Pernahkan Kawan mendengar kisah tentang legenda ting gegenting sebelumnya? Legenda ini merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari daerah Lampung.
Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat Lampung tersebut? Simak kisahnya dalam bagian berikut ini.
Legenda Ting Gegenting, Cerita Rakyat dari Lampung
Dilansir dari buku Agnes Bemoe yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, alkisah pada zaman dahulu di pedalaman Lampung hiduplah sebuah keluarga kecil. Keluarga ini hanya terdiri dan seorang ibu dan anaknya.
Anak tersebut sudah menjadi yatim sejak lama. Hal inilah yang membuat dia hanya tinggal berdua dengan sang ibu saja.
Sehari-hari sang ibu bekerja sebagai petani. Hasil lahan yang diolah inilah yang mereka gunakan untuk makan sehari-hari.
Pada suatu hari, si anak meminta makanan kepada sang ibu. Anak tersebut berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Sang ibu berkata bahwa dia akan membersihkan lahan terlebih dahulu. Dia kemudian menyuruh anaknya untuk tidur sambil menunggu.
Tidak lama kemudian, sang anak terbangun dari tidurnya. Anak tersebut kembali berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Ibunya kembali menyahut bahwa dia sedang membakar ladang. Dia kembali menyuruh anaknya tidur.
Situasi ini terus berulang. Tidak lama kemudian, sang anak kembali terbangun dan berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Sang ibu menjawab bahwa makanan belum tersedia. Sebab dia akan menanam padi terlebih dahulu.
Anaknya yang tidak bisa berbuat apa-apa akhirnya kembali tertidur. Tidak lama kemudian, dia kembali terbangun sambil menangis dan berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Sang ibu kembali berkata bahwa dia tengah membersihkan rumput yang tumbuh di lahan. Dengan demikian padi yang ada di sana bisa tumbuh dengan baik.
Anak tersebut kembali tertidur saking kelaparannya. Namun dia tidak bisa tidur lama dan terbangun sambil berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Kali ini sang ibu memberikan kabar yang agak gembira. Ibunya berkata bahwa padi mereka sudah masak dan siap untuk dipanen.
Namun sang anak mesti bersabar karena proses panen baru akan dilakukan. Akhirnya sang anak kembali tertidur sambil menahan rasa lapar.
Tidak lama kemudian, sang anak kembali terbangun. Dia kembali berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Sang ibu kembali menyahut bahwa dia tengah menampi gabah dulu. Sang ibu meminta anaknya untuk sabar sebentar lagi sebelum makanan siap disajikan.
Anak tersebut kembali tertidur karena tidak tahan untuk menunggu lama. Karena tidurnya tidak nyenyak karena saking kelaparan, anak tersebut kembali terbangun dan berkata, "Ting gegenting, perutku sudah genting, kelaparan ingin makan."
Sang ibu kemudian berkata bahwa dia tengah menampi beras. Tidak lama lagi mereka akan bisa makan bersama.
Suasana menjadi tenang setelah itu. Tidak terdengar lagi suara sang anak yang menangis karena kelaparan.
Sang ibu berpikir bahwa anaknya sudah tenang dan sabar menunggu makanan hingga masak. Dirinya kemudian melanjutkan pekerjaan dengan menanak nasi dan menyajikannya di atas piring.
Setelah itu, sang ibu langsung membawa makanan tersebut ke tempat anaknya. Namun alangkah terkejutnya sang ibu karena anak satu-satunya sudah tergeletak dan meninggal dunia karena kelaparan.
Sang ibu hanya bisa menyesali situasi yang dialaminya. Sang ibu hanya bisa pasrah karena sudah berusaha mempersiapkan sepiring nasi untuk sang anak.
Begitulah kisah dari legenda ting gegenting yang jadi salah satu cerita rakyat dari daerah Lampung.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News