Era digital yang terus berkembang, khususnya dengan masifnya adopsi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI), membawa tantangan besar sekaligus peluang bagi dunia jurnalisme.
Di tengah transformasi ini, prinsip-prinsip kemanusiaan, inklusivitas, dan keadilan gender harus tetap menjadi fondasi yang tidak tergoyahkan. Merespons hal ini, RNW Media berkolaborasi dengan Campaign for Good dan Yayasan Gemilang Sehat Indonesia menyelenggarakan seminar bertajuk “Jurnalisme Inklusif dan Berkeadilan Gender di Era AI untuk Isu KSR” pada Kamis, 21 Agustus, di Hotel Menteng, Jakarta Pusat.
Seminar yang didukung oleh program RHRN2 dan Masarouna ini merupakan bagian dari kampanye global #KebebasanMediaDiEraAI (#MediaFreedomInAIEra). Sebuah inisiatif internasional yang didedikasikan untuk memajukan kebebasan pers dan mendorong jurnalisme yang etis, inklusif, serta responsif gender di tengah percepatan transformasi digital.
Acara ini berhasil menghimpun jurnalis perempuan, mahasiswa jurnalistik, aktivis, dan praktisi media yang memiliki kepedulian terhadap isu Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR).
Melalui diskusi panel, studi kasus, dan lokakarya interaktif, peserta dibimbing untuk mengidentifikasi bias gender dalam pemberitaan, membingkai ulang narasi ke arah perspektif yang lebih berimbang, serta memanfaatkan AI sebagai alat verifikasi data tanpa mengesampingkan sentuhan manusiawi dalam setiap penceritaan.
Etika Jurnalistik jadi Pelindung
Tiga pembicara kunci hadir membawakan perspektif yang beragam dan komplementer. Purnama Ayu Rizky, Managing Editor Magdalene, menyoroti bahwa media sering kali tanpa sadar melanggengkan bias, baik dalam pemilihan narasumber maupun pembingkaian berita.
Ia menegaskan bahwa etika jurnalistik harus menjadi benteng pelindung dari algoritma berbasis AI yang berisiko memperkuat stereotip gender. “Etika jurnalistik harus berdiri sebagai penjaga terhadap algoritma berbasis AI yang berisiko memperkuat stereotip gender,” tegasnya.
Dari sudut pandang advokasi, Indira Susatio, Communication & Campaign Manager Yayasan Gemilang Sehat Indonesia, organisasi utama program RHRN2 di Indonesia, menekankan pentingnya komunikasi yang sensitif gender ketika membahas isu KSR.
Ia menunjukkan bahwa narasi media secara langsung membentuk pemahaman publik tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga kolaborasi lintas sektor antara masyarakat sipil, jurnalis, dan organisasi media menjadi sangat penting.
Sementara itu, Aisha Shaidra, jurnalis senior Tempo Magazine, berbagi pengalaman lapangan yang penuh tantangan dalam meliput isu sensitif terkait gender dan KSR. Ia menekankan peran kritis empati dalam setiap tahap peliputan, mulai dari wawancara, pemilihan narasumber, hingga konstruksi narasi untuk mencegah reviktimisasi kelompok rentan.
Meski demikian, ia juga mengakui potensi besar AI dalam mendukung proses pemeriksaan fakta tanpa mengikis nilai-nilai kemanusiaan dalam jurnalisme.
Baca juga Bukan Sekadar Angka: Bagaimana Ketimpangan Gender Berdampak pada Kesehatan Reproduksi
Pentingnya Membangun Ruang Digital yang Inklusif
Tidak hanya mendengarkan paparan, peserta juga terlibat aktif dalam lokakarya interaktif yang mencakup praktik penulisan konten dan tinjauan kritis terhadap berita-berita yang mengandung bias. Mereka dilatih untuk merancang narasi yang berkeadilan gender dan menggunakan alat-alat AI secara bertanggung jawab dan etis untuk mengamplifikasi isu KSR.
Inisiatif ini juga terhubung dengan aplikasi Campaign for Good, yang memungkinkan masyarakat luas terlibat dalam advokasi digital, mendukung kebebasan pers, dan mempelajari praktik jurnalisme inklusif.
William Gondokusumo, CEO Campaign for Good, menekankan pentingnya membangun ruang digital yang adil dan inklusif. “Teknologi seharusnya berfungsi sebagai jembatan, bukan penghalang. Melalui #KebebasanMediaDiEraAI, kami bertujuan untuk menciptakan platform kolaboratif tempat jurnalis, aktivis, dan komunitas dapat bersatu dalam memajukan narasi yang inklusif, transparan, dan berdampak,” ujarnya.
Senada dengan itu, Wouter van Tongeren, CEO RNW Media, menegaskan kembali komitmen organisasinya terhadap penggunaan AI yang etis dalam jurnalisme. “Kebebasan media adalah fondasi demokrasi. Di era AI, kita menghadapi peluang yang sangat besar sekaligus tantangan yang mendalam.
RNW Media berkomitmen untuk memastikan bahwa teknologi memperkuat suara-suara yang terpinggirkan, bukan membungkamnya. Dengan kampanye global ini, kami berharap dapat memberdayakan jurnalis untuk menggunakan AI dengan percaya diri dan etis sambil menjaga nilai-nilai kemanusiaan tetap di depan,” paparnya.
Melalui seminar yang menjadi bagian integral dari kampanye #KebebasanMediaDiEraAI ini, para penyelenggara berharap agar jurnalis, aktivis, dan komunikator publik di Indonesia dapat menjadi lebih kritis, sensitif, dan terampil dalam menyikapi isu KSR.
AI tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai mitra potensial untuk memperkuat jurnalisme yang etis, inklusif, dan penuh dampak. Pada akhirnya, kolaborasi antara manusia dan teknologilah yang akan menentukan masa depan narasi media yang lebih adil dan membangun.
Baca juga Pentingnya Pendidikan Inklusif untuk Mendorong Kesetaraan Gender di Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News