Masalah persampahan masih menjadi tantangan serius yang belum terselesaikan di banyak daerah, termasuk di Desa Cikelat, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Minimnya infrastruktur pengelolaan sampah yang memadai, ditambah dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, telah menyebabkan pencemaran yang semakin parah, terutama di aliran sungai yang melintasi desa.
Permasalahan ini diperparah oleh kebiasaan membuang sampah sembarangan yang masih dilakukan oleh sebagian besar warga, baik dari kalangan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa dan lanjut usia.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University menyelenggarakan sebuah rangkaian kegiatan berjudul“Susur Sungai dan Pemasangan Banner Himbauan” di empat dusun yang ada di Desa Cikelat, yaitu Dusun Bangbayang, Dusun Cikelat, Dusun Cikupa, dan Dusun Nagrak.
Kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap selama bulan Juli 2025 sebagai bagian dari program edukatif dan preventif dalam menghadapi krisis kebersihan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat desa.
Selain kegiatan susur sungai dan pemasangan banner himbauan, mahasiswa IPB juga secara paralel melaksanakan program pemasangan papan edukasi mengenai sampah dan waktu urainya.
Program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman warga terhadap bahaya jangka panjang dari sampah anorganik yang sulit terurai, seperti plastik, kaca, dan kaleng. Papan-papan edukasi ini dipasang di titik-titik strategis yang sering dilalui warga, sehingga informasinya dapat dengan mudah diakses dan menjadi pengingat setiap harinya.
Rangkaian Kegiatan di Empat Dusun
Kegiatan pertama dilaksanakan pada 13 Juli 2025 di Dusun Bangbayang. Sebanyak 13 warga dan 9 mahasiswa KKN-T IPB terlibat dalam kegiatan ini.
Mereka menyusuri aliran sungai di dusun tersebut, memunguti sampah, dan membersihkan area bantaran sungai yang banyak dipenuhi sampah rumah tangga selain itu, banner-banner berisi himbauan untuk tidak membuang sampah sembarangan juga dipasang di beberapa titik yang dianggap rawan sebagai tempat pembuangan sampah liar.
Kegiatan selanjutnya digelar di Dusun Cikelat pada 20 Juli 2025, dengan melibatkan partisipasi yang lebih besar, yakni 20 warga dan 9 mahasiswa.
Kemudian, kegiatan berlanjut ke Dusun Cikupa pada 26 Juli 2025, di mana tercatat 26 warga turut serta bersama para mahasiswa. Kegiatan puncak sekaligus yang paling ramai diadakan pada 27 Juli 2025 di Dusun Nagrak, dengan kehadiran 50 warga yang menunjukkan antusiasme tinggi terhadap program ini.
Peningkatan partisipasi warga dari dusun ke dusun menunjukkan adanya efek domino positif dari kegiatan ini. Masyarakat yang awalnya acuh mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan.
Semangat gotong royong yang ditunjukkan dalam kegiatan ini menjadi bukti bahwa edukasi dan pendekatan langsung kepada masyarakat mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap lingkungan sekitar.
Sinergi Membangun Kesadaran dan Kolaborasi Multi-Pihak
Tak hanya melibatkan masyarakat desa dan mahasiswa KKN-T, kegiatan ini juga bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi dalam proses pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan selama susur sungai. Kolaborasi ini menjadi cerminan nyata dari pentingnya kerja sama lintas sektor, antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkungan.
Pemasangan banner himbauan berisi pesan-pesan moral dan ajakan untuk tidak membuang sampah sembarangan serta menjaga kebersihan sungai menjadi salah satu bentuk intervensi komunikasi visual yang efektif.
Banner ini dipasang di tempat-tempat strategis yang sering dijadikan lokasi pembuangan sampah ilegal, seperti jembatan, perlintasan sungai, dan pinggiran jalan. Harapannya, pesan-pesan yang tersampaikan secara visual ini dapat mendorong masyarakat untuk berpikir ulang sebelum membuang sampah secara sembarangan.
Selain itu, papan edukasi yang memuat informasi tentang lamanya waktu terurai berbagai jenis sampah juga menjadi inovasi sederhana namun berdampak besar.
Misalnya, informasi bahwa plastik bisa terurai hingga 100 tahun atau kaca bisa mencapai ribuan tahun mampu membuka mata masyarakat terhadap bahaya laten dari kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Testimoni dan Harapan dari Masyarakat
Kegiatan ini mendapat apresiasi tinggi dari berbagai kalangan. Salah satu tokoh masyarakat Dusun Bangbayang, Pak Ehu, menyampaikan rasa terima kasihnya, “Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa IPB yang telah menyempatkan waktunya dan membuat program ini. Harapannya, semoga kegiatan ini akan berjalan seterusnya bagi warga Desa Cikelat, khususnya warga Dusun Bangbayang.”
Senada dengan itu, Babinsa Desa Cikelat, Pak Harian, turut menegaskan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan, “Sampah adalah masalah nasional, tidak hanya ada di desa atau kedusunan ini saja. Harapannya, semoga kepala dusun di sini lebih bisa mengajak warganya untuk senantiasa menjaga kebersihan, bukan hanya saat program kerja bakti ini berlangsung, namun seterusnya.”
Pernyataan dari tokoh masyarakat dan aparat desa menunjukkan bahwa program ini tidak hanya berdampak pada kebersihan fisik lingkungan, tetapi juga menyentuh aspek kesadaran kolektif masyarakat. Keberadaan mahasiswa sebagai agen perubahan membawa angin segar dalam penyelesaian masalah klasik yang sering dihadapi oleh desa-desa di daerah terpencil.
Menuju Budaya Hidup Bersih yang Berkelanjutan
Lebih dari sekadar kegiatan bersih-bersih, program Susur Sungai dan Pemasangan Banner Himbauan ini juga menjadi momentum untuk membentuk budaya baru di tengah masyarakat budaya hidup bersih dan peduli lingkungan. Mahasiswa KKN-T IPB berupaya meninggalkan legacy berupa pola pikir dan kebiasaan baik yang dapat dilanjutkan oleh warga desa bahkan setelah masa KKN selesai.
Dukungan dari berbagai pihak menjadi kekuatan besar dalam mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong, perubahan bukanlah hal yang mustahil. Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi titik awal dari gerakan lingkungan yang berkelanjutan di Desa Cikelat, yang nantinya dapat direplikasi di desa-desa lain.
Kegiatan ini pun menjadi salah satu contoh nyata bahwa permasalahan lingkungan bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News