kembali ke warisan ibu pertiwi kkn ppm ugm lestarikan dolanan tradisional anak di lereng merapi - News | Good News From Indonesia 2025

Kembali ke Warisan Ibu Pertiwi: KKN-PPM UGM Lestarikan Dolanan Tradisional Anak di Lereng Merapi

Kembali ke Warisan Ibu Pertiwi: KKN-PPM UGM Lestarikan Dolanan Tradisional Anak di Lereng Merapi
images info

Suara tawa anak-anak SD Negeri 1 Tegalmulyo pecah riang di bawah langit cerah pada Kamis pagi, 31 Juli 2025. Egrang bambu dan egrang batok membawa langkah-langkah kecil mereka kembali menari di tanah.

Di tengah semilir angin lereng Merapi, KKN-PPM Universitas Gadjah Mada menghadirkan keseruan dolanan tradisional yang dahulu akrab dalam kehidupan anak-anak Indonesia. Dolanan tradisional anak kini bangkit kembali di antara deretan ruang kelas dan halaman sekolah.

Program kerja bertajuk pelestarian dolanan tradisional anak ini menjadi salah satu upaya mahasiswa KKN-PPM UGM untuk menghidupkan kembali warisan budaya yang hampir terlupakan.

Bertempat di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, kegiatan tersebut menyasar siswa kelas 5A dan 5B SD Negeri 1 Tegalmulyo yang kelak akan menjadi generasi baru pewaris kearifan lokal.

Melalui pendekatan yang menyenangkan, mereka diperkenalkan pada tiga jenis permainan tradisional, yaitu egrang bambu, egrang batok, dan dakon.

Bangun Literasi dari Desa: Mahasiswa KKN-PPM UGM Hadirkan Pojok Baca Kreatif di Palongaan, Sulbar

Tim KKN-PPM UGM menyerahkan bantuan berupa tiga pasang egrang bambu, dua pasang egrang batok, dan satu set dakon kepada pihak sekolah. Tak hanya menjadi alat permainan, benda-benda ini menjadi simbol kebangkitan kembali nilai-nilai kebersamaan, ketangkasan, dan kegembiraan yang lekat dalam dolanan tradisional. Para siswa pun antusias mencoba satu per satu permainan yang diperkenalkan.

Anak-anak dengan penuh semangat belajar menaiki egrang, meski tak jarang tubuh kecil mereka oleng sebelum akhirnya menemukan keseimbangan. Di tengah suara sorak-sorai teman sekelas, mereka belajar bukan hanya untuk berdiri di atas dua batang bambu, tetapi juga untuk percaya diri, gigih, dan tidak mudah menyerah.

Tak ketinggalan, dakon juga menjadi pusat perhatian. Permainan yang mengandalkan hitungan dan strategi ini memperlihatkan sisi lain dari dolanan tradisional yang tak kalah mendidik, seperti melatih logika dan perencanaan.

Puncak dari kegiatan adalah lomba balap egrang, yang dibagi dalam dua sesi, yaitu sesi egrang bambu dan sesi egrang batok. Suasana halaman sekolah pun seketika berubah menjadi arena penuh sorakan dan tawa. Saling menyemangati, sesekali tergelincir dan jatuh, tetapi semua dilakukan dalam semangat kebersamaan yang tulus.

Pihak sekolah SD Negeri 1 Tegalmulyo menyambut baik kegiatan ini. Keberadaan dolanan tradisional tidak hanya menambah variasi aktivitas siswa di sekolah, tetapi juga memperkenalkan kembali budaya permainan yang lebih sehat dan mendidik.

Anak-anak yang sekarang sudah terlalu lekat dengan gawai kembali diperkenalkan pada permainan yang mungkin sudah asing bagi mereka.

Bagi mahasiswa KKN-PPM UGM yang tergabung dalam kegiatan ini, pelestarian dolanan tradisional bukan sekadar program kerja, tetapi bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang menyentuh akar identitas bangsa. Mengajak anak-anak kembali bermain secara langsung adalah bentuk sederhana namun berarti dalam menjaga koneksi antara generasi muda dan budayanya.

Mahasiswa KKN-PPM UGM Digitalisasi UMKM dengan Sosialisasi dan Geotagging UMKM Kuliner di Cebongan Kidul

Pelaksanaan program ini pun sejalan dengan semangat pengembangan masyarakat berbasis potensi lokal. Di wilayah lereng Merapi yang sarat tradisi, dolanan anak menjadi bagian dari kehidupan sosial yang erat dengan nilai kebersamaan, kerja sama, dan kesederhanaan. Melestarikannya berarti menjaga semangat itu tetap hidup di tengah perubahan zaman.

Melalui kegiatan ini, SD Negeri 1 Tegalmulyo kini memiliki fasilitas permainan tradisional yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar maupun saat waktu istirahat. Lebih dari itu, yang tertinggal adalah semangat, bahwa budaya bukan sesuatu yang jauh dan membosankan, melainkan bisa dihidupkan kembali lewat canda tawa anak-anak yang berlarian di tanah kampung sendiri.

Dolanan tradisional mungkin tak lagi jadi pilihan utama dalam dunia anak-anak masa kini. Namun, dengan sentuhan tangan-tangan muda yang peduli, warisan Ibu Pertiwi ini masih bisa bernafas dan tumbuh kembali. Di halaman sekolah, di tengah permainan, dan di hati generasi penerus bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.