperasi dan menghubungkan daerah Yogyakarta dan Solo pada waktu itu.
Asal-usul Nama Kereta Api Kuda Putih
Kuda Putih sebenarnya bukanlah nama resmi dari kereta api bertenaga diesel tersebut. Kereta ini memiliki nama resmi KRD PNKA seri 300.
Omar Mohtar menyebutkan bahwa Kuda Putih sendiri merupakan sebutan yang disematkan oleh masyarakat kepada kereta api tersebut. Pemberian nama ini berdasarkan pada adanya logo kuda putih yang ada di bagian lampu kereta itu.
"Di bagian atas lampu itu ada logo atau gambar kuda putih yang sedang berdiri. Itulah mengapa masyarakat lebih mengenal kereta api KRD PNKA 300 ini dengan nama Kuda Putih," jelas Omar kepada tim GNFI.
Kereta Penghubung Daerah Jogja dan Solo
Hadirnya kereta api Kuda Putih membuat masyarakat yang ada di Yogyakarta dan Solo memiliki alternatif transportasi lain yang bisa digunakan untuk mengunjungi kedua daerah tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bus menjadi salah satu moda transportasi yang umum digunakan saat itu.
Namun penggunaan bus ini biasanya memakan waktu tempuh yang lebih lama. Hal ini berbeda dengan kereta api yang dianggap bisa menghemat banyak waktu perjalanan jika dibandingkan dengan menggunakan bus.
Tidak hanya itu, hadirnya kereta api Kuda Putih juga memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Jogja dan Solo dari berbagai kalangan berbeda. Misalnya, banyak pedagang maupun mahasiswa yang memilih kereta api sebagai moda transportasi untuk berpindah dari Jogja ke Solo atau sebaliknya.
Omar menyebutkan salah satu alasan mengapa kereta api cukup memberikan kemudahan bagi masyarakat adalah letak stasiun yang berada di tengah kota. Lokasi yang strategis ini tentu berbeda dengan terminal yang biasanya berada di pinggiran kota.
"Jadi masyarakat tidak perlu repot-repot lagi menyambung transportasi lain untuk ke tengah kota," ucap Omar.
Keberadaan kereta api Kuda Putih ini beroperasi dan bertahan selama dua dekade lamanya. Akhirnya pada periode 1980-an, kereta api Kuda Putih secara resmi berhenti beroperasi karena kondisi serta ketersediaan suku cadang yang minim.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News