jembatan pasupati jembatan tahan gempa pertama indonesia yang jadi ikon kota bandung - News | Good News From Indonesia 2025

Jembatan Pasupati, Jembatan Tahan Gempa Pertama Indonesia yang Jadi Ikon Kota Bandung

Jembatan Pasupati, Jembatan Tahan Gempa Pertama Indonesia yang Jadi Ikon Kota Bandung
images info

Jembatan Pasupati adalah sebuah jembatan layang yang menjadi ikon khas Kota Bandung. Mulai beroperasi sejak 2005, nama ‘Pasupati’ diambil dari gabungan dua jalan, Pasteur dan Surapati.

Pembangunan jembatan dengan struktur cable stayed sepanjang 161 meter ini menghabiskan anggaran sampai Rp437 miliar yang berasal dari pinjaman Kuwait. Namun, pembangunan proyek besar ini sempat tertunda selama tiga tahun akibat konflik Timur Tengah.

Jembatan itu memiliki panjang 2,8 km, menjadikannya sebagai jembatan terpanjang kedua di Indonesia setelah Jembatan Suramadu. Jembatan Pasupati juga menjadi jembatan dengan konstruksi tahan gempa pertama di Indonesia.

Jembatan Tahan Gempa Pertama di Indonesia

Jembatan Pasupati merupakan jembatan tahan gempa pertama di Indonesia yang dibangun dengan teknologi lock-up device (LUD) dari Prancis. Teknologi LUD dirancang khusus untuk menahan gempa—cocok dengan kondisi Indonesia yang memang rawan gempa bumi.

LUD juga dikenal dengan shock transmission units (STU) di mana teknologi ini membatasi pergerakan mendadak yang diakibatkan oleh gempa seismik, beban angin, dan pengereman kendaraan berat. Teknologi LUD umum diterapkan di banyak negara dengan aktivitas seismik tinggi, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang.

Jembatan Merah Putih, Jembatan Terpanjang di Indonesia Timur yang Jadi Landmark Kebanggaan Ambon

Kawan GNFI, jembatan dengan sistem LUD dikenal awet dan tidak memerlukan perawatan ekstra. Di Jembatan Pasupati sendiri, terdapat 76 perangkat LUD untuk membantu mencegah kerusakan serius yang terjadi jika suatu saat terjadi gempa.

Jembatan Pasupati yang Berubah Nama Jadi Jalan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja

Per 1 Maret 2022, Jembatan Pasupati berubah nama menjadi Jalan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja. Pemberian nama ini bukan tanpa sebab, karena Prof. Mochtar dianggap memiliki jasa yang sangat besar pada Jawa Barat dan Indonesia di kancah internasional.

Kawan GNFI, sebagai informasi, Prof. Mochtar yang juga Rektor ke-5 Universitas Padjajaran (UNPAD) ini adalah tokoh sentral dalam terwujudnya UNCLOS 1982. Berkat perjuangan diplomasinya, tercetuslah konsep negara kepulauan yang kemudian diakui dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.

Konsep soal negara kepulauan sebenarnya sudah muncul terlebih dahulu lewat Deklarasi Djuanda tahun 1957 oleh Ir. Djuanda. Dari sinilah, Prof. Mochtar merincikan secara teknis dan diperjuangkan hingga akhirnya diakui oleh dunia internasional.

Hingga saat ini, konsep tersebut dipakai di Indonesia sebagai landasan untuk menentukan batas teritorial wilayah NKRI.

Menyandur dari laman bappeda.jabarprov.go.id yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Barat, disebutkan bahwa luas Indonesia meningkat 2,5 kali lipat berkat perjuangan Prof. Mochtar untuk mengenalkan konsep archipelagic state pada dunia.

Tak hanya itu, sosok luar biasa ini juga pernah menjabat di beberapa posisi sentral pemerintahan Indonesia, seperti Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman. Atas jasanya yang besar itu, nama Prof. Mochtar diabadikan sebagai nama baru Jalan Layang Pasupati.

Uniknya, alasan lain kenapa nama Prof. Mochtar dijadikan nama di Jalan Layang Pasupati adalah agar dapat bersimpangan dengan Jalan Ir. H. Djuanda.

Jembatan Barelang, Mahakarya BJ Habibie yang Kini Jadi Ikon Batam

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.