Panjat pinang adalah salah satu perlombaan yang paling dinantikan dalam perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia. Setiap tahun, masyarakat Indonesia dengan antusias mengikuti lomba ini, yang dikenal dengan kemeriahannya. Meski begitu, sedikit yang tahu bahwa panjat pinang bukanlah tradisi asli Indonesia. Permainan ini memiliki akar sejarah yang berasal dari Tiongkok dan berkembang selama masa kolonial Belanda.
Asal Usul Panjat Pinang
Panjat pinang pertama kali muncul pada zaman Dinasti Ming (1368–1644) di Tiongkok. Permainan ini menjadi sangat populer di wilayah selatan Tiongkok, seperti Fukien, Guangdong, dan Taiwan. Dalam buku Masa Lalu dan Tradisi Lokal, Fandy Hutari menjelaskan bahwa panjat pinang adalah permainan yang biasa dimainkan dalam berbagai acara tradisional.
Namun, permainan ini sempat dilarang pada masa pemerintahan Dinasti Qing (1636–1912) karena tingginya jumlah korban jiwa akibat kecelakaan selama permainan. Meskipun demikian, pada masa pendudukan Jepang di Taiwan, panjat pinang kembali populer dan menjadi bagian dari acara Festival Hantu, sebuah tradisi tahunan yang masih dilaksanakan hingga saat ini di Taiwan.
Panjat Pinang Masuk ke Indonesia
Panjat pinang pertama kali masuk ke Hindia Belanda pada tahun 1920-an. Saat itu, orang-orang Belanda mengadakannya sebagai bagian dari perayaan pernikahan, kenaikan jabatan, atau pesta ulang tahun. Dalam catatan Fandy Hutari, permainan ini dikenal dengan nama de Klimmast, yang berarti ‘memanjat tiang’. Perayaan ini digelar rutin pada tanggal 31 Agustus, untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau.
“Sebelum Indonesia merdeka, sekitar tahun 1930-an, permainan ini kerap digelar orang-orang Belanda saat mereka mengadakan hajatan, seperti pernikahan, kenaikan jabatan, dan pesta ulang tahun,” tulis Fandy.
Pada waktu itu, para peserta lomba dibagi dalam beberapa regu untuk memanjat batang pinang setinggi 5-9 meter yang sudah dilumuri minyak pelumas seperti oli atau gemuk. Hadiah yang diperebutkan berupa bahan makanan seperti beras, tepung, roti, keju, gula, dan pakaian. Hadiah-hadiah tersebut dianggap sangat berharga bagi masyarakat pribumi pada masa itu.
Namun, di sisi lain, orang Belanda yang menyaksikan lomba tersebut hanya tertawa melihat upaya para peserta yang memanjat batang pinang yang licin. Dengan demikian, lomba panjat pinang pada masa itu lebih dilihat sebagai hiburan bagi orang Belanda di Batavia.
Makna Sejarah dan Tradisi Panjat Pinang
Menurut sejarawan Asep Kambali, lomba panjat pinang juga dapat dilihat sebagai simbol penindasan yang terjadi pada masa penjajahan. Meskipun demikian, ia berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan melanjutkan tradisi ini selama membawa semangat kemerdekaan. Asep mengatakan, “Tetapi poin, nilai dan maknanya itu adalah apakah dengan kita panjat pinang makin belajar sejarah. Apakah dengan panjat pinang kita makin kenal para pahlawan?”
Pendapat serupa juga disampaikan oleh sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam. Meskipun sejarah panjat pinang berasal dari zaman kolonial, Asvi berpendapat bahwa tidak semua warisan kolonial itu buruk.
“Kalaupun itu sudah ada sejak zaman kolonial, apa salahnya diteruskan sebagai hiburan. Tidak semua warisan kolonialisme itu buruk. Sekolah dan rumah sakit contohnya. Keduanya merupakan warisan Belanda,” papar Asvi.
Panjat Pinang sebagai Simbol Kemerdekaan
Seiring dengan berjalannya waktu, panjat pinang tidak hanya sekadar lomba hiburan, tetapi juga menjadi simbol kemerdekaan. Meskipun awalnya diperkenalkan oleh penjajah Belanda, permainan ini sekarang menjadi bagian integral dari perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia, yang dirayakan dengan penuh semangat oleh rakyat Indonesia. Keberlanjutan tradisi ini mengingatkan kita akan perjalanan panjang bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan.
Lomba panjat pinang tetap mempertahankan esensi budaya Indonesia yang penuh dengan kegembiraan, kebersamaan, dan semangat gotong royong. Masyarakat dari berbagai kalangan ikut berpartisipasi, baik muda maupun tua, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah sekaligus merayakan kemerdekaan yang telah diperoleh dengan susah payah.
Panjat pinang, meski memiliki sejarah yang panjang dan dimulai sebagai hiburan di kalangan kolonial Belanda, kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia. Dari asal-usulnya di Tiongkok hingga adaptasinya dalam budaya Indonesia, panjat pinang terus bertahan dan menjadi simbol semangat perjuangan serta kemerdekaan. Dalam setiap gerakan memanjat pinang, terdapat cerita tentang ketekunan, kebersamaan, dan rasa syukur terhadap kemerdekaan yang telah diperoleh bangsa ini.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News