festival tumbuk uli wujud pelestarian tradisi betawi di momen lebaran depok - News | Good News From Indonesia 2025

Festival Tumbuk Uli, Wujud Pelestarian Tradisi Betawi di Momen Lebaran Depok

Festival Tumbuk Uli, Wujud Pelestarian Tradisi Betawi di Momen Lebaran Depok
images info

Setiap tahunnya, Pemerintah Kota Depok menyelenggarakan Lebaran Depok, sebuah ajang pelestarian budaya yang juga menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga Depok.

Perayaan tahunan ini juga menjadi sebuah panggung besar untuk menampilkan kekayaan budaya Betawi yang masih terus dihidupkan di tengah masyarakat Depok.

Salah satu kegiatan menarik dalam rangkaian acara Lebaran Depok adalah lomba Numbuk Uli. Kegiatan ini biasanya diikuti oleh perwakilan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) dari seluruh kecamatan yang ada di Kota Depok.

Menariknya, para peserta lomba tidak hanya berlomba menumbuk dan meracik uli, tapi juga tampil mengenakan pakaian tradisional, seperti kebaya atau pakaian khas Betawi. Pemandangan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang menyaksikan perlombaan Numbuk Uli.

Uli sendiri merupakan salah satu kudapan wajib bagi masyarakat Betawi saat lebaran Idulfitri. Biasanya, uli dihidangkan bersama dengan siraman tape ketan sebagai pelengkap.

Cara penyajiannya pun beragam, mulai dari digoreng, dibakar, atau disantap langsung dengan siraman kuah tape ketan. Bisa dibilang, tanpa uli, suasana lebaran masyarakat Betawi jadi terasa kurang lengkap.

Tradisi membuat uli menjelang lebaran Idulfitri pun sudah berlangsung turun temurun. Umumnya, uli disiapkan dengan cara merendam beras ketan terlebih dahulu, mengukusnya, lalu menumbuknya sampai menghasilkan tekstur lengket dan kenyal yang khas.

Namun, bagi masyarakat Betawi, uli bukan sekadar kudapan saja, melainkan hidangan yang sarat akan makna.

Dilansir dari situs senibudayabetawi.com, tekstur lengket pada uli menyimbolkan eratnya hubungan kekeluargaan antar anggota masyarakat yang harus senantiasa dijaga. Sementara itu, tekstur lembutnya mencerminkan karakter orang Betawi yang dikenal ceplas-ceplos, tetapi berhati baik.

Warna putih pada uli pun menyimpan makna tersendiri, yaitu mencerminkan perilaku dan kepribadian yang bersih, suatu nilai yang harus terus dipelihara dan ditempa oleh masyarakat Betawi.

Tak hanya sarat makna, proses pembuatan uli juga dipercaya memiliki mitos tertentu. Salah satunya, saat proses menumbuk uli, pembuatnya dilarang berbicara, apalagi mengucapkan kata-kata kotor. Konon, apabila aturan ini dilanggar, maka adonan uli akan gagal.

Oleh karenanya, selain berfokus pada resep dan urutan pembuatan, dalam membuat uli perlu juga diperhatikan ucapan dan perbuatan agar dapat dihasilkan adonan uli yang sempurna.

Suasana selama lomba Numbuk Uli selalu berlangsung meriah. Para peserta tampak antusias menumbuk ketan, sementara pendukung bersorak memberikan semangat. Kehadiran warga yang ikut menyaksikan pun menambah semarak acara.

Perlombaan ini bukan semata-mata soal menang atau kalah, melainkan simbol kekompakan masyarakat Depok dalam menjaga dan menghidupkan warisan budaya Betawi.

Dilansir dari Pinisi.co.id, Ketua Komisi B DPRD Kota Depok, Hamzah, mengungkapkan dukungannya pada kegiatan Lebaran Depok. Menurutnya, Lebaran Depok dapat menjadi strategi pengembangan pariwisata dan ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan rasa cinta mereka terhadap budaya lokal.

Kekayaan budaya lokal di kota Depok, lanjut Hamzah, layak diperkenalkan sebagai bentuk kebanggaan masyarakat terhadap warisan dan identitas budaya mereka. Selain itu, perayaan Lebaran Depok dapat menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial antarmasyarakat melalui berbagai kegiatan dan perlombaan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lomba Numbuk Uli menjadi salah satu wujud upaya pelestarian budaya lokal Depok, khususnya kebudayaan Betawi. Lewat kegiatan ini, tradisi menumbuk uli tetap terjaga, dan keahlian membuat uli terus diwariskan dari generasi ke generasi. Harapannya, tradisi ini dapat bertahan di tengah arus modernisasi yang kian menggerus nilai-nilai budaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.