Agustus memang selalu menjadi bulan penuh gebrakan positif dari para pegiat teknologi. Tiga hari jelang peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) tahun 2025, Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), bekerja sama dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan Institute for Essential Services Reform (IESR) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Future Battery Technology: Trend, Innovation, and Strategic Roadmap" di Surabaya.
Bertempat di Gedung DRPM ITS Kampus Sukolilo, Surabaya, agenda tersebut dihadiri oleh para pakar dan pegiat baterai Indonesia. Turut hadir, Ir. R. Hanggoro A. Khrisna, S.T., M.T. (Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia/AISMOLI), Ir. Ardi Nugroho, S.T., M.T., IPM (VP Technology, PLN Nusantara Power), Dr. Revantino, S.T., M.T. (Ketua Subtim Listrik dan Baterai, Tim Kerja Pengujian Barang Teknik, B4T Kementerian Perindustrian Republik Indonesia), dan Prof. Dr. Ir. Bambang Sudarmanta, S.T., M.T., IPM. (Manager STP Otomotif ITS).
FGD tersebut terbagi menjadi empat sesi penting, yaitu tentang "Inovasi Teknologi Sepeda Motor Listrik" yang disampaikan oleh Ir. Hanggoro. Selanjutnya ada juga "Teknologi Battery Energy Storage System (BESS)" yang dipaparkan oleh Ir. Ardi. Dalam sesi selanjutnya, Dr. Revantino menyampaikan tentang "Standar Pengujian Baterai di Indonesia". Dan sebelum sesi diskusi dan tanya-jawab, Prof. Bambang melengkapi puzzle diskusi lewat pemaparan tentang "Teknologi Mobil Listrik Indonesia".
Menariknya, dari data potensi pasar dan tren kendaraan listrik roda dua yang dipaparkan oleh AISMOLI, ada sekitar 180 ribu lebih unit motor listrik yang terdaftar per Juni 2025. Lalu, ada setidaknya 54 merek (brands) yang menjadi anggota AISMOLI. "36 brands sepeda motor listrik, 12 sepeda listrik, 8 bengkel konversi, dan 10 brands produk komponen dan usaha pendukung lainnya," ujar Ir. Hanggoro.
Pasar yang besar tersebut, sebelumnya telah sering dibahas dalam diskusi mingguan antara DTMM ITS dengan IESR Indonesia. Menurut mereka, hal tersebut merupakan kekuatan atau strength dalam proses pengembangan baterai di Indonesia.
Dalam paparannya, Ir. Ardi Nugroho pun melengkapi data potensi yang sudah dipaparkan oleh narasumber sebelumnya dengan pembahasan yang menarik. Di fasilitas pusat riset Cirata, setidaknya ada 7 teknologi berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang diterapkan dan dikembangkan, yaitu solar PV, ekosistem teknologi biomasa, energy storage system (ESS), ekosistem kendaraan listrik, teknologi nuklir skala kecil, energi angin, dan ekosistem teknologi berbasis hidrogen. Selain itu, di pusat riset Brantas, ada juga beberapa produk penelitian aplikatif berupa purwarupa yang berkolaborasi dengan berbagai kampus dan institusi. Salah satunya adalah teknologi vanadium redox flow battery (VRFB) yang bekerjasama dengan DTMM ITS melalui mekanisme matching fund Kedaireka.
Berbicara tentang pengembangan teknologi baterai, tentunya tak boleh ketinggalan subtopik tentang standardisasi yang digunakan. Oleh karena itu, Dr. Revantino dari B4T Kemenperin RI dihadirkan untuk semakin memperkuat output diskusi dalam FGD. Menurut beliau dalam paparannya, ada empat parameter pengujian keamanan yang wajib ada dalam setiap pengembangan produk baterai. Hal-hal tersebut adalah parameter kelistrikan (electrical), mekanik, panas (thermal), pun juga efek kimiawi dari produk saat dilakukan pengujian. Selain itu, parameter kinerja berupa potensial baterai, kapasitas, simulasi vs. aplikasi sebenarnya, durasi penyimpanan daya (berhubungan dengan self discharge), serta siklus charge-discharge dalam waktu lama (uji ketahanan cycle-life).
Standar yang digunakan dalam pengujian pun beragam, ada yang dari International Electrotechnical Commission (IEC), beberapa standar asing yang sudah diadopsi ke dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), hingga beberapa standar yang harus dikembangkan secara self-composed oleh B4T Kemenperin RI dengan mengadopsi berbagai standar internasional seperti UN, ISO, IDT, dll. Bahkan, untuk mendukung industri dalam negeri, B4T juga memiliki learning factory yang diperuntukkan untuk produksi sel baterai ion litium skala kecil (tipe pouch cell). Hal tersebut diupayakan selain bertujuan untuk memperkaya pengetahuan di internal B4T, juga demi memenuhi request dari perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di industri penyimpan daya dan baterai.
Seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Prof. Bambang Sudarmanta pun ikut ambil bagian secara aktif dalam menjelaskan potensi pengembangan baterai Indonesia melalui sudut pandang akademisi dengan keilmuan aplikatif. Seperti gambar yang telah ditunjukkan di atas, secara sederhana dapat dipahami bahwa baterai adalah jantung utama dari kendaraan listrik. Sehingga jika Indonesia mampu menguasai teknologi pengembangan baterai sendiri, dapat dipastikan bahwa kesempatan Indonesia untuk menjadi produsen kendaraan listrik akan terbuka lebar. Apalagi Indonesia telah lama memiliki pengalaman di bidang manufaktur kendaraan bermotor dari berbagai pabrikan kendaraan bermotor dengan sistem mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang berasal dari berbagai negara tetapi mempercayakan aktivitas manufaktur dan perakitan di Indonesia. Tentunya proses konversinya akan bisa dilakukan dengan mudah dan profesional oleh berbagai teknisi ahli di Indonesia.
Tak kurang dari tiga setengah jam agenda FGD kolaborasi berbagai institusi tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab interaktif. Rifki Pradityo, perwakilan dari IESR Indonesia yang turut hadir dalam FGD pun turut memberikan feedback positif terhadap pelaksanaan agenda yang diharapkan mampu menjadi pencerahan dan pemantik kebangkitan berbagai institusi dalam negeri untuk ambil bagian dalam pengembangan teknologi baterai Indonesia.
Sebagai tambahan informasi, pelaksanaan FGD ini juga merupakan bagian dari proyek penyusunan dokumen tertulis tentang Future Battery Technology yang diinisiasi oleh IESR Indonesia dan dieksekusi oleh DTMM ITS sebagai pemenang open tender. Selain DTMM ITS, Dr. Lukman Noerrochim, selaku Koordinator Proyek juga melibatkan berbagai pihak, seperti mahasiswa pascasarjana di bawah bimbingan beliau, dosen-dosen Teknik Elektro dan Manajemen Bisnis ITS, serta external consultant dari praktisi profesional dalam negeri, dan juga praktisi industri baterai dari salah satu perusahaan di Eropa yang bergerak di lini bisnis bidang pengembangan sel baterai (sistem elektrolit cair & padat), perakitan module, pack, dan battery management system (BMS), serta proses daur ulang baterai.
Harapannya, output dari proyek ini nantinya akan menjadi buku putih (white paper) yang bermanfaat bagi masyarakat, pemangku kebijakan, praktisi industri, akademisi, pun juga berbagai pihak yang memiliki kepentingan dalam pengembangan teknologi penyimpan daya dan baterai di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News