Ada banyak anak muda Indonesia yang peduli dengan lingkungan. Salah seorang di antaranya yang patut diapresiasi tinggi, menyandang nama Putri Saviera Quaralia.
Nama ini merujuk seorang perempuan muda yang berdomisili jauh di Indonesia timur. Di kota Palu, yang mendapat julukan “Mutiara di Khatulistiwa” dari Presiden Soekarno.
Masyarakat umum mengenal luas ibu kota Sulawesi Tengah ini, berkenaan dengan peristiwa Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter disertai tsunami pada 28 September 2018.
Beragam aktivitas yang konsisten dilakukan Putri Saviera dan kawan-kawannya, terasa jauh dari hiruk-pikuk pemberitaan. Terkecuali, mereka yang mengikutinya di akun Instagram @demibumipalu
Dari Sampah Menuju Isu SDGs
Perjalanan Putri Saviera bersama dengan kepeduliannya pada lingkungan, bukan sekadar angin
yang bertiup “semusim” lalu pergi menyisakan kenangan.
Dalam wawancaranya dengan media tutura.id ia mengisahkan, kepeduliannya terhadap lingkungan mulai tumbuh semenjak ia masih berstatus pelajar dan duduk bangku SMA.
“Saya sudah jengkel ketika melihat orang yang buang sampah sembarangan,” ujarnya. “Terus saya makin menggeluti itu saat sudah kuliah. Pengetahuan terkait lingkungan juga sudah makin bertambah.”
Aksi Iklim di Era Digital, Putri Damayanti Potabuga Mengajak Generasi Muda Lewat Climate Vlogger
Setelah lulus dari SMA Negeri Madani Palu, dia mengepakkan saya ke Jakarta untuk menempuh pendidikan tinggi di Universitas Bina Nusantara (Binus University).
Kuliah di Jurusan Hubungan Internasional (HI) membuat Putri kian mendalami isu Sustainable Development Goals (SDGs). Agenda global PBB ini menyangkut 17 tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk aksi iklim dan lingkungan hidup.
Dari Diri Sendiri Menuju Komunitas Demi Bumi Palu
Dalam mewujudkan aksi peduli lingkungannya, Putri Saviera tidak bergerak dan berfokus pada seorang diri. Alih-alih menjadi Superwoman, dia memilih membangun Superteam.
“Karena awal adanya Demi Bumi Palu dari lingkungan sendiri, jadi model kepemimpinanku itu lebih seperti pengarah gerak,” jelas Putri menjawab pertanyaan mengenai model kepemimpinannya di Demi Bumi Palu.
“Kalau ada beberapa orang yang barusan terjun ke dunia organisasi, itu yang saya bimbing langsung. Tapi selebihnya saya tidak terlalu banyak intervensi,” lanjut Putri.
Selain hal tersebut, yang patut dipuji darinya adalah ia tidak melupakan dari mana dia berasal. Itu sebabnya ketika tiba saatnya membangun komunitas, Putri mendirikannya di Palu, Sulawesi Tengah.
Jika membaca pernyataan organisasi Demi Bumi Palu, tercantum jelas kalimat komunitas ini “Mendukung Pembangunan Sulawesi Tengah yang Berkelanjutan”.
Berdasarkan data SDGs Center UNPAD (2018) yang dikutip Demi Bumi Palu, Sulawesi Tengah berada di urutan keempat terbawah nasional sebagai provinsi paling tidak siap pada ketercapaian SDGs di 2030.
Cerita Hano Wene di Pedalaman Papua Terobos Batas Geografis untuk Akses Literasi
Putri bersama tim menyusun visi Demi Bumi Palu sebagai organisasi yang “mendorong pencapaian pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tengah dengan terciptanya kesadaran dan aksi nyata masyarakat khususnya pilar lingkungan”.
Beragam kegiatan dilakukan Putri Saviera baik sebagai pribadi maupun komunitas. Semua aktivitas tersebut terkait dengan edukasi dan kolaborasi yang melibatkan kerja sama dengan berbagai pihak yang berkepentingan.
Dari Spons Sabut Kelapa Menuju SATU Indonesia Awards
Selain sebagai pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Demi Bumi Palu, Putri Saviera mengukir jejak prestasi seiring dengan kinerja yang diraihnya.
Semasa kuliah dia meraih Young Leadership Award kategori Leadership Recognition (2023). Anugerah ini diterimanya dalam The Education 2.0 Conference di Dubai, Uni Emirat Arab.
Pada 2024 Putri Saviera mencatatkan namanya sebagai penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards dari provinsi Sulawesi Tengah. Ia masuk dalam kategori kontribusi untuk lingkungan.
SATU Indonesia Awards (SIA) merupakan program reguler tahunan yang diselenggarakan oleh Astra International sebagai penghargaan kepada anak-anak muda inspiratif dari seluruh Indonesia.
Melalui kategori lingkungan, Putri mengisahkan aktivitasnya dalam melakukan sosialisasi terkait spons sabut kelapa. Gagasan Putri bagian dari aksi untuk mengoptimalkan “sampah” dari kelapa.
KBA Kemuning Gunung Kidul: Harmoni Alam, Budaya, dan Pemberdayaan Warga
Sulawesi Tengah dikenal luas dengan tanaman kelapanya. Pada masa keemasannya, provinsi ini dikenal juga sebagai penghasil kopra yang dikirim ke Jawa untuk diproses sebagai minyak goreng.
Buah kelapa umumnya hanya diambil daging dan airnya, sementara sabut kelapa digunakan ala kadar. lebih sering tersia-sia tanpa nilai manfaat dan ekonomis yang memadai.
Dalam gagasan Putri, sabut ini sebaiknya dioptimalkan dengan cara diolah menjadi spons alami. Spons sabut kepala ini menjadi produk yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Dalam benak Putri, olahan sabut kelapa menjadi produk lanjutan merupakan potensi besar terkait pemberdayaan masyarakat lokal.
Pada akhirnya, inovasi ini bukan sekadar bermanfaat mengurangi sampah. Namun, menumbuhkan kesadaran baru terkait pemanfaatan limbah organik yang berkelanjutan.
Melalui kiprahnya, Putri aktif menularkan kesadaran ini kepada generasi muda lainnya. Dia bersama komunitas Demi Bumi Palu bahkan mengambil inisiatif aktif edukasi ke sekolah-sekolah.
Aksi peduli lingkungan dari perempuan muda asal Palu ini, menjadi inspirasi banyak anak muda di Sulawesi Tengah. Bahkan semakin meluas, dan diharapkan mencapai pelosok-pelosok negeri ini.
#SATUIndonesiaAwards
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News