jejak kearifan lokal bubur suro rancakalong - News | Good News From Indonesia 2025

Jejak Kearifan Lokal Bubur Suro Rancakalong

Jejak Kearifan Lokal Bubur Suro Rancakalong
images info

Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Dusun Rancakalong RT 01/08, Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, tetap menjaga tradisi Bubur Suro.

Tradisi ini dilaksanakan setiap 10 Muharam sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta. Lebih dari itu, tradisi ini juga mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap alam.

Karena diwariskan turun-temurun, Bubur Suro menjadi bagian dari identitas masyarakat agraris. Nilai-nilai dalam tradisi ini masih hidup dan relevan, terutama dalam menjaga hubungan yang selaras antara manusia, alam, dan Tuhan.

Prosesi Bubur Suro

Pelaksanaan tradisi dimulai dengan pembacaan ijab oleh ketua rurukan atau pemimpin adat. Ijab adalah doa syukur dalam bahasa Sunda yang berisi pujian kepada Allah SWT, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan tawasul kepada leluhur. Doa ini menjadi pembuka sekaligus penanda kesakralan prosesi.

Setelah itu, warga mulai mempersiapkan bahan untuk membuat bubur. Jumlah bahan sangat beragam dan disebut "sarebu rupa," yang berarti seribu macam. Bahan-bahan ini meliputi beras, ketan, jagung, umbi-umbian, sayur, buah, ikan asin, dan gula aren. Semua dikumpulkan secara sukarela sesuai kemampuan masing-masing warga.

Tugas dalam prosesi ini terbagi seimbang. Para perempuan bertugas meracik dan memasak bubur, lalu membungkusnya dengan daun pisang. Sementara itu, para laki-laki menyiapkan tungku dan membantu memasak. Ketua rurukan juga menyiapkan sesajen berisi makanan khas dan dua boneka padi sebagai simbol peran laki-laki dan perempuan dalam ketahanan pangan.

Prosesi ini diiringi musik tradisional Tarawangsa. Alunan rebab dan kecapi menciptakan suasana yang sakral sekaligus akrab. Setelah bubur matang, makanan dibagikan kepada seluruh warga sebagai simbol kebersamaan dan kepedulian.

Kearifan Ekologis 

Tradisi Bubur Suro juga mengandung pesan pelestarian lingkungan. Konsep sarebu rupa mengajarkan pentingnya menjaga keberagaman hayati. Masyarakat memilih bahan dari tanaman lokal seperti pisang sewu, kawung, talas, dan singkong. Ini menjadi bentuk pelestarian terhadap kekayaan alam sekitar.

Gula aren yang digunakan sebagai pemanis diperoleh dari pohon kawung. Pohon ini hanya boleh ditebang jika sudah tidak produktif, sesuai aturan adat. Selain itu, penggunaan daun pisang sebagai pembungkus bubur mencerminkan gaya hidup ramah lingkungan karena mudah terurai.

Fauna lokal pun turut dijaga. Penggunaan ayam kampung dalam sesajen bakakak menjadi simbol penghargaan terhadap hewan lokal. Meskipun ayam ras tersedia, warga tetap mempertahankan ayam kampung sebagai bagian dari tradisi dan ketahanan pangan.

Simbol Kersa Nyai, berupa boneka padi, mewakili peran penting perempuan dalam menjaga persediaan pangan keluarga. Perempuan memegang tanggung jawab dalam mengelola hasil panen agar mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Prinsip hemat dan tertib juga diajarkan melalui ungkapan “mipit kudu amit, ngala kudu bebeja” yang berarti memetik dan mengambil sesuatu dari alam harus dengan izin.

Pelestarian Tradisi 

Dengan demikian, Bubur Suro bukan sekadar ritual, tetapi juga sarana pendidikan lingkungan. Di tengah masuknya budaya luar dan tekanan ekonomi modern, nilai-nilai dari tradisi ini menjadi penyeimbang yang tetap dijaga oleh masyarakat.

Pelibatan generasi muda dalam tradisi ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan nilai-nilai tersebut. Generasi muda diajak terlibat agar tidak hanya mengenal tradisi, tetapi juga memahaminya dan meneruskannya.

Kawan GNFI, dari tradisi Bubur Suro kita belajar pentingnya hidup selaras dengan alam, menjaga kebersamaan, dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Tradisi ini bukan hanya tentang membuat bubur, melainkan tentang merawat kehidupan dan membangun masa depan yang lestari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.