Halo, Kawan GNFI!
80 tahun sudah Indonesia merdeka. Setiap Agustus, kita merayakan momen bersejarah itu dengan suka cita. Namun perayaan kemerdekaan tidak seharusnya berhenti pada hal-hal seremonial belaka.
Momen ini haruslah menjadi saat refleksi kita. Sudah sejauh mana perjalanan kita sebagai bangsa? Apakah cita-cita dalam konstitusi benar-benar tercermin dalam kehidupan sehari-hari? Dan sudahkah kita sungguh-sungguh mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang diamanatkan UUD 1945?
Refleksi Kemerdekaan dan Pendidikan
80 tahun setelah proklamasi, pendidikan tetap menjadi sorotan utama khususnya kesejahteraan guru. Sejak kecil, kita dikenalkan ungkapan “guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Ungkapan ini sarat makna, tetapi di baliknya masih banyak kisah pilu yang harus dihadapi para guru.
Tidak sedikit para guru yang menerima penghasilan ratusan ribu hingga tak sampai dua juta rupiah per bulan. Kondisi ini memaksa mereka mencari pekerjaan tambahan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Guru juga terbebani urusan administrasi yang kian menumpuk. Alih-alih fokus mendidik, banyak waktu mereka habis mengisi formulir, laporan, dan laporan ulang.
Sungguh sebuah ironi ketika guru yang memikul tanggung jawab besar dalam mencerdaskan bangsa tetapi penghargaan yang diterima mereka masih jauh dari kata layak.
Kuliner dalam Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia
Sekilas Pengalaman Mengajar
Saya pribadi pernah sedikit merasakan beratnya peran guru. Melalui salah satu organisasi kampus, saya diberi kesempatan mengajar anak-anak sekolah dasar. Pengalaman itu membuka mata saya akan keseharian dan perjuangan seorang guru.
Hal-hal seperti menyiapkan materi, menjelaskan pelajaran, menghadapi murid dengan karakter yang beragam membutuhkan energi, kesabaran, dan ketulusan yang tidak mudah.
Dari pengalaman singkat itu, saya memahami bahwa tanggung jawab guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tetapi juga membentuk karakter dan menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Saya pun bertanya dengan kagum. Jika saya yang hanya sebentar berperan sebagai guru sudah kelelahan, bagaimana dengan para guru yang mendedikasikan diri sepanjang hidup mereka?
Potret Kesejahteraan Guru
Fakta lapangan menunjukkan kondisi guru memang jauh dari sejahtera. Berdasarkan survei IDEAS bersama Dompet Dhuafa:
- 74% guru honorer di Indonesia berpenghasilan di bawah Rp2 juta per bulan.
- Ada guru yang hanya menerima Rp500 ribu per bulan.
- Dengan rata-rata menanggung tiga anggota keluarga, 89% guru mengaku gaji mereka tidak cukup.
- Lebih dari separuh guru mencari pekerjaan sampingan, mulai dari bimbingan belajar, berdagang, hingga menjadi ojek daring.
- Ironisnya, pendapatan tambahan itu sering kali tak lebih dari Rp500 ribu per bulan.
Namun di balik keterbatasan tersebut, semangat para guru untuk mengajar tidak luntur. Data menunjukkan 93,5% guru tetap ingin mengajar hingga pensiun.
Ini adalah bentuk dedikasi yang luar biasa dari para guru. Saat banyak profesi lain memilih berhenti karena faktor ekonomi, para guru justru bertahan demi mendidik generasi muda.
80 Tahun Kemerdekaan: Inovasi Indonesia yang Banggakan Dunia
Fokus Pembangunan yang Masih Keliru
Sayangnya, pemerintah selama ini cenderung menitikberatkan pembangunan pendidikan pada hal-hal teknis seperti perubahan kurikulum, pembangunan infrastruktur, atau digitalisasi sekolah.
Ketiga aspek itu penting, tetapi sering membuat kita lupa pada hal paling mendasar dalam pembangunanan pendidikan, yakni guru dan kesejahteraan guru.
Kualitas pendidikan berbanding lurus dengan kondisi guru. Sebesar apa pun inovasi yang dicanangkan, mustahil berjalan optimal tanpa guru yang sejahtera.
Guru yang terhimpit ekonomi akan kesulitan memberi pengajaran terbaik. Guru yang terbebani administrasi akan kehilangan ruang untuk berinovasi.
Investasi terbesar untuk masa depan bangsa bukanlah sekadar gedung sekolah megah atau perangkat digital canggih. Investasi terbesar adalah pada para guru yang menyiapkan generasi penerus.
Saatnya Guru Juga Merdeka
Jika kesejahteraan guru terus diabaikan, kita bukan hanya melanggar janji kemerdekaan, tetapi juga mempertaruhkan masa depan bangsa. Pada momentum 80 tahun kemerdekaan, mari kita rayakan kemerdekaan dengan memastikan guru juga merdeka:
- Merdeka dari keresahan ekonomi,
- Merdeka dari beban administrasi berlapis,
- Merdeka untuk mendidik dengan sepenuh hati.
Bayangkan sebuah kondisi di mana guru tidak lagi dihantui gaji bulanan yang pas-pasan atau birokrasi rumit. Mereka bisa sepenuhnya mencurahkan energi untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna.
Ketika guru merdeka, murid pun akan tumbuh dalam lingkungan belajar yang lebih sehat, kreatif, dan penuh inspirasi.
Dari Nusantara untuk Dunia: Inovasi Anak Bangsa di 80 Tahun Kemerdekaan
Kemerdekaan sejati bukan hanya terbebas dari penjajahan, tetapi juga memastikan setiap warga negara hidup bermartabat, khususnya para guru yang menjaga masa depan bangsa di ruang kelas.
Guru adalah wajah masa depan Indonesia. Guru yang sejahtera adalah kunci untuk melahirkan generasi yang hebat.
Bagaimana menurut Kawan GNFI, sudahkah kita memberikan penghargaan yang layak bagi guru? Mari, bersama-sama menjadikan momentum 80 tahun kemerdekaan ini sebagai langkah nyata memperjuangkan kesejahteraan mereka!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News