Di masa kini, Kawan GNFI tentunya sudah terbiasa dengan penggunaan OpenAI berikut juga dengan fasilitas canggihnya yang bak sihir. Tersembunyi di balik tirai, tak pernah terungkap triknya, tetapi tetap membuat kagum penggunanya.
Baru-baru ini, OpenAI mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan gpt-oss. OpenAI yang selama ini identik dengan close source, pada 5 Agustus 2025 lalu, seketika menjadi 'GPT Open Source'.
Reaksi pertama penulis adalah bercampur aduk. Di satu sisi, ada rasa curiga, seperti "Ini beneran atau cuma gimik? Jangan-jangan ada udang di balik batu?".
Namun, di sisi lain, ada juga rasa bahagia yang luar biasa. Akhirnya, model bahasa yang selevel dengan GPT-3 atau bahkan mendekati GPT-4 mini, sekarang bisa diakses publik.
Para developer dan komunitas AI yang selama ini hanya bisa menggunakan model-model yang "pas-pasan" dari perusahaan lain, sekarang seperti mendapatkan 'mainan baru' yang sangat canggih.
Revolusi AI: Bagaimana Kecerdasan Buatan Mengubah Cara Kita Hidup dan Bekerja
Ini bukan sekadar soal model baru, tetapi ini soal demokratisasi AI. Selama ini, AI canggih memang tampak berpemilik para elit saja. Namun kini, OpenAI seolah-olah mengatakan, "Oke, ini kami bagi-bagi. Coba kalian bikin sesuatu yang luar biasa, dan tunjukkan pada kami apa yang bisa kalian lakukan."
Realita di Balik Janji Manis gpt-oss: Butuh Spek Komputer Dewa
Kabar baiknya, OpenAI tidak hanya memberi satu, tetapi dua model open-source: gpt-oss-120b dan gpt-oss-20b. Angka-angka di belakang nama ini bukan cuma pajangan, itu adalah jumlah parameter. Makin besar angkanya, makin "pintar" modelnya.
Mendengar ini, dua jenis manusia mungkin akan langsung muncul. Orang awam bertanya-tanya, "Wah, mana yang lebih baik, 120b atau 20b?"
Sementara para developer atau tech-enthusiast langsung panik, "Wah! 120b? Laptopku bisa meledak, nih!"
Dan di sinilah kita, berhadapan dengan realita yang bikin kita menghela napas. Model sebesar itu tidak bisa di-download lalu dijalankan di 'laptop kentang' kita. Ada syarat minimalnya dan itu tidak main-main.
Kecerdasan Buatan, Bagaimana Masa Depan Pekerjaan di Tahun 2030?
Untuk menjalankan model gpt-oss-120b, anggap saja seperti mencoba main game AAA terbaru dengan resolusi 4K di laptop keluaran 2010. Jelas tidaklah mungkin.
Pengguna membutuhkan VRAM (Video RAM) minimal 60 GB atau lebih. Itu artinya kita butuh kartu grafis kelas atas yang harganya bisa seharga mobil bekas, seperti NVIDIA A100 atau H100. Selain itu, kamu juga butuh RAM sistem 128 GB atau bahkan 256 GB.
Lalu bagaimana dengan model gpt-oss-20b? Nah, ini jauh lebih realistis, meskipun tetap bukan untuk semua orang. Dengan GPU yang mempunyai VRAM 24 GB, seperti NVIDIA GeForce RTX 4090, Kawan GNFI sudah bisa menerapkannya. RAM sistem yang dibutuhkan juga lebih 'normal', mungkin minimal 32 GB atau 64 GB.
Jadi, untuk pengguna yang ber-budget minim, impian menjalankan gpt-oss di laptop sendiri mungkin harus ditunda dulu. Namun, tenang saja. Peluncuran model open-source ini justru membuka pintu lebar untuk penggunaan di Cloud Server.
Jika Kawan GNFI berminat, kamu bisa menyewa server dari penyedia layanan cloud yang sudah menyediakan spesifikasi yang dibutuhkan. Meskipun bayarnya per jam, ini jauh lebih murah daripada harus membeli hardware-nya sendiri.
Intinya, OpenAI sudah memberikan kuncinya, tetapi mobil supercar-nya tetap harus kita sewa. Langkah ini tetap revolusioner, karena sekarang semua orang punya kesempatan yang sama untuk bereksperimen. Meskipun harus lewat jalan yang berbeda.
Ini adalah momen yang membuktikan bahwa kolaborasi dan keterbukaan bisa membawa AI ke level yang jauh lebih tinggi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News