Upaya penanganan sampah di Desa Ancolmekar, Kabupaten Bandung masih menjadi salah satu tantangan. Setelah melakukan pengamatan selama 7 hari, tim KKN-T IPB yang ditempatkan di desa tersebut menyadari bahwasannya masyarakat Ancolmekar masih sering melakukan pembakaran sampah.
Hal ini dikarenakan tidak tersedianya truk pengangkut sampah seperti yang biasa kita jumpai di perkotaan. Keadaan ini membuka pemikiran mahasiswa KKN-T IPB dalam menangani permasalahan sampah di Desa Ancolmekar.
Pada awalnya, mahasiswa KKN berinisiatif untuk melakukan kerja sama dengan mitra bank sampah terdekat. Namun, lokasi bank sampah yang berjarak sangat jauh dari desa menjadi tantangan mahasiswa untuk melaksanakan proses kerja sama ini.
Diandra, salah satu anggota tim pada awalnya memberikan usulan kerja sama ini, “Tadinya memang tidak langsung mau dibuat insinerator, jadi masih ingin kerja sama dengan pengelola bank sampah terdekat di desa ini. Tetapi, setelah cari-cari informasi memang sangat susah dan tantangannya banyak, salah satunya lokasi mitra yang sangat jauh dari desa. Jadi, akhirnya kita putuskan untuk mencari solusi lain dengan insinerator yang juga udah kita komunikasikan dengan kakak tingkat yang pernah melakukan program yang sama,” tuturnya.
Inovasi insinerator sederhana sebagai media pembakaran sampah minim asap menjadi solusi lain yang ditawarkan oleh mahasiswa.
Mahasiswa KKN-T IPB Hadirkan Dialog Tani, Sinergi Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan di Desa Arjasari
Dengan demikian, lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan membakar sampah di pekarangan seperti yang biasa selama ini dilakukan oleh warga.
Pelaksanaan program insinerator ini tentunya dikomunikasikan dan disambut dengan baik oleh perangkat desa dan warga sekitar. Pembangunan insinerator dimulai pada hari Jumat, 11 Juli 2025 berlokasi di RT 01/RW 04 Desa Ancolmekar.
Aktivitas ini bersamaan dengan gotong royong perbaikan jalan sekitar lokasi pembangunan. Dengan demikian, tidak hanya mahasiswa, warga masyarakat RW 04 pun turut andil membantu proses pembangunan insinerator sederhana ini.
Kepala Desa Ancolmekar, Eda Koswanda, turut memantau proses gotong royong dan pelaksanaan program.
“Banyak sekali bantuan yang diberikan warga kepada kami, mulai dari tenaga bahkan bantuan dana, karena memang tidak cukup jika hanya mengandalkan dana program yang sudah kami alokasikan untuk beberapa proker, bersyukur kami bisa menerima bantuan serta dukungan dari para warga, jadi ngeboost semangat kita buat menyelesaikan program kerja kita,” ungkap Fadlan selaku Koordinator Desa dari tim KKN-T IPB University.
Adapun pembangunan insinerator sederhana ini memakan waktu selama 7 hari mulai dari peletakan batu pertama hingga proses pengecatan dan finishing.
Tak lupa, seluruh anggota tim mahasiswa juga memberikan cap telapak tangan di bangunan insinerator sebagai tanda cinderamata program kerja KKN-T Inovasi IPB 2025 di Desa Ancolmekar.
Mahasiswa juga melakukan uji coba sebagai tanda pengesahan dan peresmian insinerator sampah juga sebagai tanda bahwa alat pembakaran sampah tersebut sudah boleh digunakan.
Ternyata banyak warga telah menantikan peresmian insinerator ini dan tidak sabar untuk segera menggunakannya.
Namun, tentu saja terdapat kekurangan dari program ini, karena untuk memastikan asap pembakarannya benar-benar minim, sampah harus dipilah terlebih dahulu.
Sampah basah seperti sampah dapur dan sisa makanan tidak boleh ikut serta dibakar ke dalam insinerator karena akan menyebabkan api menjadi tidak awet. Ini akan menimbulkan banyak asap.
Kabar baiknya, keberhasilan pembuatan insinerator ini kemungkinan akan diadopsi di wilayah RW lainnya di Desa Ancolmekar sebagai wujud keberlanjutan penanganan sampah di Desa Ancolmekar.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News