mengenal teba modern sumur pengurai sampah organik di bali - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Teba Modern, Sumur Pengurai Sampah Organik di Bali

Mengenal Teba Modern, Sumur Pengurai Sampah Organik di Bali
images info

Di pekarangan rumah warga Dusun Cemenggoan, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, terdapat lubang berbentuk bundar yang ditutup beton. Mirip seperti sumur, tetapi isinya bukan air. Masyarakat Celuk menggunakan sumur tersebut sebagai komposter yang mengelola material sampah organik.

Mereka menyebutnya teba modern.

Teba modern merujuk pada sistem pengelolaan sampah rumah tangga-utamanya organik-yang memanfaatkan lubang sebagai proses komposter. Teknik ini merupakan strategi lanjutan dari kebiasaan masyarakat Celuk yang membuang sampah organik ke halaman belakang.

Halaman belakang rumah itu lah yang oleh masyarakat Bali disebut sebagai teba.

Asal Mula Mahasiswa Undip Raih Penghargaan di Malaysia: Pulang dari PLTU Bawa Abu Lalu Buat Inovasi Trotoar yang Menghasilkan Listrik

Lahan itu (teba), selain sebagai tempat pembuangan sampah, juga ditanami berbagai jenis pohon, seperti pisang, bunga, dan kelapa.

Berbeda dengan sistem lama teba yang membuang sampah di atas permukaan tanah, teba modern kini membuang sampah ke dalam tanah yang dilubangi sedalam tiga meter dengan diameter sekitar 80 cm atau ukuran buis beton.

Lubang itu diisi oleh dua buah buis beton yang diletakkan pada lubang paling atas. Sedangkan, lubang di bagian bawah tetap berupa tanah untuk memudahkan ekosistem pengurai organik hidup dan bekerja.

Dari Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Intip Inovasi Petasol Kolaborasi BRIN dan Petani Banjarnegara

Awal Penemuan Teba Modern

Ide penggunaan teba modern sebenarnya ditemukan secara tidak sengaja.

Pada tahun 2017, salah seorang warga menggali tanah di teba. Tanah tersebut digunakan sebagai material urugan, guna meninggikan pelataran tempat sembahyang.

Nah, lubang bekas galian inilah yang kemudian digunakan untuk menimbun sampah organik. Hasilnya, lubang tersebut baru penuh setelah satu tahun.

“Oh, ini penanganan sampah organik,” ungkap Wayan Balik, dikutip dari Mongabay.

Mulai dari situ, Forum Peduli Lingkungan kemudian membuat delapan lubang komposter secara swadaya. Jumlah ini bertambah menjadi 15 lubang pada 2018, berkat bantuan dana desa. Lalu, pada 2019, jumlah lubang komposter meningkat lagi menjadi 150 unit, berkat dana CSR dari Pertamina.

30 Kota Ditargetkan Mampu Olah Sampah Jadi Listrik dan BBM pada 2029, Berapa Besar Potensinya?

Inisiatif ini mendapatkan apresiasi dari desa adat, yang kemudian mengeluarkan aturan tertulis atau awig-awig mengenai larangan membuang sampah sembarangan. Desa adat kemudian memperkenalkan model pengelolaan sampah mandiri pedesaan (Pesan Pede).

Pada 2020, terbentuklah Bank Sampah Pesan Pede (BPS) yang mengelola sampah secara lebih terstruktur.

Saat ini, sekitar 350 kepala keluarga (KK) di Dusun Cemeggoan, Desa Celuk, Sukawati, Gianyar, Bali, sudah memiliki sumur komposter masing-masing.

Lubang komposter ini, yang menyerupai sumur dangkal, tidak hanya berfungsi untuk mengolah sampah organik, tetapi juga juga sebagai penyerap air hujan karena bagian lantainya tidak dibeton. Bahkan, beberapa sumur komposter dihubungkan dengan lubang tambahan untuk menyerap genangan air hujan.

Pakai Teknologi yang Sama dengan Singapura, TPA Benowo Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Nasional

Cara Kerja Teba Modern

Proses pengolahan sampah dengan teba modern diawali dengan pemisahan sampah organik dan anorganik. Sampah organik seperti sisa makanan, daun, dan limbah alami lainnya dimasukkan ke dalam lubang teba. Di dalam lubang tersebut, sampah akan diuraikan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

Sampah yang telah terurai, dapat digunakan sebagai kompos untuk pertanian atau kebun.

Menariknya, kehadiran teba telah mengurangi volume sampah di Dusun Cemeggoan. Sejak 2020, desa ini tidak lagi memanfaatkan truk sampah sehingga mereka pun menghemat biaya sampah sebesar Rp30.000 ribu.

Bank Sampah Pesan Pede (BPS) hanya menyiapkan satu pick-up per minggu untuk mengangkut residu limbah sulit didaur ulang. 

BPS juga telah memiliki sejumlah prosedur pengelolaan sampah secara tertulis.

  1. Sampah organik tiap rumah ditampung sepenuhnya di teba yang ada di masing-masing rumah.
  2. Sampah dadakan volume besar ditangani dengan pemanfaatan gudang komposter yang disediakan oleh BPS.
  3. Sampah non rumah tangga seperti bisnis atau perkantoran akan ditangani dengan penjemputan setiap hari kerja, dengan syarat dalam kondisi yang telah terpilah.
Ciamis Didapuk sebagai Daerah dengan Tingkat Daur Ulang Sampah Tertinggi di Indonesia, Ini Alasannya

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.