kehidupan di kereta api indonesia sebelum masa jonan penuh sesak dan kekurangan fasilitas - News | Good News From Indonesia 2025

Kehidupan di Kereta Api Indonesia Sebelum Masa Jonan: Penuh Sesak dan Kekurangan Fasilitas

Kehidupan di Kereta Api Indonesia Sebelum Masa Jonan: Penuh Sesak dan Kekurangan Fasilitas
images info

Anggota Komisi VI DPR dari fraksi PKB, Nasim Khan tengah menjadi pembicaraan publik usai usulnya agar PT KAI menyediakan satu gerbong kereta khusus merokok. Pernyataannya pun mendapat respon negatif dari publik.

"Nah paling tidak Pak, ini ada masukan juga, gerbong yang selama ini, dulu ada, tapi setelah itu dihilangkan adalah sisakan satu gerbong untuk cafe ya kan, untuk ngopi. Paling tidak di situ untuk smoking area Pak," kata Nasim dalam RDP Komisi VI bersama PT KAI, Rabu (20/8/2025) kemarin.

Baginya penyediaan gerbong untuk merokok ini bermanfaat bagi KAI. Karena perjalanan yang berjam-jam membuat kehadiran gerbong khusus merokok jadi solusi untuk meningkatkan rasa nyaman penumpang perokok.

"Nah karena banyak kereta tidak smoking area Pak Bobby (Dirut KAI). Nah paling tidak dalam kereta ini ada satu gerbong saya yakin pak, saya yakin itu pasti bermanfaat dan menguntungkan buat kereta api ya kan? Pasti banyak itu, satu aja, terus smoking," tambahnya.

Kereta api saat boleh direnovasi

Berbicara tentang kereta api, pada era 70-an kondisinya tidak senyaman sekarang. Saat itu moda transportasi masal kereta api identik dengan kesan semrawut dan kotor. 

Para penumpang sering merasakan kereta api yang penuh sesak, ada yang duduk di lantai, berjejal di bordes, bergelantungan di pinggir gerbong, hingga pintu tidak ditutup dan menaiki atap gerbong kereta.

Hal ini diperparah dengan masuknya pengamen, pedagang asongan, penyemir sepatu, pengemis, hingga copet. Mereka mudah masuk ke dalam stasiun hingga gerbong karena tidak ada pembatasan.

Penumpang dapat leluasa keluar masuk stasiun melalui celah lubang di sekitar stasiun. Ironisnya lagi, penumpang sudah terbiasa membayar di atas kereta kepada petugas pemeriksa karcis. 

Dimuat dari Kompas, Miftahul Fajar, mengingat gerbong yang bau asap rokok dan pernah kehilangan tasnya karena dicopet. Kesemrawutan ini menjadi gambaran umum perkeretaapian nasional saat itu.

Munculnya Ignatius Jonan dan upaya renovasi

PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi kereta yang semrawut. Misalnya mereka menggandeng kepolisian untuk menangkap dan menjerat para penumpang nakal.

PT KAI juga menggunakan cat semprot untuk mengusir para penumpang yang masih naik di atas atap kereta api. Langkah lain adalah membuat Pintu Koboi yang terbuat dari fiber glass dengan tebal satu cm, yang dipantek pada tiang listrik. 

Pendekatan spiritual juga dilakukan oleh PT KAI dengan mengundang Ustad untuk berceramah. PT KAI juga menggunakan kesenian marawis untuk mengimbau penumpang agar tidak naik di atap kereta.

Ditunjuknya Ignasius Jonan sebagai Dirut PT KAI pada 25 Februari 2009 perlahan mengubah wajah kereta api. Perbaikan mulai dilakukan dari lingkungan luar dan dalam stasiun. 

Tiket berupa kartu elektronik mulai diberlakukan. Mulai saat itu hanya penumpang bertiket boleh masuk stasiun dan naik kereta api sesuai tujuan tiket.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.