uniknya sarmi kabupaten di provinsi papua yang namanya berasal dari akronim 5 suku di sana - News | Good News From Indonesia 2025

Uniknya Sarmi, Kabupaten di Provinsi Papua yang Namanya Berasal dari Akronim 5 Suku di Sana

Uniknya Sarmi, Kabupaten di Provinsi Papua yang Namanya Berasal dari Akronim 5 Suku di Sana
images info

Apa yang ada di benak Kawan GNFI saat mendengar nama Kabupaten Sarmi? Mungkin ada yang berpikir jika namanya begitu mirip dengan nama seorang wanita, bukan?

Terletak di Provinsi Papua, ternyata nama Sarmi ini merupakan sebuah akronim dari beberapa nama suku besar yang tinggal di Distrik Mamberamo Hilir sampai Distrik Bonggo. ‘Sarmi’ adalah singkatan dari Sobey, Armati, Rumbuai, Manirem, dan Isirawa. Unik, ya!

Keberadaan lima suku itu konon menarik perhatian seorang antropolog asal Belanda, Van Kouhen Houven. Ia kemudian memberikan nama daerah tersebut menjadi ‘Sarmi’.

Meskipun demikian, nama ‘Sarmi’ sendiri belum benar-benar mencerminkan suku-suku yang ada di wilayah tersebut. Dikatakan bahwa di wilayah Memberamo Hilir hingga Bonggi, terdapat setidaknya 87 bahasa yang digunakan. Artinya, ada kemungkinan jika ada 87 suku menghuni daerah tersebut dan memiliki bahasa masing-masing.

Kawan GNFI, melalui laman resmi Provinsi Papua, dituliskan jika sebenarnya, bentuk penulisan kabupaten ini yang benar adalah SARMI, menggunakan kapital di setiap hurufnya. Hal ini dikarenakan nama ‘Sarmi’ adalah singkatan dari beberapa suku.

Di sisi lain, ada juga pendapat yang menyebutkan jika nama ‘Sarmi’ berasal dari sebuah kata dari bahasa setempat. Melalui DPRD Sarmi, dijelaskan bahwa ‘Sarmi’ berasal dari padanan dua kata, yakni ‘sar’ yang berarti tanah/tempat, dan ‘mi’ yang bermakna air.

Nama tersebut menggambarkan Kabupaten Sarmi yang kaya dengan air dan alam yang sangat subur. Sarmi juga dianggap sangat ideal untuk menggarap pertanian serta pemukiman.

Pisang Tongka Langit, Pisang Raksasa Endemik Papua yang Kaya Nutrisi

Kehidupan Masyarakat di Kabupaten Sarmi

Melalui laman Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI di Provinsi Papua, Kabupaten Sarmi membentang seluas 18.034 km2. Wilayah ini memiliki 19 kecamatan. Menariknya, di sebelah utara, Kabupaten Sarmi berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik, sehingga membuatnya menjadi salah satu lokasi dengan keindahan pantai yang eksotis.

Seperti halnya daerah di Pulau Papua lainnya yang sangat mengandalkan kemurahan hati alam, warga Kabupaten Sarmi juga ‘menggantungkan hidup’ mereka pada hutan. Makanan pokok mereka adalah sagu yang sangat mudah ditemukan di setiap sudut Sarmi.

Namun, bukan hanya sagu, banyak komoditas lain yang tumbuh subur di sini, seperti padi, palawija, dan sayuran. Populasi tanaman tersebut memang tidak lebih banyak dari sagu, sehingga umumnya masih digunakan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Beberapa komoditas perkebunan, mulai dari kakao dan kelapa, akan dikeringkan. Hasilnya, kopra itu akan dikirimkan ke berbagai kota besar di tanah air, termasuk Surabaya dan Makassar.

Kawan, 52,3 persen dari kabupaten ini berada di dataran rendah. Ketinggiannya pun kurang dari 100 meter di atas permukaan laut. Namun, ada juga wilayah yang berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, yaitu Distrik Apawer Hulu.

Sarmi menjadi satu-satunya kabupaten di Papua yang punya potensi kelapa rakyat yang sangat bersar bersama Kabupaten Biak Numfor. Tak hanya itu, potensi hutannya juga super besar. Luas hutan produksi di sini mencapai 54.000 hektare.

Punya Peninggalan PD II

Usut punya usut, Kabupaten Sarmi juga memiliki berbagai peninggalan yang disebut berasal sejak zaman Perang Dunia II. Ada berbagai barang peninggalan perang yang bisa ditemukan di sini.

Menukil dari artikel ilmiah di Jurnal Garuda yang dituliskan oleh seorang arkeolog Jayapura, Sonya M. Kawer, terdapat bekas fondasi gudang penyimpanan makanan, rumah sakit, lapangan terbang, rangka kapal, hingga baling-baling pesawat.

Selain itu, ada juga tempat pembuangan limbah botol dan drum, tangki minyak berukuran sedang, dan gua Jepang. Ternyata, di masa penjajahan Jepang dahulu, masyarakat di Pulau Wakde—salsah satu pulau di Kabupaten Sarmi—dipekerjakan secara paksa atau romusha.

Bangunan-bangunan itu kebanyakan sudah hancur. Yang tersisa hanyalah bagian fondasinya. Lapangan terbang yang dibangun di tengah pulau juga dibuat oleh Jepang.

Namun, sekutu kemudian menyerang Jepang di Pulau Wakde. Masyarakat pribumi diungsikan oleh sekutu sebelum memberondong pasukan Jepang yang menduduki wilayah tersebut. Pulau Wakde seakan ikut menjadi saksi bisu dari kocar-kacirnya tentara Jepang yang saat itu diserang sekutu habis-habisan.

Barang-barang dan bangunan yang ada di sana merupakan bekas peninggalan dari Jepang dan sekutu. Banyak botol-botol bekas di bagian pembuangan limbah yang ternyata merupakan bekas tentara sekutu saat merayakan kemenangan mereka atas Jepang di sana.

Papua Jadi Negeri Lobster di Indonesia, Ini Faktanya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.