Mariana Yunita Hendriyani Opat atau yang disapa Tata adalah perempuan yang berjasa membuka tabu mengenai edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi anak di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dirinya merupakan pendiri Tenggara Youth Community, komunitas independen yang berdiri pada 30 Agustus 2016 dan merupakan pionir isu kesehatan reproduksi dan remaja yang inklusif di wilayah Indonesia Timur. Organisasi ini melakukan edukasi, riset, advokasi sampai konseling untuk masyarakat. Mereka kini telah berkolaborasi dan memberdayakan lebih dari 4000 remaja, dan berkawan dengan lebih dari 30 komunitas serta 35 relawan.
Awal Mula Tenggara Youth Community
Dilansir dari media sosial resmi @tenggarantt dan @unfpaindonesia (29/01/2025), Tenggara Youth Community bermula dari keresahan yang dirasakan segelintir sahabat. Keresahan yang dialami Tata dan kawan-kawannya dipantik oleh sebuah obrolan tentang pengalaman pertama mereka saat mengalami menstruasi dan mimpi basah. Selain itu, beberapa dari mereka pun pernah mengalami kekerasan seksual.
Dari obrolan tersebut, muncul pertanyaan apakah kiranya ada komunitas yang bisa merangkul para remaja untuk membicarakan hal-hal seputar reproduksi lebih dalam, apakah ada pendampingan untuk kasus-kasus kekerasan yang dialami para korban, serta apakah adanya akses informasi yang benar serta akurat seputar isu ini.
Tenggara Youth Community atau singkatnya sering disebut Tenggara kemudian hadir untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Tata selaku founder komunitas ini menambahkan bahwa mendobrak tabu isu seputar kesehatan seksual dan reproduksi merupakan tantangan yang begitu besar bagi mereka.
Melalui dokumen ASTRA 14th Satu Indonesia Awards, begitu kurangnya akses informasi dan belum adanya komunitas aman untuk berbagi perihal pendidikan seksual sendiri disebut selaras dengan hadirnya beragam isu lain di NTT seperti kerapnya terjadi kekerasan seksual atau kehamilan di luar nikah pada remaja provinsi tersebut.
Tata pun berbagi bahwa banyak anak remaja yang kemudian dikeluarkan dari sekolah saat mengalami kehamilan di luar nikah. Kurangnya pengetahuan seputar hak-hak dan kebutuhan remaja pun juga memicu pihak orang tua tidak memberikan perlawanan saat hal semacam ini terjadi.
Lahirnya Bacarita Kespro
Dalam perjalanannya, Tenggara Youth Community kemudian melahiran Bacarita Kespro, sebuah program edukasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak remaja yang mengusung metode pembelajaran inovatif mulai dari dengan metode cerita dongeng, permainan edukasi, sampai penggunaan alat peraga.
Bacarita sendiri merupakan kata dalam bahasa Melayu Kupang yang berarti bercerita.
Audiens yang menjadi target utama program ini adalah para remaja dari kalangan poor, marginal, social excluded, dan underserved. Pada tahun 2023 sendiri, program ini telah berhasil menjangkau Kota Kupang, Desa Oesao di Kabupaten Kupang, Desa Neke di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Kera di Kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik.
Perubahan Pasca Hadirnya Tenggara Youth Community
Seprianus Y. Adonis selaku Pastor di Desa Neke, NTT mengutarakan bahwa kehadiran Tenggara Youth Community selama 5 tahun terakhir berbuah baik. Anak-anak sekarang bisa memahami identitas diri mereka, pun memahami apa tindakan yang sekiranya perlu dilakukan andai menghadapi masalah misalnya jika dipaksa menikah atau berhubungan seks.
Seprianus melihat kemajuan ini sebagai tanda bahwa anak-anak tersebut kini telah mampu menjaga diri mereka sendiri.
Nirwati seorang anak remaja selaku Ketua Forum Anak di desa tersebut juga bercerita bahwa dirinya merasa senang mengikuti kegiatan yang diinisiasi Tenggara dan mengaku mendapat manfaat mengingat dulu dirinya merasa belum bisa menjaga dirinya sendiri. Ia kemudian tahu setelah belajar mengenai isu kekerasan seksual bahwa apabila ada orang dewasa yang memaksa anak-anak untuk melakukan hubungan yang tidak mereka inginkan, ia harus berani melaporkan tindakan tersebut.
Sebagai penutup dalam video kolaborasi dengan UNFPA Indonesia, Tata berbagi bahwa sebenarnya dengan mengetahui, memahami, dan mencintai diri kita maka kita sebagai perempuan pun bisa menjadi lebih bijak ketika contohnya mengalami kasus kekerasan. Sebab dalam berbagai kasus banyak teman-teman korban kekerasan yang kemudian merasa tidak punya nilai diri lagi atau tidak punya harga diri lagi.
Ia pun mengingatkan bahwa label-label terhadap diri kita sebenarnya tidak kita perlukan. Kita sendiri yang tahu betapa bernilainya diri kita jadi kitalah yang seharusnya menaruh label pada diri kita bahwa kita makhluk yang berharga.
Atas kepedulian dan dampak positif yang tak henti-hentinya dibawa Mariana Yunita Hendriyani Opat melalui Tenggara Youth Community, pada tahun 2020 dirinya meraih penghargaan Anugerah SATU Indonesia Awards di bidang kesehatan dengan program edukasi dan konseling hak kesehatan seksual dan reproduksi yang diusungnya.
Sekian artikel seputar Mariana Yunita Hendriyani Opat, srikandi yang berhasil membuka tabu terhadap isu kesehatan seksual dan reproduksi anak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Semoga artikel ini bermanfaat dan mampu menginspirasi Kawan untuk turut menyumbang #kabarbaiksatuindonesia!
Baca juga: Pojokgizi Indonesia: dari Kawan Kuliah yang Merajut Mimpi Bersama sampai Langkah Mulia untuk Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News