Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menghadirkan inovasi teknologi untuk mendukung pengembangan desa wisata. Melalui Progam Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) BRIGHT (Brakseng IoT Gateway for Heritage and Tourism), mereka mengintegrasikan Internet of Things (IoT) dengan potensi wisata alam dan budaya di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Program ini lahir dari keresahan sederhana, cuaca Brakseng yang indah kerap berubah sangat cepat. Desa yang dikenal sebagai Bumi Kahyangan karena posisinya sebagai desa tertinggi di Kota Batu memang memiliki panorama alam yang menawan.
Hamparan ladang kentang dan kubis, kabut yang menuruni lereng gunung, serta udara pegunungan yang sejuk menjadikan Brakseng destinasi favorit wisatawan.
Namun, perubahan cuaca yang mendadak, seperti turunnya hujan atau kabut tebal, sering menjadi kendala. Tidak jarang wisatawan kebingungan, petani merugi, dan kegiatan budaya terhambat.
Kondisi ini mendorong tim BRIGHT untuk mencari solusi berbasis teknologi. Dengan menggandeng Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Sumberbrantas sebagai mitra, mereka merancang sistem pemantauan cuaca berbasis IoT.
Melalui Weather Station, sensor cuaca yang dipasang di kawasan desa dapat membaca kondisi lingkungan secara real-time. Data tersebut kemudian terintegrasi ke dalam dua inovasi utama yaitu Website BRIGHT dan Brakseng Smart Board.
Website BRIGHT dirancang sebagai pusat informasi desa wisata. Di dalamnya terdapat empat fitur utama yang menjawab kebutuhan wisatawan maupun masyarakat. Fitur Brakdung membantu pengunjung mengecek cuaca terkini sebelum datang ke Brakseng, sehingga mereka bisa menyiapkan perjalanan lebih matang.
Fitur BrakMap memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) untuk menampilkan medan jalan dan jalur wisata secara nyata, memudahkan wisatawan memahami kondisi geografis.
Kemudian ada BrakView yang memberikan informasi lokasi wisata secara detail, serta BrakFest yang menampilkan jadwal festival budaya desa secara terpadu, dikelola langsung oleh KIM Sumberbrantas.
Selain website, tim juga menginisiasi Brakseng Smart Board, sebuah papan informasi digital yang ditempatkan di titik strategis kawasan wisata. Smart Board ini dilengkapi dengan informasi geografis berupa peta desa dan jalur wisata, penjelasan tradisi lokal, hingga pengukur suhu yang menampilkan kondisi terkini.
Ada pula penanda titik kumpul evakuasi untuk mendukung kesiapsiagaan bencana. Lebih istimewa, Smart Board ini memiliki QR Code inklusif yang ketika dipindai akan menampilkan video Juru Bahasa Isyarat (JBI) tentang Festival Bumi Kahyangan, menjadikannya sebagai inovasi ramah akses bagi semua kalangan, termasuk wisatawan difabel.
Ketua tim, Afriza Dwi Islami Putra, menjelaskan bahwa BRIGHT tidak hanya berfokus pada aspek teknologi, tetapi juga pada pemberdayaan mitra.
“Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi bisa menjadi sahabat budaya. IoT di Brakseng tidak hanya membantu wisatawan lebih nyaman, tetapi juga memberdayakan mitra kami, KIM Sumberbrantas, agar lebih produktif dan inovatif dalam mengelola informasi desa,” ujarnya.
Melalui pendampingan yang dikemas dalam rangkaian pelatihan Bright Skill Up, anggota KIM dibekali keterampilan mengoperasikan Weather Station, mengelola website, hingga mempromosikan potensi ekonomi kreatif desa.
Dengan begitu, KIM yang sebelumnya lebih banyak berfokus pada informasi umum kini memiliki kapasitas baru untuk bergerak di sektor wisata digital.
Dampak inovasi ini mulai terlihat dari keterlibatan wisatawan. Sejak diperkenalkan, website, dan Smart Board BRIGHT telah dimanfaatkan oleh pengunjung untuk mengecek cuaca, memahami jalur wisata, hingga mengetahui agenda budaya desa.
Target keterlibatan wisatawan yang ditetapkan tim pun berhasil tercapai lebih cepat dari perkiraan. Bagi masyarakat, kehadiran platform ini membuka ruang baru untuk mempromosikan produk UMKM lokal, mulai dari olahan hortikultura hingga kerajinan tangan khas Brakseng.
Lebih jauh, program ini juga sejalan dengan semangat pemerintah untuk mendorong desa wisata mandiri. Dengan integrasi teknologi, budaya, dan ekonomi kreatif, BRIGHT diharapkan menjadi model yang dapat direplikasi ke desa wisata lain di Kota Batu maupun wilayah lain di Indonesia.
Inovasi ini sekaligus menjadi bukti bahwa mahasiswa dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui riset dan teknologi. Universitas Negeri Malang melalui tim BRIGHT menunjukkan bagaimana gagasan anak muda bisa menjawab persoalan lokal dengan solusi inovatif yang inklusif.
“Harapannya, BRIGHT bukan hanya berhenti di Sumberbrantas. Kami ingin ini menjadi contoh bagaimana desa bisa naik kelas dengan digitalisasi, tanpa kehilangan identitas budayanya,” tambah Afriza.
Kini, wisatawan yang datang ke Brakseng tidak hanya disambut oleh panorama alam yang memesona, tetapi juga oleh layanan informasi digital yang profesional. Desa yang dulu hanya dikenal karena ladang sayurnya, kini tampil sebagai desa wisata berbasis teknologi.
Melalui program BRIGHT, mahasiswa UM berhasil menghubungkan tiga kekuatan sekaligus yaitu pelestarian budaya, transformasi digital, dan pemberdayaan ekonomi kreatif. Sebuah langkah kecil dari desa pegunungan, namun membawa harapan besar bagi wajah pariwisata Indonesia di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News