mahasiswa kkn t ipb hadirkan dialog tani dorong sinergi ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan desa arjasari - News | Good News From Indonesia 2025

Mahasiswa KKN-T IPB Hadirkan Dialog Tani, Sinergi Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan di Desa Arjasari

Mahasiswa KKN-T IPB Hadirkan Dialog Tani, Sinergi Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan di Desa Arjasari
images info

Ketahanan pangan menjadi isu strategis yang menempatkan desa sebagai aktor utama dalam mendukung implementasi Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendesa PDTT) No. 2 Tahun 2024.

Menjawab tantangan ini, kelompok KKN-T Kabupaten Bandung 08 IPB University menyelenggarakan Kegiatan Dialog Tani yang bertemakan "Penataan Ketahanan Pangan, Mengemban Masa Depan Pertanian Berkelanjutan" pada 26 Juli 2025 di GOR Desa Arjasari.

Aktivitas tersebut bertujuan menjadi ruang bertukar gagasan dan solusi inovatif antara kelompok tani, pemerintah, dan masyarakat untuk memperkuat strategi pertanian berbasis potensi lokal sekaligus merespon permasalahan yang selama ini dihadapi petani.

Menurut salah satu warga desa, proker tersebut adalah yang pertama kali diadakan di desa. Dengan demikian, dipandang sebagai sebuah inovasi baru dalam upaya memperkuat sistem pangan lokal.

“Baru kali ini ada kegiatan seperti ini, sebelumnya warga itu hanya bisa menyampaikan di forum informal jadi terkadang tidak bebas mengutarakan pendapat” (R, 26/07/2025).

Dialog tani menghadirkan narasumber dari berbagai unsur, yaitu Kepala Desa Arjasari, Rosiman, S.IP; Ketua Gapoktan Kecamatan Arjasari, Nanang Purnama, Ketua Kelompok Sawit, Atang, dan Ketua BPP Kecamatan Arjasari sekaligus Kabid Penyuluhan Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ria Heriawati, S.Pt, M.Si.

Pesertanya meliputi Kelompok Tani Desa Arjasari, Kelompok Wanita Tani (KWT), karang taruna, dan perwakilan masyarakat Desa Arjasari, dengan total 38 orang peserta.

Bentuk kegiatan berupa diskusi terbuka dan dialog interaktif dua arah untuk menggali tantangan sekaligus peluang pertanian lokal.

Sesi dibuka dengan pandangan para narasumber yang memberikan beragam insight guna memperkaya arah penguatan pangan desa. Berdasarkan perspektif pemerintah desa, penting untuk menata tata ruang, merumuskan kebijakan yang berpihak pada petani, dan mengoptimalkan pengelolaan lahan desa agar hasilnya maksimal.

Sedangkan dari kalangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menyoroti perlunya sinergi yang lebih erat antar petani, penerapan diversifikasi lahan untuk meningkatkan produktivitas, serta membangun kemitraan dengan berbagai pihak agar posisi tawar petani lebih kuat.

Terakhir, Badan Penyuluh Pertanian menyampaikan bahwa aspek pasca panen juga perlu mendapat sorotan penting. Sebab, tanpa manajemen pascapanen yang baik dan pemahaman tentang dinamika pasar, hasil panen berpotensi mengalami kerugian nilai dan tidak memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan petani.



Ketahanan pangan tidak hanya menyoal ketersediaan bahan pangan, tetapi juga menyangkut keberlanjutan sistem pertanian, akses masyarakat terhadap pangan yang terjangkau, serta pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal.

Para narasumber sepakat bahwa program penguatan ketahanan pangan tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan harus berkesinambungan, terintegrasi lintas sektor, dan dirancang sesuai dengan potensi serta karakteristik lokal yang dimiliki oleh desa.

Dalam konteks ini, kebijakan Permendesa PDTT No. 2 Tahun 2024 menjadi peluang besar bagi desa untuk memperkuat fondasi kemandirian pangan. Adanya aturan bahwa minimal 20% alokasi Dana Desa harus diperuntukkan bagi program ketahanan pangan memberi ruang bagi pemerintah desa untuk menyusun perencanaan yang lebih terarah.

Dengan dukungan dana tersebut, desa tidak hanya dapat memastikan ketersediaan pangan, tetapi juga mampu mengembangkan strategi untuk menjamin keterjangkauan dan pemanfaatannya secara merata di masyarakat.

Kebijakan tersebut sekaligus membuka jalan bagi kolaborasi antar stakeholder dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam menggerakan ketahanan pangan.

Aktivitas dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab dua arah. Beragam pertanyaan maupun keluhan disampaikan oleh peserta untuk kemudian didiskusikan solusinya.

Salah satu pertanyaan terfokus pada bagaimana nasib petani yang dirasa semakin terancam khususnya di era masa kini. Diskusi juga menekankan pentingnya regenerasi petani sebagai strategi jangka panjang dalam menjawab tantangan ketahanan pangan.

Menurunnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian harus segera diatasi dengan pendekatan yang lebih kreatif dan berbasis komunitas.

Salah satu upaya yang diangkat dalam forum ini adalah melibatkan pemuda desa ikut serta dalam kegiatan pertanian. Berkaitan dengan ini, beberapa hari sebelumnya Mahasiswa KKN-T IPB turut melakukan program sosialisasi pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dan Penanaman Vertikultur bersama Ikatan Remaja Masjid Al-Walidain.

Dengan cara ini, diharapkan tumbuh semangat baru pada generasi muda untuk mengelola pertanian secara modern, adaptif, dan berkelanjutan.

Regenerasi tersebut tidak hanya menjamin kesinambungan produksi pangan, tetapi juga mencetak petani muda yang lebih siap menghadapi tantangan zaman.

Sebagai bagian dari kegiatan, turut didemonstrasikan pula aplikasi dan website Digitani IPB yang berfungsi sebagai pendukung upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas pertanian. Layanan ini memberikan konsultasi di bidang pertanian, peternakan, dan perikanan yang dapat diakses langsung oleh petani.

Kehadirannya di forum ini diharapkan menunjukan bahwa teknologi digital bisa menjadi sarana praktis untuk mempercepat adopsi inovasi, mempermudah komunikasi antara petani dan penyuluh, serta menyediakan informasi yang relevan untuk mendukung keputusan di lapangan.

Dialog ketahanan pangan di Desa Arjasari menjadi titik awal lahirnya gagasan konkret yang dapat dijalankan bersama. Apa yang dibahas dalam forum tidak berhenti pada tataran ide, melainkan diharapkan berkembang menjadi langkah nyata yang terintegrasi dalam kebijakan desa, program kelompok tani, maupun gerakan masyarakat.

Pemerintah desa pun menekankan harapan agar kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan secara rutin dan berkala, sehingga evaluasi, pembaruan strategi, serta kolaborasi antar-pihak terus terjaga. Karena sesungguhnya ketahanan pangan adalah tanggung jawab kolektif yang membutuhkan dukungan lintas sektor.

Peran pemerintah, para petani dan pemuda seyogyanya dapat saling melengkapi untuk menciptakan sistem pertanian yang modern dan berkelanjutan.

Melalui sinergi yang solid, Desa Arjasari berpotensi besar menjadi model desa tangguh yang mampu menjaga ketahanan pangan warganya sekaligus berkontribusi nyata bagi pertanian berkelanjutan di masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.