Kakatua Tanimbar (Cacatuagoffiniana) adalah burung endemik yang hanya ditemukan secara alami di Kepulauan Tanimbar, Maluku. Burung ini tidak hanya berpenampilan menarik tetapi juga mengejutkan dunia sains dengan tingkat kecerdasannya yang luar biasa.
Kakatua Tanimbar merupakan salah satu spesies kakatua berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 31-32 cm, menjadikannya tampak compact dan lincah. Seperti kebanyakan kakatua putih, bulu dominannya berwarna putih bersih.
Berdasarkan sumber dari BirdLife International (2024) pada situs data.redlist.org, Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana) secara morfologi mudah dibedakan dari kebanyakan kakak tua putih lainnya melalui ukuran tubuhnya yang lebih kecil, dengan panjang tubuh hanya sekitar 31-32 cm.
Ciri khusus yang paling mencolok adalah jambulnya yang pendek dan bulat, berbeda dengan jambul panjang dan lancip yang dimiliki oleh Kakatua putih lainnya seperti Kakatua-kecil Jambul-kuning (Cacatua sulphurea). Selain itu, paruhnya yang berwarna abu-abu pucat dan bulu putih di sekitar matanya memberikan penampilan yang khas.
Perbedaan mendalam lainnya terletak pada status dan perilakunya. Seperti dilaporkan oleh IUCN Red List of Threatened Species, Kakatua Tanimbar dikategorikan sebagai Hampir Terancam (Near Threatened) dengan populasi yang mengalami penurunan signifikan akibat perdagangan ilegal dan hilangnya habitat.
Paruhnya berwarna abu-abu pucat, sedangkan kulit di sekitar matanya berwarna biru muda hingga kebiruan, menambah kesan eksotis pada penampilannya. Kaki dan kakinya berwarna abu-abu. Kesederhanaan warnanya justru menjadi daya tarik utama, menonjolkan kesan elegan dan bersih.
Terkenal Sangat Cerdas
Kakatua Tanimbar tidak sekadar cantik; ia adalah salah satu burung paling cerdas di Bumi. Reputasinya dalam dunia kognitif burung setara dengan para jenius seperti Gagak Kaledonia Baru.
Sejumlah penelitian ilmiah, banyak di antaranya dilakukan di fasilitas penelitian seperti Laboratorium Penelitian Haidlhof di Austria, telah membuktikan kemampuannya yang luar biasa dalam hal penyelesaian masalah dan penggunaan alat.
Salah satu eksperimen yang terkenal melibatkan pemberian kacang mete yang masih berkulit keras dan ditempatkan di dalam sebuah kotak transparan. Untuk mendapatkan makanan tersebut, burung ini harus menggunakan alat untuk menjangkaunya.
Yang menakjubkan, Kakatua Tanimbar mampu mematuki sepotong kayu untuk membuat alat yang sesuai. Mereka tidak hanya membuat alat, tetapi juga menyesuaikan panjang alatnya dengan jarak makanan.
Jika kacang tersebut jauh, mereka akan membuat alat yang panjang, sementara untuk jarak yang dekat, alat yang lebih pendek mereka buat. Kemampuan ini menunjukkan pemahaman spasial yang kompleks dan foresight (perencanaan ke depan) yang jarang terlihat pada hewan non-primata.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal SocietyB mengonfirmasi bahwa perilaku ini adalah bukti kuat dari kapasitas kognitif tinggi dan innovasi dalam penggunaan alat.
Baca juga Jalak Suren, Burung Asli Indonesia yang Penting untuk Pengendalian Hama
Kakatua Tanimbar Terancam Punah
Secara alami, Kakatua Tanimbar menghuni hutan-hutan primer dan sekunder yang masih baik di Kepulauan Tanimbar. Mereka sangat bergantung pada keberadaan pohon-pohon tinggi yang menyediakan lubang untuk bersarang dan sumber makanan berupa biji-bijian, buah-buahan, dan kacang-kacangan.
Sayangnya, populasi burung jenius ini di alam liar terus mengalami penurunan. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List menetapkan status Kakatua Tanimbar sebagai Near Threatened atau Mendekati Terancam Punah.
Ancaman terbesarnya berasal dari hilangnya habitat akibat deforestasi dan alih fungsi hutan. Ancaman kedua yang sangat serius adalah perdagangan ilegal. Keindahan dan kecerdasannya justru menjadi kutukan, membuatnya menjadi target utama para penangkar dan kolektor burung ilegal.
Meskipun termasuk dalam Appendix I CITES (Konvensi tentang Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah) yang sangat membatasi perdagangannya, praktik penyelundupan masih terus berlangsung.
Upaya konservasi yang ketat, termasuk perlindungan habitat dan penegakan hukum terhadap perburuan serta perdagangan ilegal, mutlak diperlukan. Tanpa intervensi yang serius, dunia bukan hanya berpotensi kehilangan sebuah spesies yang cantik, tetapi juga salah satu makhluk paling cerdas di dunia hewan.
Pelestarian Kakatua Tanimbar adalah bukti komitmen untuk menjaga keanekaragaman hayati dan kekayaan intelektual alam Indonesia.
Baca juga Waspada, Burung Pitohui yang Paling Beracun Ada di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News