maggot solusi bijak atasi sampah organik di desa jurug oleh mahasiswa kkn t inovasi ipb university 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Maggot, Solusi Bijak Atasi Sampah Organik di Desa Jurug, oleh Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University 2025

Maggot, Solusi Bijak Atasi Sampah Organik di Desa Jurug, oleh Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University 2025
images info

Persoalan sampah masih menjadi tantangan yang belum terselesaikan, termasuk di wilayah pedesaan seperti Desa Jurug, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo. Sampah organik dari rumah tangga sering kali dibuang sembarangan, yang justru dapat menciptakan potensi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar.

Kondisi ini diperparah dengan adanya rencana pembangunan dapur MBG (Makanan Bergizi), yang meskipun bertujuan positif untuk mendukung ketahanan pangan, juga berpotensi menjadi sumber sampah organik baru dalam jumlah yang signifikan, seperti sisa sayuran, bahan makanan, dan limbah dapur lainnya. Jika tidak dikelola dengan baik, penambahan volume sampah organik ini dikhawatirkan akan memperburuk permasalahan lingkungan yang sudah ada.

Tak hanya itu, keberadaan beberapa kegiatan seperti acara desa, hajatan, dan program konsumsi bersama juga rutin menghasilkan limbah organik. Mahasiswa KKN-T IPB University pun turut menggandeng berbagai pelaku lokal yang selama ini berkaitan erat dengan pengolahan makanan dan potensi sampah organik, seperti jasa katering rumahan, Ibu Salad (usaha lokal pengolah makanan sehat), serta pelaku UMKM pengelola konsumsi acara. Melalui pendekatan kolaboratif ini, potensi limbah organik yang sebelumnya terbuang kini dapat diarahkan sebagai sumber pakan maggot yang produktif.

Melihat kondisi tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University tahun 2025 hadir menawarkan solusi inovatif melalui pengolahan sampah organik berbasis maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF).

Program ini menjadi salah satu langkah konkret dalam mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar melalui pendekatan sederhana, praktis, dan berkelanjutan.

Maggot atau larva BSF dikenal sebagai pengurai alami yang mampu menghabiskan sampah organik dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat. Larva ini mengonsumsi sisa makanan, sayuran busuk, dan limbah dapur lainnya, lalu mengubahnya menjadi biomassa yang bermanfaat.

Selain mengurangi volume sampah, maggot juga menghasilkan larva yang kaya akan protein dan nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ayam, ikan, dan ternak lainnya. Sementara itu, residu dari proses penguraian dapat dijadikan pupuk kompos yang menyuburkan lahan pertanian. Bagi kawan GNFI, pendekatan ini bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat desa Jurug.

Program ini dirancang tidak hanya sebagai solusi sesaat, tetapi sebagai gerakan edukatif yang membutuhkan kolaborasi serta partisipasi masyarakat sekitar. Mahasiswa KKN-T IPB University mengajak warga Desa Jurug untuk aktif dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari sosialisasi, pelatihan teknis, hingga praktik langsung di lapangan.

Kegiatan sosialisasi dilakukan secara terpusat di Joglo, juga dalam forum warga dan kelompok pemuda karang taruna, guna membangun pemahaman kolektif tentang pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah.

Para mahasiswa memberikan panduan lengkap mulai dari cara membuat kandang maggot, proses penetasan telur, perawatan larva, hingga pemanenan dan pemanfaatannya.

Respons masyarakat sangat positif. Hal ini bisa dilihat dari antusias warga dalam mengikuti setiap kegiatan yang diselenggarakan mulai dari sosialisasi awal, praktik lapang, hingga puncaknya di penyerahan tata kelola kepada karang taruna sekitar.

Saat ini warga juga lebih sadar tentang pemilahan sampah berdasarkan kategorinya, yang nantinya sangat berdampak pada pengelolaan sampah itu sendiri. Kebiasaan ini mengurangi beban tempat sampah dan membantu menjaga kebersihan lingkungan.

Selain itu, beberapa peternak ayam dan ikan lokal mulai mencoba menggunakan maggot sebagai pakan karena kandungan nutrisinya yang tinggi serta biaya yang lebih terjangkau dibandingkan pakan pabrikan.

Keuntungan lain yang tak kalah penting adalah mengurangi ketergantungan terhadap pupuk sintesis, karena hasil sampingan dari budidaya maggot bisa langsung digunakan sebagai pupuk organik di kebun dan ladang warga.

Salah satu aspek yang menjadi kekuatan dari program ini adalah pemberdayaan karang taruna sebagai motor penggerak. Para pemuda desa dibina agar mampu mengelola budidaya maggot secara mandiri.

Mahasiswa KKN-T IPB University membimbing mereka untuk melihat peluang usaha dari maggot, baik dalam bentuk penjualan larva segar, pengeringan maggot untuk pakan, maupun pemanfaatan kompos yang dihasilkan.

Langkah menggandeng pelaku usaha lokal seperti katering dan penjual salad juga memperluas jangkauan dan keberlanjutan pasokan bahan organik bagi budidaya maggot. Para pelaku usaha ini diberikan wadah untuk penyaluran pengelolaan limbah makanan yang dihasilkan dalam proses produksi harian mereka.

Dengan keterlibatan langsung dari sektor non-rumah tangga, ekosistem pengelolaan sampah organik di Desa Jurug menjadi lebih menyeluruh dan berdaya guna. Langkah yang diambil oleh mahasiswa KKN-T IPB University bersama masyarakat Desa Jurug ini mungkin tampak sederhana, tetapi dampaknya sangat signifikan.

Dari kebiasaan memilah sampah, membudidayakan maggot, hingga menciptakan peluang usaha berbasis lingkungan, semua mengarah pada pembangunan desa yang lebih berkelanjutan. Program ini juga membuktikan bahwa solusi terhadap masalah lingkungan tidak selalu harus mahal atau rumit, tetapi bisa dimulai dari hal kecil yang dilakukan dengan konsisten dan bersama-sama.

Sinergi antara mahasiswa dan masyarakat Desa Jurug telah melahirkan semangat baru dalam pengelolaan lingkungan. Inisiatif ini menjadi contoh bagaimana perguruan tinggi dapat berkontribusi secara langsung dan nyata di tengah masyarakat.

Dengan pendekatan ilmiah yang tetap membumi, program ini tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran dan kemandirian di kalangan warga desa.

Dari Desa Jurug, sebuah langkah kecil yang bisa menjadi inspirasi besar untuk desa-desa lainnya di Indonesia. Sebab, dari tangan-tangan yang bekerja dengan tulus, masa depan lingkungan yang lebih baik bukanlah sekadar harapan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.