Setiap tanggal 5 Agustus, Indonesia akan memperingati berdirinya salah satu perhimpunan perempuan terbesar, yaitu Dharma Wanita. Perayaan ini tidak hanya sekadar acara tahunan biasa, melainkan sebuah refleksi rutin yang perlu dilakukan untuk menghargai peran dan perjuangan perempuan dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera, harmonis, dan berkualitas.
Jadi, mari menyimak sejarah pembentukan Dharma Wanita dan relevansinya bagi kemajuan bangsa Indonesia hingga hari ini. Selamat membaca!
Apa itu Dharma Wanita?
Dharma Wanita adalah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan yang menghimpun para istri dari pegawai negeri sipil (PNS), karyawan BUMN, hingga anggota ABRI.
Organisasi ini bergerak secara independen dan demokratis (netral secara politik) sesuai dengan tujuan berdirinya. Di mana ingin meningkatkan kesejahteraan hidup pegawai negeri dan menjadi wadah bagi para perempuan untuk bertumbuh dan mengambil peran dalam kemajuan bangsa.
Walaupun tidak memihak, tetapi Dharma Wanita mengoptimalkan eksistensinya untuk pembangunan nasional sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2013. Regulasi tersebut tentang tujuan pembentukan organisasi kemasyarakatan yang harus selaras dengan kepentingan nasional, seperti peningkatan partisipasi, pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan norma dan budaya hidup, pelestarian sumber daya alam, hingga pengembangan sikap gotong royong dan toleransi antar setiap lapisan masyarakat.
Dengan demikian, berdirinya Dharma Wanita tidak hanya untuk peningkatan kesejahteraan pegawai negeri, melainkan juga sebagai jalan untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara komprehensif.
Sejarah Gerwani, Salah Satu Organisasi Perjuangan Perempuan Terbesar di Indonesia
Sejarah Dharma Wanita
Dikutip dari situs resmi Dharma Wanita Persatuan, organisasi ini didirikan pada 5 Agustus 1974 oleh Ketua Dewan Pembina KORPRI, Amir Machmud, setelah diinisiasi oleh Tien Soeharto (Ibu Negara saat itu).
Saat era Reformasi, dinamika politik dan ekonomi mendorong perubahan mendasar organisasi ini. Jika dulunya, Dharma Wanita sarat akan muatan politik pemerintah, maka pada tahun 1998, organisasi ini menegaskan posisinya sebagai organisasi independen yang netral politik.
Perubahan itu tidak hanya berhenti perihal status organisasi. Melainkan pada tahun 1999, Dharma Wanita memiliki penambahan nama menjadi Dharma Wanita Persatuan sebagai penyesuaian era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid yang diresmikan melalui Munas Luar Biasa (Munaslub) Dharma Wanita.
Selain itu, perubahan istilah juga dilakukan dari yang sebelumnya “Istri Pegawai Republik Indonesia” menjadi “Istri Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia”.
Pada Munaslub tersebut juga ditegaskan beberapa hal, termasuk anggaran dasar, arah pergerakan organisasi yang netral politik dan cenderung di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya, hingga penerapan demokrasi dalam tatanan organisasi. Ketua Umum dan Ketua Unsur Pelaksana dipilih dengan cara demokratis.
Alhasil, Munaslub pada tahun tersebut menetapkan Ny. Dr. Nila F. Moeloek sebagai ketua umum Dharma Wanita.
Pada Musyawarah Nasional (Munas) Dharma Wanita pada tahun 2019, terdapat perubahan anggaran dasar dan disahkannya Rencana Strategis Dharma Wanita Persatuan pada tahun 2020-2024.
Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan arah pergerakan Dharma Wanita Persatuan dengan kebijakan pemerintah yang ditetapkan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk mengakselerasi pembangunan nasional.
Tugas Dharma Wanita
Menurut salah satu situs resmi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, tugas pokok Dharma Wanita adalah membina anggota, termasuk pembinaan mental dan spiritual agar menjadi manusia yang bertakwa, serta berkepribadian yang berbudi pekerti luhur, meningkatkan kemampuan, pengetahuan, kepedulian sosial anggota, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk kepentingan organisasi dan masyarakat.
Logo Dharma Wanita
Dharma Wanita Persatuan memiliki logo yang didominasi dengan warna merah, putih, kuning, dan hijau. Logo tersebut dibagi menjadi empat bagian dengan makna yang berbeda.
Pertama, bunga melati yang berkelopak lima dengan latar belakang bendera merah putih. Makna dari bunga melati adalah kedudukan wanita yang dianggap sebagai aset berharga atas pengabdiannya kepada bangsa dan negara berdasarkan asas Pancasila dan UUD 1945.
Kelopaknya yang berwarna putih melambangkan keluhuran budi dan kesucian perempuan, sedangkan putiknya berwarna kuning melambangkan cita-cita dan sifat-sifat pengabdian dan kesetiaan yang diwariskan kepada generasi penerus perempuan dalam membangun bangsa. Putik dan kelopaknya yang berjumlah lima melambangkan generasi yang berkelanjutan.
Kedua, 15 butir padi dan 6 buah kapas. Dua simbol tersebut dimaknai sebagai arah pergerakan organisasi yang erat kaitannya dengan ekonomi (padi) dan sosial budaya (kapas).
Hal ini dapat dimaknai bahwa Dharma Wanita Persatuan bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, 15 mata rantai yang melambangkan persatuan dan kesatuan antar anggota agar dapat melaksanakan tugas dan tujuan organisasi sesuai dengan cita-cita yang telah dibangun bersama. Dan yang keempat, simbol buku yang terletak di bagian bawah sebagai bagian dari ikhtiar Dharma Wanita Persatuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat.
Mengenal 7 Organisasi Pelopor Kongres Perempuan Indonesia
Relevansi Dharma Wanita terhadap Kemajuan Indonesia
Kemajuan suatu bangsa adalah hasil usaha dan kerja sama dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, melainkan juga setiap lapisan masyarakat yang ada di dalam suatu negara.
Salah satu pihak yang berperan krusial dalam kemajuan suatu bangsa adalah perempuan. Makhluk sederhana yang memiliki banyak peran sosial, termasuk istri, ibu, hingga peran ekonomi seperti pekerja dan pengusaha.
Penyediaan wadah pemberdayaan perempuan menjadi hal yang penting bagi negara. Tanpa wadah yang berarti, segala potensi dan kemampuan berharga yang dimiliki perempuan hanya akan terkubur sia-sia.
Dengan adanya Dharma Wanita Persatuan, perempuan memiliki wadah yang dapat mendorongnya untuk berkontribusi terhadap pembangunan nasional, termasuk pemberdayaan sesama perempuan. Membangun keluarga yang harmonis yang kelak berpengaruh terhadap kualitas masyarakat, hingga kegiatan lainnya yang dapat berpengaruh, tidak hanya pada pendidikan, melainkan juga ekonomi dan sosial budaya di Indonesia.
Sehingga, dengan adanya Dharma Wanita, perempuan dapat berhimpun, bertumbuh, dan berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Suaranya dapat diperhitungkan sebagai pihak yang juga turut membangun negara dengan cara-cara yang elegan.
Dengan demikian, sejarah Dharma Wanita sebagai organisasi perhimpunan para istri pegawai negeri di Indonesia. Perayaan berdirinya Dharma Wanita menjadi titik balik kita untuk melihat peran dan kontribusi perempuan dalam pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Selamat merayakan Dharma Wanita dan perjuangan para perempuan hingga hari ini!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News