letnan komaruddin prajurit kebal peluru di balik serangan umum 1 maret 1949 - News | Good News From Indonesia 2025

Letnan Komaruddin: Prajurit Kebal Peluru di Balik Serangan Umum 1 Maret 1949

Letnan Komaruddin: Prajurit Kebal Peluru di Balik Serangan Umum 1 Maret 1949
images info

Letnan Komaruddin: Prajurit Kebal Peluru di Balik Serangan Umum 1 Maret 1949


Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, selalu ada sosok tak biasa yang meninggalkan jejak legendaris. Salah satu nama yang kerap disebut dengan kagum dan penasaran adalah Letnan Komaruddin—seorang prajurit yang dikenal kebal peluru dan berani menyerang garis depan tanpa ragu. Namanya terukir kuat dalam ingatan para pejuang saat Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Eli Yakim Teniwut, Sang Letnan dari Maluku Tenggara

Letnan Komaruddin lahir dengan nama Eli Yakim Teniwut, seorang pria asal Maluku Tenggara yang bergabung dalam perjuangan kemerdekaan lewat Laskar Hizbullah. Ia menjabat sebagai komandan peleton di SWK 101 Brigade X, di bawah komando Mayor Sardjono dan Letnan Kolonel Soeharto.

Sosoknya dikenal unik: jenaka, selebor, berani, tetapi juga sensitif terhadap sisi-sisi kemanusiaan. Keberanian luar biasa itu membuat banyak pasukan mengaguminya. Bahkan, anak buahnya percaya bahwa Letnan Komaruddin mampu melindungi mereka dalam radius 10 meter dari peluru musuh—suatu hal yang jarang dimiliki oleh prajurit mana pun.

Kesaktian yang Menjadi Legenda

Konon, kesaktian Letnan Komaruddin berasal dari garis keturunannya. Ia disebut sebagai cicit dariKyai Abdur Rahman, tokoh spiritual yang dikenal dengan sebutan Mbah Tanjung, yang hidup di Ploso Kuning, Minomartani, Sleman pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I (1755–1792).

Bahkan lebih jauh, ia diyakini merupakan keturunan Bantengwareng, salah seorang panglima perang dalam pasukan Pangeran Diponegoro. Karena latar belakang inilah, nama Komaruddin tidak hanya dikenal sebagai pejuang militer, tetapi juga tokoh mistis yang dihormati. Ia bahkan diabadikan menjadi namaMasjid Al Komaruddindi Sleman.

Serangan Terlalu Dini yang Mengubah Jalannya Sejarah

Peristiwa yang paling dikenang dari sosok Letnan Komaruddin adalah keterlibatannya dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Letnan Kolonel Soeharto telah menyusun rencana penyerbuan besar terhadap markas Belanda di Yogyakarta. Namun,Letnan Komaruddin justru memimpin serangan sehari lebih awal, tepatnya pada 28 Februari 1949, karena kesalahan membaca tanggal.

Serangan prematur itu mengakibatkan kericuhan dan kemarahan dari Soeharto. “Begitu sirene berbunyi pukul 6 pagi, dia langsung menyerbu Yogyakarta. Soeharto sampai mengirim pengawal untuk menegur kesalahan tersebut,” jelas sejarawan Hendi Jo dalam laporannya.

Meski demikian, serangan tersebut tetap memberikan dampak besar pada Belanda, dan keberanian Letnan Komaruddin dalam aksi solo menghadapi gempuran senjata membuat namanya semakin ditakuti. Peluru demi peluru dilaporkan tak menyentuh tubuhnya, membuat kisahnya makin mistis.

Air Mata Seorang Pejuang di Hadapan Soedirman

Ketika Panglima Besar Jenderal Soedirman mendengar tentang serangan yang terlalu dini itu, ia memanggil Letnan Komaruddin. Dalam pertemuan tersebut, sang panglima memberi sindiran tajam terkait kelalaian yang bisa mengancam strategi besar perjuangan. Mendengar kritik itu,Letnan Komaruddin menangis sesenggukan—sebuah sisi emosional dari pejuang yang dikenal garang.

“Siap… Siap Panglima! Saya tidak akan mengulanginya!” jawabnya sambil menahan air mata dan napas berat.

Diburu NEFIS dan Disegani Pasukan Lawan

Nama Letnan Komaruddin begitu ditakuti hingga NEFIS, intelijen militer Belanda, menjadikannya sebagai salah satu target utama. Serangan Belanda ke Dukuh Plataran pada 24 Februari 1949, yang menewaskan sejumlah kadet Akademi Militer Yogyakarta, diduga merupakan upaya untuk menangkap Komaruddin yang saat itu berada di sekitar wilayah tersebut.

Unit peleton yang ia pimpin dikenal brutal dalam taktik gerilya, sering berhasil mengacak-acak pertahanan Belanda di pusat Kota Yogyakarta. Sosoknya mencerminkan perpaduan antara keberanian militer dan warisan spiritual yang menjadikannya legenda di medan perang.


Kesimpulan: Kisah Letnan Komaruddin Tetap Hidup

Letnan Komaruddin bukan hanya pahlawan tempur, tetapi juga simbol dari warisan budaya dan spiritual yang tertanam kuat dalam perjuangan bangsa. Kisahnya mengingatkan kita bahwa keberanian tak selalu lahir dari strategi, tetapi juga dari keyakinan, loyalitas, dan darah juang yang mengalir turun-temurun.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.