Tahukah kamu bahwa sebelum terdapat kompor dengan teknologi modern seperti kompor listrik maupun gas, terdapat sebuah kompor tradisional yang digunakan oleh orang pada zaman dahulu. Bahkan, uniknya kompor ini masih digunakan hingga kini. Nama kompor tradisional ini adalah Anglo, yakni sebuah kompor yang kini telah menjadi bagian dari warisan budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Lalu bagaimana sejarah anglo hingga bagaimana cara menggunakannya?
Sejarah Anglo di Dapur Nusantara
Anglo merupakan salah satu jenis kompor tradisional yang telah digunakan selama berabad-abad. Sejak lama, masyarakat Nusantara memanfaatkan anglo sebagai alat utama untuk memasak. Umumnya, anglo dibuat dari tanah liat atau logam dengan desain khusus yang mampu menahan panas tinggi. Sumber panas pada anglo berasal dari arang atau kayu bakar yang ditempatkan di bagian bawah tungku. Sistem aliran udara dari bawah membantu menjaga nyala api agar bertahan lebih lama.
Pada masa lalu, anglo berperan penting sebagai peralatan memasak di banyak rumah tangga. Selain penggunaannya yang sederhana, bahan bakar seperti arang dan kayu mudah ditemukan, terutama di daerah pedesaan. Hingga kini, keberadaan anglo masih bisa dijumpai di pasar tradisional maupun di rumah-rumah desa yang tetap setia mempertahankan metode memasak klasik ini.
Bahan dan Bentuk Anglo
Pembuatan anglo biasanya diwariskan secara turun-temurun, dan produk ini masih mudah ditemui di pasar tradisional bersama peralatan masak klasik lainnya. Secara bentuk, anglo berbentuk silinder dengan bagian atas bundar.
Tiga tonjolan di bagian atas berfungsi sebagai penopang panci atau kwali, sekaligus ruang udara untuk menjaga nyala api. Pada bagian tengah terdapat sarangan anglo, yaitu lubang-lubang kecil yang membantu aliran udara dari bawah. Di sisi bawah, terdapat mulut anglo yang menjadi jalur utama masuknya udara agar bara tetap menyala stabil.
Sementara itu, bahan bakar anglo adalah arang kayu, terutama dari jenis kayu keras seperti asem, mlanding, atau maoni. Jenis arang ini dianggap ideal karena bara lebih tahan lama dan tidak cepat menjadi abu. Anglo juga hadir dalam berbagai ukuran, dari kecil hingga besar. Anglo kecil biasanya digunakan untuk membatik atau membakar dupa, sedangkan anglo besar dipakai untuk memasak menggunakan kwali atau panci.
Cara Menggunakan Anglo
Cara memakai kompor tradisional ini sangatlah mudah, yakni dengan cara bahan bakar dimasukkan ke dalam ruang pembakaran, lalu api dinyalakan. Panas yang dihasilkan kemudian dialirkan ke bagian atas anglo tempat panci atau wajan diletakkan.
Selain itu, memasak dengan anglo memberikan pengaruh besar pada aroma dan cita rasa makanan. Hidangan yang dimasak menggunakan anglo biasanya memiliki aroma khas dan rasa lebih gurih karena terkena asap arang. Perbedaan ini membuat masakan dengan anglo mudah dibedakan dari masakan menggunakan kompor gas.
Selain menghadirkan rasa yang lebih autentik, anglo juga dinilai lebih ekonomis karena bahan bakarnya, yaitu arang, relatif lebih murah dibandingkan gas elpiji. Namun, penggunaan anglo juga memiliki kekurangan. Proses memasak membutuhkan waktu lebih lama, dapur lebih mudah kotor karena jelaga, serta anglo rentan rusak jika tidak digunakan dengan hati-hati.
Baca Juga: Balango, Alat Masak Tradisional Minangkabau yang Sudah Jarang Dijumpai
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News