bukhi prima putri buka rumah arsip bhumi bhuvana apa itu - News | Good News From Indonesia 2025

Bukhi Prima Putri Buka Rumah Arsip Bhumi Bhuvana, Apa Itu?

Bukhi Prima Putri Buka Rumah Arsip Bhumi Bhuvana, Apa Itu?
images info

Bukhi Prima Putri adalah praktisi hidup minim sampah yang saat ini menjalani slow living di Prawirotaman, Yogyakarta. Sosoknya menarik karena ia menawarkan perspektif unik dan mendalam di tengah tren global tentang gaya hidup berkelanjutan (sustainable living).

Bagi Bukhi sebuah langkah penting mesti diambil banyak orang untuk kembali ke kearifan lokal yang memiliki kedekatan dengan alam. Karena dari situ ia meyakini fondasi utama untuk hidup lebih harmonis akan tercipta bersama kesederhanaan tanpa merusak lingkungan sekitar.

Mengurangi, menggunakan kembali, dan terus-menerus mendaur ulang. Itulah ciri-ciri dari gaya hidup berkelanjutan demi generasi mendatang yang lebih baik. Dan menurut Bhuki, prinsip ini teramat penting untuk nasib bumi yang bergantung besar dengan kesadaran manusia yang menghuninya.

Bhuki sendiri memiliki sebuah entitas bernama Bhumi Bhuana di Yogya. Di sinilah bahan-bahan dari alam terkumpul, diracik, dan para tamu bisa mencicipinya secara langsung.

Bhumi Bhuvana

“Bhumi Bhuvana ini adalah ruang arsip gitu. Jadi utamanya adalah rumah pengarsipan di mana kita mengarsipkan sandang, pangan, papan, dan sadar,” ucap Bhuki kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Bhumi Bhuvana berwujud warung kelontong dengan dimensi ruangan 5 X 10 meter persegi. Bhuki mempersilakan orang-orang datang untuk sekadar mencicipi dan memahami apa yang dimakan serta asal muasalnya.

Bhuki juga merancang sejumlah program di situ salah satunya “Alih Pawon”. Melalui program tersebut, mereka yang berminat diajak berbagi resep masakan dari leluhurnya yang nantinya urusan pengarsipan akan dikelola oleh Bhumi Bhuvana.

Juga ada program lain yaitu “Lenggah Bumi”. Lewat program ini Bhumi Bhuvana menggelar acara bincang-bincang dengan pakar yang diundang.

“Bentuk talk show ya. Jadi kita ngobrol-ngobrol dengan orang-orang yang lebih paham dari kita terkait dengan topik-topik tertentu,” ungkapnya.

Nasib Bumi

Sebelumnya Bhuki membicarakan nasib bumi yang penuh dengan sampah. Tiap detik, menit, jam, hari, bulan, hingga tahun, manusia secara berkala memproduksi sampah beragam macam. Semisal sisa makanan yang kemudian menjadi limbah dan tidak baik untuk kesehatan lingkungan sekitarnya.

Sayangnya banyak orang tidak acuh mengenai produksi sampah yang memberikan dampak buruk ke lingkungan. Padahal, selain soal kesehatan lingkungan, sampah yang tidak ditangani lebih lanjut akan berdampak kepada kualitas elemen lingkungan sekitar seperti air ataupun tanah.

“Baju-baju yang kita pakai itu bisa juga dari baju-baju sebelumnya. Kita enggak pernah sadar bahwa baju yang kita pakai, beli itu punya dampak terhadap lingkungan. Kemudian pangan. Kadang kita makan enggak sadar kita beli udah instan dibikinnya, nutrisnya berkurang, prosesnya panjang, nutrisi enggak banyak terus berdampak dari proses pembuatannya, distribusinya, atau muali dari hulunya sendiri. Eksploitasinya besar-besaran, pengorbanan dialami oleh bumi kita semakin besar,” kata.

Bukhi sejatinya sadar bumi memiliki caranya sendiri menyembuhkan diri dari luka-luka yang diberikan manusia lewat perilaku kesehariannya. Namun, ia mencoba mengingatkan bahwa kerusakan akan tetap ada jika masih banyak yang alpa menjaga bumi sebagai tempat untuk dihuni kini dan nanti.

“Karena sebetulnya bumi kita ini sangat mudah untuk meregenerasi kan. Sangat mudah untuk mengembalikan atau menyembuhkan diri sendiri, tapi ketamakan atau kesadaran kita itu akhirnya membuat kelihatannya jadi semakin rusak,” ungkap Bhuki.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.