Tim KKN Internasional UIN Walisongo Semarang kembali menunjukkan kiprahnya di kancah internasional melalui kegiatan Dapur Nusantara bertajuk “Membuat Gado-Gado”.
Kegiatan yang dilaksanakan di Maahad Tahfiz Al-Qur’an Darul Falah, Selangor, Malaysia, ini menjadi momentum penting dalam memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia sekaligus mempererat hubungan budaya antara masyarakat Indonesia dan Malaysia.
Program tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan KKN Internasional UIN Walisongo yang telah berlangsung sejak 17 Juli 2025. Selama kurang lebih satu bulan, para mahasiswa tidak hanya fokus pada pengabdian pendidikan dan keagamaan. Namun, juga mengangkat sisi lain warisan bangsa berupa seni, budaya, dan kuliner nusantara.
Tumbuhkan Kecintaan Membaca sejak Dini, Mahasiswa KKNT-Literasi IPB University Buat Acara Kreatif
Dapur Nusantara dipilih sebagai salah satu agenda unggulan karena kuliner diyakini mampu menjadi medium yang efektif dalam membangun komunikasi lintas budaya.
Filosofi dalam Sajian Gado-Gado
Acara diawali dengan pengenalan bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan gado-gado.
Tim KKN memaparkan secara rinci mengenai penggunaan kacang tanah yang diolah menjadi saus khas, aneka sayuran rebus seperti kacang panjang, wortel, kubis, kentang, serta tambahan tahu, tempe, dan telur rebus.
Sambil memperlihatkan proses pembuatan, mahasiswa KKN menjelaskan filosofi di balik gado-gado. Hidangan ini dianggap sebagai simbol keberagaman yang berpadu harmonis—sayuran dengan tekstur berbeda, protein nabati dan hewani, serta bumbu kacang yang menyatukan seluruh rasa.
“Seperti halnya Indonesia dan Malaysia yang beragam dalam budaya, bahasa, dan tradisi, tetapi tetap bisa bersatu dalam semangat persaudaraan,” ungkap salah satu anggota tim dalam presentasinya.
Antusiasme Santri dan Suasana Keakraban
Belasan santri Maahad Tahfiz Darul Falah turut serta dalam kegiatan ini dengan penuh semangat. Mereka diajak langsung mencoba proses meracik gado-gado, mulai dari mengolah bumbu kacang hingga menyajikan hidangan di piring.
Gelak tawa dan suasana akrab menyelimuti kegiatan, ditambah momen berfoto bersama yang menandai kebersamaan lintas negara tersebut.
Tidak sedikit santri yang memuji cita rasa gado-gado. “Rasanya sedap dan berbeza dengan salad yang biasa kami makan di sini. Kami mahu tambah lagi,” ujar salah satu santri sambil tersenyum.
Respons positif ini menjadi bukti bahwa kuliner Indonesia dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Malaysia.
Testimoni Peserta dan Pihak Tuan Rumah
Ketua Tim KKN Internasional UIN Walisongo Semarang, Muhammad Choirun Najib, menyampaikan rasa syukurnya atas kelancaran acara.
“Kegiatan ini bukan hanya memperkenalkan gado-gado sebagai kuliner khas Indonesia, tetapi juga menjadi sarana mempererat hubungan antara masyarakat Indonesia dan Malaysia. Kami berharap kegiatan ini bisa meninggalkan kesan mendalam bagi para santri,” ujarnya.
Perwakilan santri Maahad Tahfiz, Aisyah, juga menuturkan kegembiraannya. “Kami amat gembira dengan aktiviti ini. Para pelajar tahfiz di sini dapat belajar secara langsung cara membuat gado-gado sambil mengenali budaya kulinari sahabat serumpun dari Indonesia. Rasanya juga sangat enak,” katanya.
Kepala Maahad Tahfiz Al-Qur’an Darul Falah, dalam sambutannya, memberikan apresiasi tinggi kepada tim KKN UIN Walisongo.
Menurutnya, kegiatan ini menjadi pengalaman berharga bagi santri karena selain memperluas wawasan, juga memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara generasi muda kedua negara.
Gelar Acara Sasana Satra, Upaya Membaca 80 Tahun Kemerdekaan RI dengan Puisi
Jembatan Persahabatan melalui Kuliner
Program Dapur Nusantara ini menegaskan bahwa kuliner dapat menjadi jembatan persahabatan antarbangsa. Tidak hanya sekadar menikmati makanan, tetapi juga membangun dialog budaya yang hangat dan akrab.
Di era globalisasi, pendekatan berbasis budaya semacam ini dinilai penting agar generasi muda memiliki perspektif terbuka terhadap keberagaman.
Tim KKN Internasional UIN Walisongo menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan kegiatan yang membawa nilai edukasi, budaya, dan spiritualitas.
Ke depan, selain memperkenalkan kuliner khas nusantara, tim juga berencana menggelar agenda serupa yang mengangkat seni musik, tarian tradisional, serta diskusi budaya.
Semua itu dilakukan dalam rangka memperkuat persaudaraan Indonesia-Malaysia yang sudah terjalin erat sejak lama.
Dengan terselenggaranya Dapur Nusantara, harapan besar disematkan agar masyarakat Malaysia semakin mengenal, mencintai, dan menghargai kekayaan budaya Indonesia. Bukan hanya gado-gado, tetapi juga beragam kuliner lain yang memiliki nilai filosofi dan sejarah panjang.
Melalui kegiatan sederhana tetapi penuh makna ini, KKN Internasional UIN Walisongo berhasil menegaskan bahwa budaya adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News