gemar olahraga di jakarta antara gaya hidup dan kesadaran sehat - News | Good News From Indonesia 2025

Gemar Olahraga di Jakarta: antara Gaya Hidup dan Kesadaran Sehat

Gemar Olahraga di Jakarta: antara Gaya Hidup dan Kesadaran Sehat
images info

Tidak dapat dipungkiri, olahraga di Jakarta kini banyak diposisikan sebagai “statementlifestyle. Bagi sebagian kalangan, mengenakan busana olahraga branded, menggunakan smartwatch terbaru, atau berlatih di studio pilates eksklusif di selatan Jakarta adalah cara untuk menunjukkan kelas sosial.

Fenomena “flexing olahraga” di media sosial semakin menguat, terutama di kalangan Gen Z. Mereka mengunggah foto usai lari di GBK, membagikan hasil pencapaian jarak lewat aplikasi Strava, atau berpose di lapangan padel yang sedang tren. 

Aktivitas olahraga pun menjadi konten visual yang didesain dengan rapi, mulai dari sudut kamera, outfit, hingga caption motivasional yang memoles citra diri. Olahraga tak lagi murni tentang keringat dan kebugaran, melainkan narasi identitas yang ingin ditampilkan kepada dunia.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik, data tingkat aktivitas olahraga di DKI Jakarta meningkat pesat, mencapai lebih dari separuh populasi (52,93%) pada tahun 2024. Peningkatan signifikan ini terlihat dalam survei nasional dari 2021 hingga 2024. Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan persentase tertinggi di antara provinsi lain, seperti Banten dan Jawa Barat.

Jika melihat dari sisi lain, tren ini mendorong masyarakat urban untuk lebih aktif bergerak di tengah gaya hidup yang rutinitas. Lari, yoga, pilates, hingga padel memberi dampak positif pada kesehatan fisik, misalnya meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki postur, mengurangi stres, hingga menjaga berat badan. 

Olahraga juga dapat menumbuhkan komunitas, memperkuat jaringan sosial, serta memberi ruang bagi masyarakat untuk saling support dalam menjalani rutinitas sehat. Bahkan jika motivasi awal adalah mengikuti tren atau sekadar ikut-ikutan, tidak menutup kemungkinan bahwa kebiasaan itu bertransformasi menjadi pola hidup yang konsisten.

Maraknya tren olahraga ini sangat berkaitan dengan fenomena FOMO (fear of missing out) yang kian terasa kuat. Banyak anak muda merasa perlu ikut ambil bagian dalam olahraga yang sedang populer, mulai dari padel, yoga, hingga maraton.

Persiapan Penting untuk Pemula Sebelum Main Padel Biar Nggak Canggung di Lapangan

Konsekuensinya, tidak sedikit yang harus merogoh kocek cukup dalam. Biaya pendaftaran maraton bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Belum lagi kebutuhan sepatu lari khusus.

Sementara itu, studio yoga dan pilates kelas premium biasanya memasang tarif hingga jutaan rupiah per bulannya. Situasi ini membuat olahraga berisiko menjadi aktivitas eksklusif, di mana hanya kalangan tertentu yang mampu berpartisipasi, sementara yang lain hanya bisa menyaksikan melalui media sosial.

Namun pertanyaannya adalah, apakah olahraga di Jakarta benar-benar dijalankan karena kesadaran tubuh atau sekadar demi citra? 

Tidak sedikit yang menjadikan olahraga sebagai simbol eksklusivitas bahwa ia mampu membayar membership gym mahal, membeli raket padel seharga jutaan rupiah, atau berlangganan kelas privat dengan trainer terbaik. 

Bahkan, banyak dari mereka yang memulai olahraga dengan cara yang salah, “yang penting keren dulu”, sehingga akhirnya rentan mengalami cedera karena mengabaikan pemanasan yang seharusnya menjadi bagian penting sebelum beraktivitas fisik. Padahal, pemanasan yang baik tidak hanya meningkatkan aliran darah dan suhu otot, tetapi juga mempersiapkan tubuh agar lebih lentur dan responsif terhadap gerakan yang lebih berat. 

Tips sederhana yang bisa dilakukan misalnya dengan peregangan dinamis, seperti arm circle, leg swing, atau jalan cepat selama 5–10 menit, lalu dilanjutkan dengan gerakan yang meniru latihan inti namun dengan intensitas ringan. Lakukan secara konsisten sebelum setiap melakukan olahraga dan selalu minum yang cukup agar tubuh tidak terdehidrasi.

Dengan cara ini, tubuh tidak hanya siap menghadapi beban olahraga, tetapi risiko cedera pun jauh lebih kecil, sehingga manfaat olahraga dapat dirasakan secara optimal.

Rasanya, olahraga saat ini berubah menjadi ajang pamer kemapanan. Olahraga juga seakan menjadi bagian dari budaya konsumtif yang menguat di kalangan menengah ke atas, walaupun ada sebagian yang benar-benar menjadikan olahraga sebagai investasi kesehatan jangka panjang. Mereka mungkin tidak selalu terlihat di media sosial, tidak mengenakan perlengkapan mahal, tetapi rutin berlari di taman kota atau bersepeda di jalur pinggiran Jakarta.

Sebenarnya tidak ada garis pemisah yang mutlak antara olahraga dan citra diri. Olahraga bisa saja dimulai karena citra, lalu berlanjut menjadi kebiasaan sehat; atau sebaliknya. Dimulai karena kebutuhan tubuh, lalu diperkuat dengan motivasi “tampil”.

Namun, yang terpenting adalah tetap menyadari esensi dari tren ini. Olahraga seharusnya tidak sekadar menjadi komoditas gaya hidup yang eksklusif, melainkan gerakan kolektif untuk menyehatkan tubuh.

Jika tren gemar olahraga hanya berhenti pada lapisan citra, maka yang tercipta hanyalah budaya pamer tanpa dampak yang signifikan. Namun bila diarahkan pada kesadaran bersama akan kesehatan dan keseimbangan hidup, gelombang ini bisa menjadi momentum positif untuk mengurangi beban kesehatan masyarakat, memperbaiki kualitas hidup, dan bahkan mempererat ikatan sosial di tengah kesibukan kota.

Pilates dan Padel: Gaya Hidup Olahraga yang Booming di Kota‑kota Besar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.