Nun jauh di Afrika Selatan, tepatnya di Dorp Street, Cape Town, berdiri dengan kokoh sebuah tempat ibadah bernama Masjid Auwal. Konon, masjid ini didirikan oleh Tuan Guru, seorang ulama termasyhur asal Tidore, Maluku.
Masjid Auwal menjadi simbol penyebaran Islam dan perjuangan dakwah di tanah pengasingan. Masjid ini juga masih digunakan dan sudah beberapa kali dipugar.
Di laman Museum Iziko—museum milik Afrika Selatan—nenek moyang mayoritas umat Muslim di Cape Town memang berasal dari India, Indonesia, dan Sri Lanka. Hingga awal abad ke-20, setidaknya setengah populasi di sana beragama Muslim.
Siapa Tuan Guru?
Terlahir dengan nama Abdullah bin Qadhi Abdussalam pada 1712, Tuan Guru merupakan keturunan ‘sendok emas’ dari Kesultanan Tidore. Ia adalah sosok yang sangat lantang memberikan perlawanan terhadap VOC. Saking vokalnya, pemerintah Hindia Belanda sampai membuangnya ke Cape Town karena dianggap sebagai ancaman.
Tuan Guru diasingkan ke Pulau Roben di usianya yang sudah senja. Ia harus mendekam di balik jeruji besi begitu lama. Namun, hebatnya, ia masih mampu menghafal Al-Qur’an dan menuliskannya.
Setelah kurang lebih 12 tahun dipenjara, ia dibebaskan. Sayangnya, Tuan Guru dilarang kembali ke Tidore. Ia hanya diizinkan menetap di Cape Town.
Pada akhirnya, ia menyebarkan agama Islam di sana kepada para budak, mendirikan madrasah dan masjid hingga ajal menjemput. Tuan Guru wafat pada 1807 dan dimakamkan di Tana Baru, sebuah kompleks pemakaman Muslin pertama di Cape Town.
Koneksi Macassar di Afrika Selatan dengan Makassar Indonesia, Benarkah Dihubungkan Seorang Syekh?
Sosok Penting di Balik Berkembangnya Islam di Cape Town
Sesuai dengan namanya, Masjid Auwal adalah masjid pertama sekaligus yang tertua di Afrika Selatan. Berdasarkan tradisi lisan yang kuat antarmasyarakat, dipercaya bahwa Tuan Guru adalah imam pertama di masjid ini.
Berdiri sejak 1794, Masjid Auwal tumbuh menjadi lembaga dan pusat keagamaan di Cape Town. Bahkan, masjid ini juga menjadi lembaga keagamaan Islam utama pada 1804 hingga 1850.
Tuan Guru menjadi sosok yang sangat berjasa dalam lahir dan tumbuhnya Islam di Cape Town. Selain masjid, ia juga merupakan orang di balik hadirnya madrasah pertama di Cape Town yang didirikan pada 1793.
Menukil dari laman auwalmasjid.co.za, gelar ‘Tuan Guru’ ia dapatkan saat mengajar di madrasah ini. Tuan Guru memainkan peran penting untuk mengajarkan Islam kepada budak-budak di sana.
Luar biasanya, pengaruh sang Imam di Afrika Selatan dalam pendidikan Islam sangat besar. Kini, makin banyak lembaga pendidikan Islam dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi yang didirikan.
Belum berhenti di situ, manuskrip Al-Qur’an tertua yang ditemukan di Afrika Selatan pun dikatakan merupakan tulisan tangan Tuan Guru. Tinta dan kertas yang dipakai kabarnya serupa dengan yang dipakai oleh orang Belanda.
Melansir dari BBC, penemuan Al-Qur’an bersejarah itu terjadi saat para pekerja membongkar loteng Masjid Auwal pada pertengahan tahun 1980-an. Al-Qur’an itu belum dijilid. Tiap lembar dari halamannya pun lepas dan tidak ada nomor di dalamnya.
Demi melestarikan artefak bersejarah ini, ulama dan masyarakat setempat menyusun urutan lembaran Al-Qur’an itu, lalu dijilid. Prosesnya memakan waktu hingga tiga tahun.
Uniknya, Al-Qur’an ini sempat tiga kali mengalami upaya pencurian. Akhirnya, demi keamanan, Al-Qur’an tersebut ditempatkan di kotak anti api dan peluru.
Bukan hanya kitab suci Al-Qur’an, Tuan guru juga menulis buku teks berbahasa Arab setebal 613 halaman bertajuk Ma’rifat wal Iman wal Islam. Buku ini berisikan panduan dasar soal keyakinan Islam—dipakai selama lebih dari 100 tahun untuk mengajarkan umat Muslim di Cape Town tentang iman mereka.
Kini, buku tersebut disimpan oleh keturunan Tuan Guru. Sementara itu, replikanya disimpan di Perpustakaan Nasional Cape Town.
Kawan, satu hal yang mungkin tidak disadari oleh pemerintah kolonial Belanda dahulu. Mereka mungkin berpikir jika membuang Tuan Guru di negeri yang jauh di benua lain akan ‘mengamankan’ posisi mereka. Namun, realitanya, ia malah menjadi katalisator penyebaran Islam di Benua Hitam.
Syekh Yusuf Al-Makassari, Pejuang Nusantara yang Jadi Tokoh Besar di Afrika Selatan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News