karya jakoeb utama dan koesalah toer 2 buku untuk dibaca di hari remaja internasional - News | Good News From Indonesia 2025

Karya Jakoeb Utama dan Koesalah Toer: 2 Buku untuk Dibaca di Hari Remaja Internasional 2025

Karya Jakoeb Utama dan Koesalah Toer: 2 Buku untuk Dibaca di Hari Remaja Internasional 2025
images info

Kawan GNFI, apakah kawan tahu jika Hari Remaja Internasional diperingati setiap tanggal 12 Agustus? Mengutip RRI.co, secara historis, Hari Remaja Internasional pertama kali diperingati pada tahun 2000.

Dua tahun sebelum itu, diadakan World Conference of Ministers Responsible for Youth di Lisbon, Portugal tahun 1998. Pada konferensi itu dihasilkan deklarasi yang bertujuan untuk menyoroti permasalahan pada remaja dan mengakui peranan remaja di masyarakat. Hal ini berujung pada disetujuinya Hari Remaja Internasional oleh Majelis Sidang PBB.

Salah satu masalah remaja di Indonesia yaitu tingkat literasi yang rendah. Belum terbentuknya budaya membaca di Indonesia disebabkan dari sistem pendidikannya. Di mana belum membuat program yang efektif untuk meningkatkan minat baca dan melibatkan siswa berkecimpung langsung dengan buku. Selain itu, pembahasan tentang buku-buku yang menarik bagi remaja juga masih kurang menjangkau remaja. 

Namun, kabar baik hadir akhir-akhir ini, sudah banyak bermunculan pembahasan buku yang dikemas menarik di media sosial. Gerakan membaca buku bersama juga kerap dilakukan oleh komunitas-komunitas literasi. 

Artikel ini akan membahas rekomendasi dua buku yang bisa dibaca Kawan GNFI di Hari Remaja Internasional. Yuk, langsung saja kita bahas!

Buku Sketsa Tokoh: Catatan Jakoeb Oetama di Intisari

Buku Sketsa Tokoh berisi 21 tulisan seputar tokoh nasional yang terbit di majalah Intisari tahun 1963-1965. Buku ini terbit tahun 2003. Sosok tokoh nasional dalam buku ini memiliki peran penting bagi Indonesia.

Salah satu tokoh yang dibahas di buku ini bernama Poerbatjaraka Ia adalah ahli bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta yang meskipun sedang sakit keras tetap ‘tidur’ bersama buku-bukunya.

Poerbatjaraka juga tidak pernah sekolah resmi tapi bisa bekerja di museum Hindia Belanda Jakarta dan meraih gelar doktor di Belanda berkat kemampuan otodidaknya dalam bahasa Jawa Kuno dan Sanskerta.

Kemampuannya yang diakui oleh pemerintah Hindia Belanda ini diawali sejak masa remajanya. Ia begitu penasaran untuk membaca buku sastra Jawa Kuno milik ayahnya.

Poerbatjaraka rajin bertanya ke orang tuanya bahkan sampai berhasil belajar dengan N.J. Krom: ahli epigrafis dan sejarawan kenamaan dari Belanda. 

Poerbatjaraka telah menerjemahkan beberapa buku berbahasa Jawa Kuno dan Sanskerta seperti Ramayana, Arjunawiwaha, Suluk Wijil, dan Dewa Ruci. 

Sosok lainnya yaitu dr. Tjipto Mangunkusumo. dr. Tjipto terkenal sebagai sosok yang cerdas, kritis, dan pemberani. Saat bersekolah di STOVIA, para siswa diwajibkan menggunakan pakaian daerah. Namun, Tjipto lebih memilih menggunakan pakaian pak tani yang dekil, kumal, dan rambutnya gondrong menjuntai keluar dari ikat kepalanya.

Ia dengan lantang mengatakan kepada guru Belandanya bahwa ia adalah anak rakyat, anak si kromo, dan rakyat kecil. Tjipto lebih suka membaca buku dan bermain catur dibanding berpesta atau bermain bola.

