mahasiswa kkn t ipb ciptakan inovasi ampuh usir hama monyet di wonogiri - News | Good News From Indonesia 2025

Mahasiswa KKN-T IPB Ciptakan Inovasi Ampuh Usir Hama Monyet di Wonogiri

Mahasiswa KKN-T IPB Ciptakan Inovasi Ampuh Usir Hama Monyet di Wonogiri
images info

Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University menghadirkan solusi untuk mengatasi gangguan hama monyet ekor panjang di Desa Sempukerep, Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri yang sudah menjadi pokok permasalahan sejak lama.

Monyet kerap merusak lahan pertanian seperti jagung, kacang, dan padi, bahkan nekat masuk ke permukiman untuk mencuri makanan warga. Akibatnya, kerugian ekonomi yang dialami petani cukup besar, bahkan hingga gagal panen.

Oleh sebab itu, mahasiswa KKN-T IPB mengembangkan repellent berbahan alami yang difermentasi menggunakan bioreaktor, diklaim lebih efektif dan tahan lama dibanding metode yang selama ini digunakan warga.

Berbagai Upaya Lama Hanya Bertahan Sementara

Berbagai upaya telah dilakukan warga untuk menghalau gangguan ini, mulai dari penggunaan jaring, bunyi-bunyian, stiker bergambar predator, mewarnai bulu monyet, hingga membuat orang-orangan sawah. Sayangnya, semua metode tersebut hanya efektif sementara.

"Kami sudah coba berbagai cara, dari orang-orangan sawah sampai bunyi-bunyian keras. Tapi monyet-monyet itu pintar, setelah beberapa hari mereka sudah tidak takut lagi," keluh Joko, salah satu petani di Desa Sempukerep.

Kolaborasi Tim KKNT IPB dalam Upaya Pemenuhan Standar Revalidasi UNESCO: Revitalisasi Museum Konservasi Geopark Ciletuh

Monyet yang terkenal cerdas dan adaptif, dengan cepat terbiasa dan kembali mengganggu. Hal ini membuat petani merasa frustasi karena harus terus mengeluarkan biaya untuk cara-cara yang tidak efektif dalam jangka panjang. Namun, yang paling efektif saat ini dilakukan warga yaitu dengan menggunakan jaring.

Melihat kondisi tersebut, tim mahasiswa KKN-T Inovasi IPB hadir dengan program CERDIK (Cegah dan Redam Gangguan Kera). Program ini dirancang untuk memberikan solusi jangka panjang yang praktis dan ramah lingkungan bagi masyarakat Desa Sempukerep.

Awalnya, tim sempat merencanakan pengendalian populasi melalui sterilisasi, seperti yang umum dilakukan pada kucing liar. Namun, metode ini memerlukan dukungan logistik dan biaya besar, sehingga sulit segera diterapkan.

"Setelah melakukan kajian mendalam, kami memutuskan untuk fokus pada pengembangan repellent yang bisa bertahan lebih lama dan mudah dibuat oleh masyarakat sendiri," jelas Dwi Nugraha, anggota tim KKN-T IPB.

Repellent Alami dengan Teknologi Bioreaktor

Akhirnya, fokus diarahkan pada pengembangan repellent alami yang efektif hingga 3-4 minggu—jauh lebih lama dibanding cara lama yang hanya bertahan beberapa hari. Repellent ini difermentasi menggunakan bioreaktor, memanfaatkan bahan yang mudah didapat warga.

Formulasi repellent terdiri dari campuran bahan-bahan berikut:

  • Camphora (100 gram)
  • Kapur barus (25 gram)
  • Terasi (500 gram)
  • Etanol secukupnya

Fermentasi menghasilkan mikroba aktif yang memperkuat dan mempertahankan aroma pengusir. Selain bahan utama, warga juga dianjurkan menggunakan alternatif lokal yang memiliki bau menyengat, seperti bekicot, darah ayam, feses ternak, atau limbah organik lain yang tersedia di sekitar mereka.

Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan dan kemandirian masyarakat dalam mengusir hama tetap terjaga.

KKN IPB dan Inovasi Pengolahan Singkong jadi Makanan Bergizi Tinggi di Desa Sadengkolot

Cara Penerapan dan Antusiasme Masyarakat

Repellent ini dapat diaplikasikan dengan dua cara praktis. Pertama, cairan dituangkan ke botol air mineral yang telah dilubangi bagian atasnya, lalu ditempatkan di titik-titik rawan.

Kedua, kain bekas dicelupkan ke larutan selama 15 menit, kemudian dimasukkan ke botol berukuran 600 ml yang sudah berlubang, dan digantung di lokasi strategis.

Kedua metode terbukti menghasilkan aroma kuat yang mengusir monyet tanpa membahayakan manusia maupun lingkungan. Hal ini menjadi keunggulan utama dibanding penggunaan bahan kimia berbahaya.

Respons Positif Masyarakat dan Dampak Berkelanjutan

Respons masyarakat terhadap program CERDIK positif. Petani menyambut baik inovasi ini karena bahannya murah, prosesnya sederhana, dan hasilnya nyata.

"Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa IPB yang sudah membantu mencarikan solusi untuk masalah yang sudah lama mengganggu kami. Semoga inovasi ini benar-benar bisa mengatasi hama monyet secara berkelanjutan," ujar Kepala Desa Sempukerep.

Sosialisasi dan pelatihan pembuatan repellent yang dilakukan tim KKNT pun diikuti dengan antusias, menandakan kesiapan warga untuk menerapkannya secara mandiri.

Dengan adanya inovasi ini, diharapkan kerugian akibat serangan monyet dapat ditekan, dan produktivitas pertanian Desa Sempukerep kembali meningkat. Lebih dari itu, penggunaan bahan alami sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan dan visi IPB dalam menciptakan teknologi tepat guna untuk masyarakat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

đźš« AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.