Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi banyak desa di Indonesia, kehadiran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi angin segar dalam mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat desa.
BUMDes bukan hanya sekadar lembaga usaha, tetapi juga mesin penggerak pembangunan ekonomi lokal yang berakar pada potensi dan kekuatan desa itu sendiri.
Salah satu contohnya adalah BUMDes Mayangsari yang berada di Desa Kandangwangi, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara.
BUMDes Mayangsari hadir sebagai solusi strategis dalam menjawab kebutuhan ekonomi lokal dengan tetap mengedepankan prinsip kemandirian dan ketahanan pangan.
Berangkat dari semangat gotong royong dan potensi desa yang melimpah, BUMDes ini mengelola hasil pertanian dan peternakan warga untuk dipasarkan lebih luas, baik ke masyarakat sekitar maupun ke luar daerah.
Dengan demikian, hasil bumi yang dahulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual dalam skala kecil kini memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan berdampak langsung pada kesejahteraan warga.
PadiKU (Padi Kita Unggul): Bentuk Aksi Nyata Mahasiswa KKN-T IPB University dalam Berdayakan Petani Desa Caringin
Bergerak dengan Dasar Ketahanan Pangan
BUMDes Mayangsari menjalankan berbagai unit usaha yang berlandaskan pada ketahanan pangan desa.
Prinsip ini menjadi dasar utama dalam merancang dan menjalankan kegiatan usaha, karena pangan merupakan kebutuhan mendasar sekaligus kekuatan utama yang dimiliki oleh Desa Kandangwangi.
Wilayah desa yang subur dan masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan peternak menjadi pondasi kuat bagi tumbuhnya unit-unit usaha berbasis pangan lokal.
Salah satu bentuk konkret dari usaha BUMDes ini adalah pengelolaan hasil pertanian berupa jagung, singkong, dan beras lokal yang diolah dan dikemas untuk dipasarkan.
Tak hanya dalam bentuk mentah, BUMDes juga mulai mengembangkan produk olahan seperti tiwul instan, dan beras jagung instan sebagai alternatif pangan lokal.
Produk-produk ini tidak hanya menjadi sumber pemasukan bagi BUMDes dan desa, tetapi juga mengangkat citra pangan lokal sebagai pilihan yang sehat dan bergizi.
Perputaran ekonomi yang terjadi dari hasil usaha ini memberikan pemasukan yang signifikan bagi desa. Dana yang diperoleh tidak hanya digunakan untuk operasional BUMDes, tetapi juga dikembalikan ke desa dalam bentuk pembangunan fasilitas umum, pelatihan warga, dan program sosial lainnya.
Dengan demikian, BUMDes tidak hanya menjadi entitas bisnis, tetapi juga aktor pembangunan yang menggerakkan berbagai sektor kehidupan desa.
Tak kalah penting, BUMDes Mayangsari juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa, khususnya bagi pemuda dan ibu rumah tangga.
Dari pengolahan produk, pemasaran hingga administrasi usaha, semua proses dijalankan dengan melibatkan warga desa secara aktif. Ini bukan hanya menekan angka pengangguran, tetapi juga membangun rasa kepemilikan bersama terhadap usaha desa.
Lebih jauh lagi, keberadaan BUMDes menjadi alat untuk memperkuat identitas dan kedaulatan desa dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Pemberdayaan UMKM Desa Mekarjaya melalui Program “UMKM Go Digital” dan “UMKM Berdaya” oleh Mahasiswa KKN-T IPB University
Ketika produk pangan dari luar semakin mendominasi pasar, kehadiran BUMDes dengan produk lokalnya menjadi simbol perlawanan sekaligus bentuk kebanggaan.
Masyarakat diajak untuk mencintai dan mengonsumsi hasil bumi sendiri, yang tidak hanya lebih sehat tetapi juga lebih ramah lingkungan.
BUMDes Mayangsari membuktikan bahwa desa bukanlah entitas pasif yang hanya menerima bantuan dari luar, melainkan mampu berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi pusat ekonomi yang mandiri.
Melalui pengelolaan sumber daya lokal secara bijak dan berkelanjutan, BUMDes menjadi harapan baru bagi banyak desa lain di Indonesia untuk mengembangkan potensi mereka.
Dengan fondasi yang kuat pada ketahanan pangan dan pemberdayaan warga, BUMDes Mayangsari tidak hanya menciptakan pemasukan bagi desa, tetapi juga membentuk ekosistem ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Desa Kandangwangi pun perlahan berubah, dari desa yang dahulu bergantung pada pasar luar, menjadi desa yang percaya diri memasarkan produk unggulannya sendiri.
Sebuah bukti nyata bahwa masa depan desa bisa cerah, jika dikelola oleh tangan-tangan yang mau bergerak bersama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News