Masjid Raya Al Jabbar di Kota Bandung bukan hanya menjadi destinasi wisata religi, melainkan juga pusat edukasi sejarah Islam yang dikemas secara modern dan interaktif.
Di dalamnya terdapat sebuah ruang khusus yang diberi nama Galeri Rasulullah, tempat yang menghadirkan perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ dan penyebaran Islam dengan pendekatan visual dan teknologi yang mengesankan.
Galeri ini tidak hanya memukau secara tampilan, tetapi juga membawa Kawan GNFI pada pengalaman mendalam dalam memahami sejarah Islam dari zaman kenabian hingga masuknya Islam ke Nusantara.
Galeri Sejarah yang Disusun Kronologis dan Terstruktur
Sebagai fondasi utama, Galeri Rasulullah menyajikan sejarah Islam secara terstruktur dalam 4 fase, yang disusun secara kronologis agar mudah dipahami oleh pengunjung dari berbagai kalangan.
Penyusunan ini dimulai dengan fase Pra-Kenabian yang menjelaskan mengenai kondisi Jazirah Arab sebelum Islam, di mana banyak terjadi kekerasan, perbudakan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Arab.
Dengan memahami konteks sebelumnya, pengunjung dapat melihat bagaimana risalah Islam membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Arab dan dunia pada saat itu.
Transisi menuju fase Makkah membawa pengunjung pada masa-masa awal kenabian Rasulullah ﷺ, ketika dakwah harus menghadapi penolakan keras dari masyarakat Quraisy.
Fase ini tidak hanya menampilkan peristiwa-peristiwa penting seperti turunnya wahyu pertama dan tekanan sosial-politik. Namun, juga menggambarkan karakter dan keteguhan Rasulullah dalam menyampaikan risalah.
Panduan Praktis Kelola Masjid Profesional: Insight dari Training Manajemen di Zona Madina
Setelah itu, fase Madinah melengkapi narasi dengan menunjukkan keberhasilan Rasulullah ﷺ dalam membangun masyarakat Islam yang mandiri dan berperadaban.
Sebagai penutup narasi sejarah, fase Islam Indonesia mengajak pengunjung menyelami jejak penyebaran Islam ke wilayah Nusantara. Fase ini memberikan gambaran bahwa Islam datang tidak dengan paksaan, melainkan melalui pendekatan budaya dan perdagangan yang damai.
Hal ini ditegaskan oleh Siti Rohimah, mahasiswi internship Galeri Rasulullah, yang menjelaskan bahwa, "Di dalam galeri, pengunjung akan dipandu oleh guide dengan melewati 4 fase perjalanan, yaitu fase pra-kenabian, fase Mekkah, fase Madinah, dan fase Islam Indonesia."
Dengan susunan narasi semacam ini, pengunjung bukan hanya melihat peristiwa sejarah, melainkan juga memahami transformasi sosial dan spiritual yang menyertainya.
Replika dan Diorama: Media Visual yang Hidupkan Sejarah
Setelah memahami kerangka sejarahnya, pengunjung diajak masuk lebih dalam melalui diorama dan replika benda bersejarah yang memperkuat imajinasi dan emosi.
Tidak hanya menjadi pelengkap visual, diorama ini merekonstruksi berbagai momen penting dalam kehidupan Nabi Muhammad ﷺ secara nyata dan menyentuh.
Misalnya, diorama Gua Hira menggambarkan ketenangan dan kekhusyukan saat wahyu pertama diturunkan, sementara ada juga diorama Perang Badar yang menambah ketegangan dan semangat perjuangan para sahabat.
Setiap replika yang ditampilkan memiliki pesan tersendiri. Maket rumah Siti Khadijah, misalnya, menjadi pengingat akan kehidupan rumah tangga Rasulullah yang sederhana namun penuh keteladanan. Sedangkan replika perabot rumah tangga dan tempat tidur Nabi ﷺ memberikan nuansa keseharian yang mengajarkan nilai kerendahan hati.
Elemen visual seperti maket Masjid Quba dan Masjid Nabawi, serta kondisi Ka'bah di masa awal Islam, memperkuat kesan bahwa sejarah Islam tidak hanya hidup di dalam teks, tetapi juga bisa dirasakan secara visual dan emosional.
Cerita Rakyat dari Banten, Kisah Asal Usul Masjid Kapal Bosok
Visualisasi sejarah ini ternyata memberikan kesan mendalam bagi pengunjung. Seperti yang diungkapkan Ikhwan Faiz, mahasiswa STAIA Al-Hidayah Bogor, "Opening atau prolognya keren. Pas masuk galeri langsung disambut dengan penayangan visual latar belakang Jazirah Arab. Jadi buat penasaran dan tertarik."
Testimoni tersebut menunjukkan bahwa pengalaman visual dalam galeri ini mampu memantik rasa ingin tahu dan keterlibatan emosional sejak langkah pertama pengunjung memasuki ruangan.
TeknologiInteraktifsebagaiInovasiDakwahdanEdukasi
Sebagai pelengkap dari aspek visual, kecanggihan teknologi menjadi nilai tambah dari Galeri Rasulullah. Sejak memasuki ruangan pertama, pengunjung akan disambut oleh video animasi yang menggambarkan kondisi Jazirah Arab sebelum Islam.
Tayangan ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga menjadi pintu masuk untuk memahami latar belakang sosial dan budaya yang melatarbelakangi turunnya wahyu.
Lebih jauh, galeri ini menghadirkan layar sentuh interaktif yang memungkinkan pengunjung mengeksplorasi informasi secara mandiri, mulai dari kisah pernikahan Rasulullah ﷺ dengan Siti Khadijah, perang-perang, hingga kisah pembebasan kota Mekkah (Fathu Makkah).
Teknologi ini sangat membantu terutama bagi pelajar dan keluarga yang datang dalam rangka wisata edukatif. Bahkan, integrasi dengan aplikasi “Sapa Warga” memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi dan mengakses layanan digital secara praktis.
Penggabungan antara visualisasi sejarah dan kecanggihan teknologi ini menjadikan Galeri Rasulullah tidak hanya sebagai ruang edukasi, tetapi juga sebagai simbol modernisasi dakwah Islam yang tetap setia pada esensi nilai-nilainya.
Ruang Refleksi: Islam sebagai Rahmat dan Inspirasi
Galeri Rasulullah bukan sekadar ruang pamer sejarah, tetapi juga ruang refleksi bagi siapa pun yang ingin menyelami makna hidup dan nilai-nilai Islam. Setiap fase sejarah, diorama, dan teknologi yang disajikan memiliki satu tujuan utama: menghadirkan keteladanan Rasulullah ﷺ secara utuh dan menyentuh.
Bagi generasi muda, galeri ini menawarkan cara baru dalam memahami sejarah, bukan melalui buku tebal semata, melainkan pengalaman mendalam yang menyentuh perasaan.
Nilai seperti kejujuran, kesederhanaan, keberanian, dan kasih sayang tergambar dalam narasi dan visual yang dikemas apik.
Inilah yang menjadikan Galeri Rasulullah sebagai jembatan penghubung antara ilmu pengetahuan, nilai spiritual, dan edukasi karakter di era digital.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News