asal usul sayur lodeh masakan tradisional jawa dengan kisah unik - News | Good News From Indonesia 2025

Asal Usul Sayur Lodeh, Masakan Tradisional Jawa dengan Kisah Unik

Asal Usul Sayur Lodeh, Masakan Tradisional Jawa dengan Kisah Unik
images info

Asal Usul Sayur Lodeh, Masakan Tradisional Jawa dengan Kisah Unik


Tahukah kamu sayur lodeh merupakan makanan khas Indonesia yakni dari daerah Jawa yang menggunakan santan sebagai bahan utamanya. Sayur ini berwarna putih dan memiliki beragam variasi bumbu hingga membuat santan berwarna kuning hingga kuning kemerahan. Isian sayur lodeh saat ini umumnya terdiri dari nangka muda, labu siam, terong, kacang panjang, hingga sayuran.

Sejarah Sayur Lodeh di Jawa

Adapun sayur lodeh dipercaya berasal dari masa kejayaan peradaban Jawa Tengah pada abad ke-10. Diketahui sayur lodeh membantu melewati masa-masa sulit selama letusan dahsyat Gunung Merapi pada 1006. 

Lebih lanjut, sejarawan kuliner seperti Fadly Rahman memperkirakan tradisi memasak lodeh juga sudah dilakukan pada abad ke-16, setelah bangsa Spanyol dan Portugis memperkenalkan kacang panjang ke Jawa. Masyarakat khususnya Jawa mengkombinasikan hasil pangan khas Indonesia dan jadilah sayur lodeh yang merupakan kombinasi dari santan dan berbagai sayuran.

Beberapa sejarawan lain yakin bahwa "tradisi kuno" ini mulai muncul kembali pada abad-19 yakni di pergantian ke abad 20, saat Yogyakarta menjadi jantung Kebangkitan Nasional Indonesia, periode di mana banyak mitos daerah ditemukan dan dirayakan.

Tak hanya itu, pada 1931 di masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII, ketika Jawa dilingkungi wabah pes selama lebih dari dua dekade. Saat itu wabah pes terjadi selama lebih dari dua dekade di Jawa, sultan memerintahkan kepada warganya untuk memasak sayur lodeh dan berdiam diri di rumah selama 49 hari.

Wabah kemudian berakhir dengan catatan sejarah yang juga menunjukkan bahwa sayur lodeh telah dimasak untuk menanggapi krisis pada 1876, 1892, 1946, 1948, dan 1951. Namun, Sejarawan Jawa, Kelik dan Fadly Rahman menjelaskan belum ada relevansinya antara sayur lodeh dianggap memiliki khasiat untuk mengusir wabah.

Sementara itu, hidangan ini juga semakin berkembang di mana di kota-kota hiper-urban di Asia Tenggara saat ini, sayur lodeh diperkenalkan kembali sebagai makanan kesehatan. Lodeh juga menjadi hidangan warisan yang menarik bagi kelas menengah yang berkembang pesat.

Filosofi dan Makna Simbolis Sayur Lodeh

Adapun Sayur lodeh sejatinya memiliki 7 bahan utama dengan 7 warna berbeda dan wajib ada. Bahan-bahan tersebut ada mulai dari kluwih (sejenis nangka muda), cang gleyor (kacang panjang), terong, waluh (labu), godong so (daun melinjo), buah melinjo, dan tempe.

Bahan-bahan ini memiliki makna simbolis yang diturunkan dari suku katanya. Dalam bahasa Jawa, kata wungu dari terong wungu berarti berwarna ungu, tapi juga bisa berarti 'terbangun'; sementara lanjar dari kacang lanjar (atau kacang panjang) bisa dimaknai sebagai 'berkah'.

Revianto Budi Santoso, yakni seorang arsitek, dosen, dan sejarawan jawa meyebutkan bahwa yang terpenting dari titah sultan untuk memasak sayur lodeh saat itu adalah pesannya tentang solidaritas sosial. Seluruh kota, memasak makanan yang sama di saat bersamaan, menciptakan rasa kebersamaan yang kuat.

"Seperti banyak hal dalam kepercayaan Jawa, tujuannya adalah untuk menolak bala," ujar Santoso.

"Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan lebih utama ketimbang mencapai sesuatu sendirian. Orang Jawa berpikir, jika tidak ada rintangan, hidup akan menjaga dirinya sendiri." lanjutnya.

Berikut merupakan filosofi bahan utama sayur lodeh:

  1. Kluwih: Kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne (Keluarga harus lebih diurusi dan diperhatikan)
  2. Cang Gleyor (Kacang Panjang): Cancangen awakmu ojo lungo-lungo (Ikatlah dirimu jangan pergi-pergi)
  3. Terong: Terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng (Lanjutkan beribadah kepada yang maha kuasa, jangan kalau butuh saja)
  4. Kulit Melinjo: Ojo mung ngerti njobone, ning kudu ngerti njerone babakan pagebluk (Jangan hanya lihat dari luar, tetapi harus mengetahui yang ada di dalam bencana)
  5. Waluh (labu): Uwalono ilangono ngeluh gersulo (Hilangkan sifat mengeluh)
  6. Godong so (daun melinjo): golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh Babakan agomo lan pagebluk. (bersatu padu berdoa bersama orang yang salih, pandai soal agama, juga wabah penyakit).
  7. Tempe: Temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah (Yakinlah dalam memohon pertolongan sang pencipta
baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DP
AN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.