17 kali dentuman meriam terdengar pada saat peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 1959. Tidak hanya itu, gaung sirine hingga lonceng gereja juga turut terdengar pada saat momentum tersebut.
Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia memang menjadi salah satu agenda penting dalam setiap tahunnya. Berbagai kegiatan turut diselenggarakan dalam momentum ini.
Upacara bendera diadakan di berbagai tempat pada momentum ini, mulai dari kantor-kantor pemerintah hingga sekolah. Tidak hanya itu, perayaan hari kemerdekaan ini juga dimeriahkan dengan berbagai acara yang diselenggarakan di tengah masyarakat.
Umumnya banyak sekali perlombaan yang digelar dalam menyambut momentum hari kemerdekaan ini. Selain itu, hiasan serta ornamen bernuansa kemerdekaan juga turut memeriahkan suasana dalam momentum tersebut.
Kemeriahan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ini tidak hanya bisa Kawan jumpai baru-baru ini saja. Kemeriahan peringatan momentum ini bahkan sudah terjadi sejak periode awal kemerdekaan Indonesia dulunya.
Salah satu contoh kemeriahan peringatan hari kemerdekaan ini bisa Kawan lihat pada 1959 silam. Pada tahun tersebut, peringatan momentum ini diselenggarakan di berbagai daerah, termasuk di ibu kota Jakarta dan Yogyakarta.
Lantas bagaimana suasana peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada saat itu?
Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 1959
Dikutip dari artikel "17 Kali Dentuman Meriam, Gaung Sirine, Lontjeng Geredja, dan Bedug" yang terbit di surat kabar Nasional, peringatan Hari Kemerdekan Indonesia di Jakarta terpusat di Istana Merdeka. Rangkaian peringatan di Istana Merdeka ini berlangsung lebih kurang 1,5 jam.
Pada pukul 08.10 WIB, Soekarno yang menjadi presiden Indonesia pada waktu itu naik podium sekaligus memulai rangkaian upacara di Istana Merdeka. Para tamu undangan juga sudah berkumpul di istana pada waktu itu.
Amanat dari Soekarno kemudian disampaikan hingga pukul 09.51 WIB. Setelah penyampaian amanat, rangkaian dilanjutkan dengan dentuman meriam sebanyak 17 kali.
Selain itu, gaung sirine, lonceng gereja, hingga bedug di masjid juga turut berkumandang pada waktu itu. Hal ini makin menambah kemeriahan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia pada tahun tersebut.
Setelah itu, dibacakan juga teks proklamasi kemerdekaan yang disampaikan oleh Menteri Muda Let. Kol. Achmani. Rangkaian acara di Istana Merdeka ini kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Menteri Muda Agama pada waktu itu.
Peringatan di Yogyakarta
Kemeriahan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada 1959 juga terjadi di Yogyakarta. Rangkaian peringatan di Yogyakarta secara resmi diadakan di Gedung Negara.
Pada kesempatan tersebut, pidato serta sambutan turut diberikan oleh kepala daerah serta ketua DPRD Yogyakarta. Selepas upacara, rangkaian acara kemudian diteruskan menuju Brontokusuman untuk meresmikan penanaman patok pertama Museum Perjuangan.
Pada sore harinya, rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia dilanjutkan dengan adanya pawai. Pawai besar ini terpusat diadakan di Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Rangkaian peringatan hari kemerdekaan ini tidak berakhir pada 17 Agustus 1945 saja. Keesokan harinya pada 18 Agustus 1945 juga digelar pawai kebudayaan.
Pawai Kebudayaan ini dimulai dari daerah Ngasem, Yogyakarta. Rangkaian acara ini dimulai pada sore hari, tepatnya pada 17.00 WIB.
Rangkaian peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta ini kemudian ditutup pada akhir Agustus 1959. Pada 30 Agustus 1959, diadakan lomba balap sepeda bertajuk "Tour de Djawa" di Yogyakarta saat itu.
Balapan sepeda ini sekaligus menjadi penutup rangkaian peringatan hari kemerdekaan di Yogyakarta waktu itu. Begitulah gambaran kemeriahan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di masa lalu, khususnya di Jakarta dan Yogyakarta pada 1959.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News