Setelah lulus dari STOVIA ia berdinas di bawah pemerintah kolonial Hindia Belanda, tetapi meminta berhenti dari dinas pemerintah setelah kesadarannya sebagai rakyat terjajah meliputi dirinya. Tjipto beralih menjadi dokter swasta yang berhasil menangani wabah pes di Malang dan mendapatkan bintang penghargaan Ridderorde dari pemerintah kolonial.

Buku Sketsa Tokoh ini menyajikan tokoh-tokoh besar Indonesia yang bisa dijadikan sebagai sosok idola dalam hidup kita. 19 tokoh lainnya di buku Sketsa Tokoh masih menunggu untuk dibaca oleh kawan GNFI.

Artikel terkait: Tak Hanya Baharuddin Lopa dan Andi Depu, Ini 2 Tokoh Hebat Lainnya dari Sulawesi!

Buku Kampus Kabelnaya: Menjadi Mahasiswa di Uni Soviet ala Koesalah Toer

Foto Koesalah Toer bersama teman-teman kuliah| Foto: Dokumentasi Koesalah Soebagyo Toer di buku Kampus Kabelnaya
info gambar

Kampus Kabelnaya adalah buku karya Koesalah Soebagyo Toer, adik dari Pramoedya Ananta Toer. Buku ini mengisahkan tentang pengalamannya selama berkuliah di Uni Soviet, Rusia tahun 1960-1965.

Apakah kawan GNFI tahu jika Koesalah pertama kali tertarik dengan Rusia karena membaca cerita pendek karangan Anton Chekhov? Setelah membaca cerpen itu ia menjadi penasaran bagaimana masyarakat dan kondisi negara Rusia sebenarnya.

Hidup dari keluarga guru, ditinggal mati ayah dan ibunya di usianya yang masih remaja, Koesalah harus mencari uang dengan menulis karangan untuk majalah dan koran demi bisa melanjutkan sekolah.

Saat berkuliah di UI, ia juga sambil bekerja sebagai penerjemah di Kedutaan Cekoslowakia. Sampai akhirnya ia tertinggal pelajaran kuliah dan dikeluarkan dari UI.

Ketertarikannya pada Rusia bak gayung bersambut saat ia mengetahui bahwa Uni Soviet akan membuka Universitas Persahabatan Bangsa-bangsa di Moskwa. Universitas ini diperuntukkan bagi pemuda Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang kurang mampu. Koesalah mengajukan lamaran dan diterima, lalu berangkatlah ia ke Moskwa.

Selama berkuliah di Uni Soviet, ia mengalami banyak hal baru termasuk makanan. Koesalah bingung saat akan memilih makanan di kantin karena tidak ada nasi, sayur, dan sambal. Rasa makanannya juga begitu hambar sampai ia tidak bisa makan sama sekali.

Selama berkuliah di Uni Soviet, ia liburan ke enam negara lain dan kembali terheran-heran dengan hal baru di negara tujuan liburannya. Misalnya saat ia di London, ia menyaksikan orang-orang buang hajat sembarangan di taman. Banyak hal menarik yang ia temukan di negara-negara lainnya yang semakin memperkaya pengalaman dan pengetahuannya.

Baca juga: Pameran Seni Rusia-Indonesia 2025, Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik

Selama di Uni Soviet, Koesalah tidak kesepian karena jumlah mahasiswa Indonesia di sana cukup banyak. Selain itu, ia juga menjalin hubungan baik dengan teman-teman Sovietnya. Beberapa teman Sovietnya bahkan mengajak Koesalah ke rumah mereka dan memperkenalkannya kepada budaya dan keluarga mereka.

Kisah hidup tokoh-tokoh di buku karya Jakoeb dan pengalaman pribadi Koesalah Toer dapat menjadi motivasi bagi kita untuk memanfaatkan masa remaja kita dengan memperluas wawasan dan pengetahuan.

Yuk, baca dan rekomendasikan dua buku ini ke Kawan GNFI lainnya! Selamat Hari Remaja Internasional 2025! Remaja Indonesia, cemerlang!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.