Sebuah program inovatif bernama "Celengan Pantai" oleh Tim KKNT IPB 2025 Desa Karangsong berhasil membawa angin segar bagi pendidikan literasi finansial di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu.
Berdasarkan hasil penilaian menggunakan pre-test dan post-test, program yang digelar pada Juli 2025 ini terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar tentang pengelolaan keuangan hingga 30,18%.
Tantangan Masyarakat Pesisir
Desa Karangsong yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa menghadapi permasalahan klasik daerah pesisir. Dengan populasi 4.381 jiwa, mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan yang menghadapi ketidakstabilan pendapatan.
Berdasarkan data dari Website Resmi Desa Karangsong, diketahui bahwa sebanyak 22,69% penduduk tidak bersekolah, sementara 42,16% hanya menyelesaikan pendidikan tingkat SD.
Kondisi ini menciptakan siklus literasi keuangan yang rendah. Anak-anak tidak mendapat pendidikan finansial yang memadai dari orang tua, padahal mereka akan menjadi tulang punggung ekonomi keluarga di masa depan.
Ketidakstabilan pendapatan nelayan membuat pola keuangan keluarga bersifat subsisten, di mana pendapatan harian habis untuk kebutuhan sehari-hari tanpa perencanaan jangka panjang. Situasi ini diperparah minimnya akses terhadap lembaga keuangan formal dan program edukasi finansial.
Solusi Kreatif untuk Generasi Muda
Program Celengan Pantai oleh Tim KKNT IPB 2025 Desa Karangsong menargetkan 106 siswa kelas 4, 5, dan 6 UPTD SDN 01 Karangsong. Pemilihan rentang usia ini strategis karena anak-anak sudah memahami konsep dasar matematika dan memiliki kemampuan kognitif memadai untuk memahami konsep menabung.
Kegiatan berlangsung dengan pendekatan edukatif partisipatif yang jauh dari metode pembelajaran kaku. Siswa diajak terlibat aktif dalam tanya jawab, diskusi, dan simulasi praktis. Materi utama meliputi pengertian uang, perbedaan kebutuhan dan keinginan, pentingnya menabung, hingga nilai sosial berbagi dan bersedekah.
Formula Ajaib "50-30-20"
Salah satu konsep yang paling menarik perhatian siswa adalah rumus pengelolaan uang saku "50-30-20". Formula sederhana ini mengajarkan anak-anak membagi uang saku: 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk ditabung.
"Ketika kami simulasikan dengan uang jajan Rp50.000, mata anak-anak langsung berbinar. Mereka antusias menjawab kira-kira bagaimana pengalokasiannya terhadap kebutuhan, keinginan, dan tabungan mereka," cerita pemateri. Simulasi ini terbukti efektif membuat konsep abstrak menjadi nyata dan mudah dipahami.
Selain formula pengelolaan uang, siswa juga dibekali tips berbelanja bijak seperti membuat daftar belanja, membandingkan harga, tidak mudah tergoda iklan, dan membawa uang secukupnya. Materi ditutup dengan nilai-nilai sosial pentingnya berbagi dan bersedekah.
Hasil Menggembirakan
Evaluasi menggunakan penilaian pre-test dan post-test menunjukkan hasil menggembirakan. Kelas 4 mencatat peningkatan paling tinggi dengan 31,63%, dari rata-rata 64,2 menjadi 84,5. Kelas 5 meningkat 30,35% (dari 68,2 menjadi 88,9), sementara kelas 6 naik 28,57% (dari 70,0 menjadi 90,0).
Peningkatan ini bukan sekadar angka, melainkan perubahan cara berpikir anak-anak tentang uang. Mereka mulai mempertimbangkan apakah sesuatu itu kebutuhan atau sekadar keinginan.
Kendala dan Solusi
Meski berhasil, program ini tidak lepas dari tantangan. Situasi cenderung kurang kondusif saat jam istirahat ketika konsentrasi siswa menurun.
Keterbatasan sound system juga menyebabkan siswa di belakang kesulitan mendengar penjelasan dengan jelas. Namun, tingginya partisipasi siswa menunjukkan efektivitas pendekatan yang dipilih.
Investasi Jangka Panjang
Sebagai bentuk keberlanjutan, setiap peserta mendapat celengan bergambar animasi yang bisa dibuka tutup untuk digunakan berulang kali. Celengan ini bukan sekadar wadah, melainkan simbol komitmen untuk membangun kebiasaan menabung.
"Celengan ini akan mengingatkan mereka setiap hari tentang pentingnya menyisihkan uang. Kecil-kecil, tapi dampaknya bisa besar untuk masa depan," ujar tim pelaksana.
Program ini juga sejalan dengan prinsip keberlanjutan yang mengajarkan pentingnya mengelola aset saat ini demi kesejahteraan generasi mendatang. Dana yang terkumpul dapat menjadi modal investasi, biaya pendidikan, atau dana darurat yang vital menghadapi ketidakpastian.
Harapan ke Depan
Keberhasilan Program Celengan Pantai membuka jalan replikasi ke sekolah-sekolah pesisir lain. Tim berharap program ini dapat diintegrasikan dalam kurikulum lokal dengan dukungan pelatihan guru dan pelibatan aktif orang tua.
Kami optimis program seperti ini bisa menjadi investasi jangka panjang untuk memutus siklus kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dimulai dari hal sederhana: mengajarkan anak-anak nilai uang dan pentingnya menabung.
Program Celengan Pantai membuktikan bahwa pendidikan finansial tidak harus rumit. Dengan pendekatan yang tepat dan disesuaikan konteks lokal, bahkan anak-anak usia sekolah dasar dapat memahami konsep keuangan yang akan berguna sepanjang hidup mereka.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News