Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat berakibat buruk pada tanah, khususnya di lahan pertanian. Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University 2025 mengajak petani untuk memanfaatkan limbah organik menjadi pupuk di Desa Mekarsakti, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi.
Mayoritas masyarakat Desa Mekarsakti bekerja sebagai petani, dengan komoditas utama berupa padi dan cabai. Pada musim kemarau, lahan sawah tadah hujan beralih menjadi perkebunan cabai. Dusun Cibojong merupakan penghasil cabai terbesar di Desa Mekarsakti dengan produksi mencapai total 15 kintal/patok dalam 10 kali panen.
Pengelolaan tanah yang intensif di lahan pertanian Desa Mekarsakti juga disertai dengan penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penurunan kesuburan tanah, kerusakan struktur tanah, dan terganggunya ekosistem.
“Petani di sini gak mau ribet, maunya praktis. Kita di sini ngejar produksi cabai,” ucap salah satu petani di Dusun Cibojong, Desa Mekarsakti. Hal ini menjadi kekhawatiran dikarenakan pemupukan yang tidak berimbang justru dapat menghambat tersedianya unsur hara esensial bagi tanaman.
Pak Rus, salah satu petani Dusun Cibojong mengatakan “Teori tentang penanaman, pemupukan, dan perawatan tanaman memang sudah banyak. Akan tetapi ketika teori diterapkan di lapangan gak selamanya benar, jadi petani di sini banyak belajar dari fakta dan pengalaman”. Sebagai jawaban dari keluh kesah petani, mahasiswa mengadakan program Rorompok Hejo x Sawala Tani yang diadakan pada hari Kamis (31/7/2025) di Dusun Cibojong.
Kegiatan dimulai dengan pengenalan eco-enzyme sebagai pupuk organik cair yang merupakan inti dari program Rorompok Hejo. Eco-enzyme merupakan hasil fermentasi limbah organik berupa ampas buah dan sayur, gula, serta air yang mengandung nutrisi penting untuk tanaman. Eco-enzyme dapat membuat tanah lebih sehat serta gembur, memperbaiki drainase, dan menyediakan unsur hara yang lengkap bagi pertumbuhan tanaman.
Mahasiswa juga mengajak petani untuk bersama membuat eco-enzyme dengan bahan yang telah disediakan. Bahan-bahan yang disediakan mayoritas berupa buah-buahan, untuk menghasilkan eco-enzyme dengan aroma khas serta wangi sesuai buah yang digunakan.
Antusiasme dan harapan petani tercermin dari interaksi aktif antara mahasiswa dengan petani. Ibu Deti turut menyatakan bahwa pembuatan eco-enzyme sederhana dan bahannya mudah.
“Harapan saya sih dengan adanya eco-enzyme ini semoga bisa menjadi pendamping pupuk kimia bagi para petani. Jadi tanah yang diolah secara intensif bisa tetap sehat,” ucap salah satu mahasiswa.
Melalui kegiatan Sawala Tani, mahasiswa juga mengenalkan aplikasi IPB Digitani sebagai penghubung antara petani dengan pakar-pakar di IPB. Permasalahan di lahan pertanian sudah menjadi hal yang wajar, namun tidak seharusnya komunikasi dan solusi susah dijangkau.
“Berarti sekarang udah gak perlu ribet-ribet keliling lahan orang,” ucap Pak Rus. Diharapkan pengenalan IPB Digitani dapat memberikan kemudahan bagi petani dalam mencari solusi. Sifat cuaca yang tidak dapat diprediksi juga menjadi salah satu keluhan petani, mempertimbangkan komoditas utama yang berupa cabai.
Sawala Tani juga memperkenalkan pranala yang dapat membantu observasi kondisi cuaca pada saat itu dan prediksi cuaca untuk beberapa hari ke depan.
“Harapannya dengan adanya IPB Digitani dan prediksi cuaca, petani dapat lebih mudah kerjanya dan dapat membantu pengambilan keputusan,” ucap salah satu mahasiswa.
Kegiatan Rorompok Hejo x Sawala Tani ditutup dengan dokumentasi serta pemberian buah tangan berupa EM4, mikoriza granular, molase, soil test kit, pH meter, dan eco-enzyme hasil praktik kepada Pak Nanang, selaku ketua GAPOKTAN.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News